satu wanita dengan empat pria sekaligus, memiliki wajah cantik sekaligus senyuman yang dapat memikat semua mata kaum adam yang melihat kearahnya.
kania ratu ovalia mempunyai wajah yang cukup terbilang sempurna, hingga tak ada cela sedikitpun untuk mengatakan kekurangan fisik yang gadis itu punya.
di sisi lain ke empat pria tampan dan menduduki pria-pria paling terpopuler di SMA internasional school. hidup ditengah huru hara persoalan yang sering dijumpai di sekolah umum biasanya, Garvin, Ervan, Danu, Alex , dan satu wanita yang bernama kania.
memperebutkan satu hati dari gadis biasa akan tetapi memiliki wajah sempurna. serta memiliki kepribadian yang berbeda, akan kah salah satu dari mereka dapat merebut hati kania atau malah tak ada satupun dari mereka yang dapat memenangkan hati kania.
semua tergantung seberapa besar perjuangan yang akan mereka lakukan dan berikan pada kania.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifa Riris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
"emm... "
"ayok minta maaf Kania." perintah Ayah Kania.
Kania yang mendengar suara itu pun langsung mendekat kearah pria berkaca mata yang tadi telah ia sembur dengan air putih dalam mulutnya.
"maaf." Kania berucap dengan lirih. hingga tak ada yang mendengar ucapan nya.
"apa kau sedang berkumur? katakan dengan jelas." sahut Ayah.
Aidan tengah berdiri di belakang Kania dengan bersandar di tembok. ia seperti berusaha untuk menahan agar tidak tertawa. akan tetapi ternyata gagal telinga Kania yang berada tak terlalu jauh dari keberadaan Aidan pun. mendengar dengan jelas.
seketika Kania pun berbalik arah dan memberi tatapan tajam pada Aidan yang tak lain adik laki-laki nya sendiri.
"apa? " tantang Aidan.
hanya memberi tunjukkan kepala pada Aidan, sekaligus tatapan seakan ingin memakan hidup-hidup tubuh pria laki-laki itu.
"tak apa-apa." Danu yang sejak tadi hanya menjadi penyimak tentang apa yang tengah terjadi. kini ikut mengutarakan perasaan nya.
"kau memang pria yang baik. baiklah sekarang ke kamar mu dan belajarlah." sahut Ayah.
Kania melihat kejadian itu pun menatap kesal.
"seseorang bisa salah faham, dan akan berfikir bahwa aku anak tiri." gumam Kania.
sebenarnya Danu mendengar tetapi ia tetap melanjutkan ucapannya dan tak ingin memulai debat dengan gadis yang menurutnya sangat unik.
"Ayah! dia mengumpat." celetuk Aidan.
"apa? "
Belum sempat Kania ingin membalas ucapan Kania, dengan cepat Danu mencubit tangan kanan Kania.
"ayah sakit..... " rintih Kania.
Meski ayah selalu mengajarkan Kania dengan cukup keras agar tidak mudah menyerah dengan semua keadaan pada dunia. yang terbilang cukup kejam. tapi Ayah tak akan pernah membiarkan siapapun menyakiti putri nya.
Tentu mengasuh kedua anak bukanlah yang mudah, ibu Kania yang pergi meninggalkan dua anak pada pria yang tak lain ayah Kania dan Danu. karna lebih memilih pergi dengan pria yang lebih kaya.
sedangkan perkerjaan ayah hanyalah seorang penjaga kedai makanan dan tak mampu mencegah untuk ibu dari kedua anaknya. menjalankan kehidupan yang selama ini wanita itu idamkan.
"apa kau akan selalu menjadi anak kecil yang nakal? ha." ucap Ayahnya pada Danu dengan menarik telinga anak laki-laki nya itu. "dia kakak perempuan mu, jika ayah nanti nggak ada apa kau akan menyakiti nya seperti itu? " imbuh Ayah mahes.
Kania yang tadinya tersenyum penuh kemenangan karna melihat Aidan di marahi oleh ayahnya. kini langsung merubah raut wajah cantik nya menjadi murung.
"ayah aku cuma becanda, mana mungkin aku menyakiti perempuan." ucap Aidan seperti tengah membela dirinya sendiri.
"ayah! " panggil Kania pada ayahnya dengan tangan ia bentangkan seakan ingin memeluk tubuh pria paruh baya itu.
tangan ayah pun seketika ia lepaskan pada telinga Putra laki-laki nya. dan menerima pelukan manja yang diberikan putri kandungnya.
"emangnya ayah tega mau ninggalin Kania." ujar Kania sembari tetap memeluk tubuh Ayahnya.
tanpa tersadar air mata pun ingin keluar dari pelupuk mata pria paruh baya itu. bahkan Aidan yang sejak tadi memegangi telinganya yang kesakitan. kini ia pun ikut terharu oleh penuturan dari kakak perempuan sekaligus selalu menjadi musuhnya di rumah.
Tak ingin terlihat lemah di hadapan putri kandungnya. yang bahkan ia pun selalu mendidik putra putrinya agar kuat dan tak mudah menangis oleh kerasnya dunia. dengan cepat Mahes pun mengusap air matanya yang ingin terjatuh dengan bebas dari pelupuk matanya.
