Anika seorang gadis yang tidak pernah membayangkan jika dirinya harus terlibat dalam malam panas dengan seorang pria beristri.
Cerita awal, ketika dirinya menginap di rumah sahabatnya, dan di saat itu pula dia tidak tahu kalau sudah salah masuk kamar, akibat keteledorannya ini sampai-sampai dirinya harus menghancurkan masa depannya.
Hingga beberapa Minggu kemudian Anika datang untuk meminta pertanggung jawaban karena dia sudah dinyatakan hamil oleh dokter yang memeriksanya.
Akan tetapi permohonannya di tolak begitu saja oleh lelaki yang sudah membuatnya berbadan dua.
Apakah Anika mampu membawa benihnya itu pergi dan membesarkan sendirian?? Temukan jawabannya hanya di Manga Toon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Tujuh
Sebagai kepala sekolah yang baik di sini Pak Abdul langsung membawa ibu dari muridnya ini ke kantor sekolah, agar tidak terjadi dugaan yang pada akhirnya mengarah ke fitnah, apalagi berhadapan dengan seorang wali murid yang keras kepala dan selalu ingin menang sendiri seperti Ibu Melly ini.
"Silahkan masuk Bu," ucap Pak Abdul.
Sedangkan Bu Mely langsung masuk begitu saja dengan raut wajah yang masih di tekuk, karena tidak terima, dalam hal ini anaknya yang di salahkan padahal anaknya hanyalah korban kekerasan dari teman laki-lakinya.
"Silahkan duduk Bu," titah Abdul.
"Heeeemb," sahut Mely dengan wajah judesnya.
"Bu, di sini saya sebagai kepala sekolah tidak ada niatan berat sebelah kepada seluruh anak didik saya, dan saya pun tidak ada upaya untuk membela si A maupun si B. Baiklah jika Ibu mau mengetahuinya, kita lihat bersama CCTV yang menunjukkan kejadian sebenarnya," terang kepsek tersebut.
Saat ini Pak Abdul langsung menyalahkan laptopnya, lalu mulai memutar video berdurasi 60 menit itu, dan hal itu benar-benar membuat hati Melly merasa kecewa terhadap sang anak yang sudah memulai kejadian ini, dan apa yang dikatakan si kembar itu benar kalau anaknya yang dulu melempar nasi kotak itu sebelum akhirnya teman cowoknya itu melakukan penyerangan.
"Gimana Bu, di sini aku berharap Ibu menilai video itu secara netral, tidak mungkin seorang anak akan memukul ataupun melakukan sesuatu yang sangat fatal jika tidak ada yang memulainya, saya memang tidak membenarkan tindakan di dalam video itu yang memberi perlawanan diluar dugaan seperti itu, akan tetapi kita juga harus mengajarkan terhadap anak kita untuk tidak menyakiti satu sama lain," terang Abdul yang membuat Melly merasa malu sendiri.
"Pak, aku minta maaf karena sudah menampar bocah kecil itu berkali-kali tanpa memberi kesempatan kepada anak itu untuk berbicara," ungkap Melly yang merasa bersalah.
"Tidak segampang itu Bu, Ibu sendiri saja tidak terima anak Ibu diperlakukan seperti itu, apalagi orang tua dari anak itu, langkah yang tepat meminta maaflah kepada orangtua dari anak tersebut," ujar Abdul.
"Baiklah Pak, akan saya lakukan," pungkas Melly.
Di sini Melly benar-benar merasa kecewa terhadap anaknya yang membuatnya sendiri malu dihadapan Bapak kepsek, sebagai seorang ibu, Melly dan suami memang bekerja di kota sana sebagai karyawan di salah satu perusahaan besar, dan dia pun mempercayakan anaknya kepada sang Ibu.
"Astaga Mona! Kau benar-benar buat Mama malu, lihat saja karena kelakuanmu ini," gumam Melly.
********
Di kota Jakarta, saat ini Aslan sedang menatap wajah mendiang istrinya melalui foto yang sedang dia pegang, pria kuat ini tiba-tiba menjadi lemah karena sebagian hidupnya sudah tiada, terlebih lagi dirinya melakukan kesalahan besar yang sampai saat ini tidak di ketahui oleh sang istri.
"Maaf, semoga kau memaafkan aku," ucap Aslan yang langsung mendekap tubuh sang istri sambil tertidur.