"makanya kalau nggak pengen ayah pergi jangan suka berantem kamu sama adik mu itu." sahut Ayah Mahes dan melepaskan pelukannya pada Kania.
"habisnya dia duluan sih, selalu cari gara-gara." gerutu Kania.
Aidan ingin menjawab ucapan Kania, akan tetapi langsung mendapat tatapan tajam dari ayahnya. hingga dengan cepat Aidan pun mengurungkan niatnya sekaligus menunduk kan kepalanya.
"udah sekarang kamu kekamar dan belajar, dan kamu Aidan bantu ayah sebentar setelah itu kamu boleh ke kamar." ucap Ayah Mahes.
"ashiiap bos.... " Kania menjawab deng antusias dan segera melangkah kan kakinya kearah kamar milik dirinya.
merasa belum puas untuk memberi pelajaran pada adiknya, Kania pun membalikkan tubuh dan melihat ayahnya yang sudah berjalan kearah dapur sementara Aidan tetap berdiri menatap sinis kearah Kania.
Kania mengejek adik laki-laki nya dengan menjulurkan lidah nya, seakan ingin sekali membalas ejekan itu Kania pun berlari. belum sempat Aidan mengejar gadis yang telah mengejeknya tadi kini suara ayahnya pun terdengar jelas di telinganya.
"Aidan! " panggil Ayah Mahes.
Aidan hanya mendengus kesal.
"awas aja besok kalau nggak dateng helm nya." batin Aidan.
sementara itu Kania yang sudah berada di dalam kamarnya pun segera menuju ke meja belajar. sekaligus menyalakan lampu belajarnya dan membuka buku pelajaran bahasa Inggris.
seketika ia pun ingat bahwa minggu depan dirinya akan diajak Tasya sahabatnya. untuk pergi ke London menjenguk neneknya, sekaligus berlibur.
"ya ampun kok sampek lupa sih tadi aku nggak ngomong sama Ayah. " ucap Kania sembari menepuk jidat yang tertutup oleh poni tipis nya.
Ting
Ting
Ting
Suara pertanda ada pesan masuk dari handphone Kania pun terdengar.
dengan cepat Kania meraih handphone nya dan melihat layar yang kini tertera nama sahabatnya yang bernama Tasya.
"panjang umur bener nih bocah."
...isi pesan ...
Tasya : " kania jangan lupa izin sama Ayah Mahes buat minggu depan yah, dan ingat belajar bahasa Inggris yang pintar 👌"
Tasya : "oh iya tadi aku udah chat Garvin tapi nggak dibales cuma di read doank."
Tasya : "aku jadi 😭😭😭😭"
Tasya : "emm kania kamu kemana sih? kok nggak jawab chat aku."
Tasya : "Kaniaaaaaaaaaaaa."
Tasya : "Kaniaaaaaaaaaaaa."
Tasya : "okky fiks kita putus jadi teman."
Tasya : "Kania kamu kok nggak halangin aku sih."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"aduh nih anak alay banget sih. perasaan ngirim pesan baru beberapa menit udah nyepam aja." gerutu Kania.
Ketika Kania hendak membalas chat Tasya. Tiba-tiba tenggorokan nya sangat kering dan ingin minum, akan tetapi ternyata gelas yang selalu terisi air putih itu pun habis tak ada isinya.
"aduhh... pakek habis segala lagi."
tak ingin mati karna kehausan, Kania pun segera keluar kamar dan melangkah kearah dapur untuk mengambil air.
Akan tetapi langkahnya terhenti karna pria yang tengah berdiri di jendela dekat kamarnya dengan memegang handphone yang ia letakkan di telinganya. Kania tak begitu penasaran oleh percakapan pria itu. akan tetapi ketika pria yang tak lain adalah Danu sedikit menaikkan nada bicaranya.
Kania pun menghentikan langkah kakinya dan kini telinga nya pun dapat mendengar dengan jelas percakapan Danu dengan seseorang yang ia ajak bicara di telfon.
... percakapan Danu ...
Danu : "Ayah tau kan aku nggak bisa selamanya sekolah disini."
...........
Danu : "Ayah benar-benar egois kenapa tidak buang aku sejak dulu? "
.............
Danu : "terserah! aku sudah muak dengan ucapan Ayah."
tutttttt
panggilan pun langsung di akhiri secara sepihak oleh Danu.
Karna merasa tak ada suara obrolan lagi Kania pun berbalik dan melihat kearah Pria yang tadi menjadi objek ke ingin tahunya.
Akan tetapi tanpa tersadar kini pria yang tak lain adalah Danu itu pun sudah berdiri tepat di belakang tubuh Kania.
Tanpa pertahanan yang cukup Kania pun menabrak dada bidang Danu sehingga tubuh mungilnya hampir terjatuh ke lantai, dengan cepat tangan kanan Danu pun memeluk perut ramping Kania. dan tangan kirinya memegang tangan Kania yang memegang gelas.
Kini kedua mata itu pun saling terpaut. hembusan angin yang masuk dari jendela menambah kesan romantis antara Kania dan Danu.
Bersambung.