Aslan mulai menyusuri jalan di sebuah desa yang dekat dengan pesisir, di sini Aslan mulai mengecek proyek yang akan di agendakan bulan depan, akan tetapi di tengah perjalanannya dia bertemu dengan tiga orang anak kecil yang wajahnya sangat mirip, bisa dibilang mereka kembar tiga.
Aslan pun mulai menghampiri ketiga anak kembar itu, satu perempuan dan dua laki-laki, akan tetapi Aslan kesulitan untuk mengingat wajah anak yang sedang menangis itu.
"Kak, kenapa sih semuanya nakal bahkan teman-teman tidak ada yang mau berteman dengan kita apa kita ini tidak memiliki ayah, memangnya ayah kita di mana sih, katanya kerja tapi kenapa tidak pernah pulang, bahkan tidak pernah menengok kita sama sekali," aduh anak itu yang seolah membuat Aslan tertarik untuk menghampiri ketiga anak itu.
"Abang, tenang saja ya, ayah kita pasti akan datang, dan suatu saat nanti kita akan berkumpul," sahut sang Kakak.
"Kenapa Kakak sama seperti Bunda, selalu beri kami harapan palsu, padahal kenyataannya kita gak punya ayah, bahkan kata teman-teman kita ini anak haram, tapi kenapa Kakak sama Bunda masih bohongi kita," protes si bungsu.
"Adik, kita tidak boleh begitu, Bunda tidak mungkin membohongi kita," sahut sang Kakak sambil mengelus pundak adiknya.
Aslan pun mulai menghampiri ketiga anak kecil itu lalu dirinya mencoba untuk bertanya.
"Nak, kalian kenapa?" tanya Aslan.
"Tolong datanglah jangan membuat kita bertiga di juluki anak haram gara-gara anda tidak pernah datang menjumpai kita."
Deg!!!!
Aslan langsung terkesiap dari tidurnya, kata-kata terakhir dari anak perempuan di mimpinya tadi benar-benar menjadikannya sebuah tamparan hidup yang cukup keras. sudah tujuh tahun ini dia tidak pernah mendapatkan kabar dari gadis yang dulu pernah dia renggut kehormatannya.
"Hah ...! Tiga anak itu," ucap Aslan dengan nafas yang ngos-ngosan.
Belum kering kesedihannya semenjak kepergian istrinya, tapi kenapa ujian dalam hidupnya seolah bertubi-tubi, saat ini pikirannya sedang dihantui oleh rasa bersalah terhadap tiga orang anak yang sejak dulu kehadirannya tidak pernah dia inginkan.
"Ya Tuhan, aku benar-benar tidak mau menemui mereka, jika sekali saja aku menemui, itu berarti aku sudah menyakiti hati istriku secara tidak langsung," ucap Aslan yang masih bersikukuh menjaga hati istrinya.
*******
Siang harinya, saat ini anak-anak sudah sudah pulang dari sekolahnya, sedangkan sang ibu masih belum pulang, karena ada rapat di sekolahan, ketiga anak itu mulai bermain di bibir pantai karena memang rumah mereka dekat dengan pesisir.
"Kakak, ayo kita bermain di dekat puncak sana yuk," ajak sang adik.
"Jangan Dik, katanya tempat itu sedang ada pembangunan, nanti kita di marahin sama yang kerja di sana," sahut Aruna mencegah.
"Gak apa-apa Kakak, kemarin aku melihat ada seorang anak kecil yang main ke sana," timpal Arjun.
"Emang benar Bang?" tanya Aruna.
"Iya Kakak," sahut Arjun dan Arash berbarengan.
"Baiklah kalau begitu ayo kita main ke sana," ucap Aruna yang akhirnya menyetujui permintaan kedua adiknya.
Saat ini ketiga anak itu mulai menuju bangunan yang ada di dekat bukit, ketiganya terlihat begitu ceria meskipun perjalanannya membuat nafas ngos-ngosan, akan tetapi mereka begitu semangat menuju pembangunan itu entah apa yang ingin mereka cari.
"Kak, sepertinya tempat ini mau di buat rumah, lihat saja yang kerja banyak banget," ujar Arjun.
"Bener banget pasti yang punya rumah ini orang kaya raya, lihat saja rumah mereka seluas ini," sahut Aruna yang merasa takjub.
"Kak, semoga nanti kalau udah besar Adik bisa ya bangunkan rumah itu untuk Bunda," harapan seorang anak yang entah kapan akan terkabul.
Ketika mereka asyik bermain di depan pembangunan tersebut, tiba-tiba saja ada seorang satpam yang mengusirnya, karena mobil bos mereka akan tiba.
"Hei anak kecil minggir sana ada mobil mau lewat," ujar satpam tersebut, anak kecil itu langsung minggir karena mobil mewah berwarna putih melintas di depannya.
Saat ini ketiga anak itu hanya bisa melihat seorang berpakaian rapi dan berkaca mata hitam itu mulai turun dari mobilnya.
"Wiiih, itu bosnya keren bangat ya, nanti kalau besar aku ingin sekali seperti om yang turun dari mobil tadi," ucap Arjun dengan penuh harap.
"Amiiin, tidak ada yang tidak mungkin jika kita berusaha," sahut Aruna.
"Kak, apa bisa anak yang tidak memiliki ayah seperti kita menjadi anak yang sukses?" tanya Arash yang mengundang perhatian pria berkaca mata hitam itu.
Sejenak pria itu mulai melirik ke arah anak laki-laki yang mempunyai harapan tinggi seperti dirinya terdahulu sebelum menjadi seperti sekarang.
Pria itu langsung menghampiri ketiga anak itu dan langsung memberi semangat.
"Anak pintar, kamu pasti bisa kok meraih kesuksesan asal kalian pandai belajar," sahut Pria itu, sedangkan ketiga kembar itu merasa bahagia karena ucapannya di tanggapi oleh seseorang yang mempunyai bangunan besar ini.
"Beneran Om?" tanya Arash yang merasa tidak percaya.
"Iya benar sekali," sahut Pria itu.
Sedangkan saat ini pria itu merasa takjub dengan ketiga kembar yang memiliki paras yang cantik dan rupawan, bahkan meskipun mereka tinggal di dekat pesisir, kulit mereka tetap putih bersih.
"Anak ini seperti anak orang berada kalau di lihat dari segi fisik mereka yang bersih dan terawat, meskipun memakai baju sederhana," gumam pria itu.
"Anak pintar, kalian ini kembar?" tanya pria itu.
Entah kenapa pria itu begitu tertarik dengan ketiga anak tersebut dan ingin mendekati mereka bertiga.
"Iya kami kembar, ini Kakakku bernama Aruna, dan ini Abangku bernama Arjuna, sedangkan aku Adik, bernama Arashia," sahut Arash memperkenalkan saudaranya satu persatu.
"Nama yang begitu indah semua, pasti ayah kalian bangga di surga sana," celetuk pria itu yang mendengar dari celetukan anak itu tadi.
"Ayah kami tidak meninggal Om," ucap Arash membenarkan.
"Terus kemana?"
"Kami tidak ada ayah, dan kata teman-teman kami bertiga anak haram," sahut Arash.
"Adik," sela Aruna langsung.
"Gak apa-apa Kak, itu memang kenyataan kok," ucap Arash.
"Ya tapi kita tidak boleh berbicara seperti itu terhadap orang yang baru kita kenal," tegur Aruna.
"Yang di katakan kakakmu benar Nak, kita memang tidak boleh berkata seperti itu, oh ya Om kan belum berkenalan, sekarang kalian boleh panggil Om dengan sebutan Om Marvin," ujar pria itu sambil menjabat tangan.
Dari kedua anak itu hanya anak tengah saja yang cuek dan jarang berbicara dengan orang asing seperti dirinya, dan hal itu benar-benar mengingatkan Marvin dengan ayahnya sendiri.
'Kenapa ketiga anak ini wajahnya begitu mirip Papa, apalagi si tengah cuek dan dinginnya begitu mirip, ah, pikiran apa kau ini Marvin,' batin Marvin yang saling berlawanan.
Bersambung
ashlan meskipun itu bibi mu,,jika dia tidak bisa menerima Anak anak mu,,maka lempar saja ke kutub,,,kau dulu beraning menolak anak kandung mu,,,maka kau harus beraning menyingkirkan orang orang yg ingin menyakiti anak anak mu dan calon istri mu,,meski pun itu bibi mu sendiri atau siapa pun itu...
hehhh nenek sihir mikir donk kau lebih menjunjung anak angkat dan mendiang istri ashlan yg tidak memiliki keturunan keponakan mu ketimbang memilih yg kandung dan nyaris sempurna...Dunia terbalik memang😄😄😄😄
pantes Anika berat perasaannya, akan ada hambatan dari keluarga si Aslan.
semangat pagi thour,,,semangat up,ini lg nunggu sambil ngopi🤣🥰😘❤❤❤💪💪💪💪