Pernikahan Seorang Gadis Muda Berusia 19 Tahun dengan CEO Duda Kaya Raya
Berawal dari Rencana Pernikahan Kakakku dengan Seorang CEO dingin yang berstatus sebagai Duda
Namun Karena Kesalahan Yang di Lakukan Kakaku, Membuatku harus Menerima Jika aku Harus Menggantikan Posisi Kakakku menikah Dengan CEO berhati dingin tersebut.
Pembatalan Pernikahan Yang Dilakukan Oleh Kakakku Membuat Orangtuaku Sangat sedih Dan Terancam dalam Kebangkrutan.
Apakah Aku Bisa Melanjutkan Hidupku Dengan CEO berhati dingin Tersebut, Atakah Aku Akan Menyerah
Yuk Nantikan Kisahnya
PESONA MARYAM (Maryam Albatul Rahmah)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nabila.id, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27. Menahan Amarah
"Mas Reza mau kemana ?, Kenapa pergi begitu saja ?" Tanya Maryam kemudian
"Bukanya Kau bilang Mau pulang, Kenapa masih bertanya !" Jawab Reza ketus.
"Emm... Baiklah kalau begitu akan aku obati lukanya ketika di rumah" Ucap Maryam kemudian
"Terserah!!" Ucap Reza
"Apa sudah menjadi kebiasaan bagi mas Reza selalu Marah ?" Ucap Maryam iseng
Mendengar hal tersebut Reza hanya diam, tak sedikitpun menghiraukan ucapan Maryam.
"Boleh Maryam mengatakan sesuatu ? bukan maksut Maryam menggurui, namun rasanya ini perlu Maryam sampaikan pada mas Reza " Ucap Maryam.
"Terserah " Ucap Reza singkat
Merasa mendapatkan lampu hijau Maryam bergegas menyampaikan isi hatinya.
"Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku ini hanya manusia biasa, aku bisa senang sebagaimana manusia senang, dan aku bisa marah sebagaimana manusia marah”
"Bersamaan dengan itu, sifat marah merupakan bara api yang dikobarkan oleh setan dalam hati manusia untuk merusak agama dan diri mereka, karena dengan kemarahan seseorang bisa menjadi gelap mata sehingga dia bisa melakukan tindakan atau mengucapkan perkataan yang berakibat buruk bagi diri dan agamanya"
"Oleh karena itu, hamba-hamba Allah Ta’ala yang bertakwa, meskipun mereka tidak luput dari sifat marah, akan tetapi kerena mereka selalu berusaha melawan keinginan hawa nafsu, maka mereka pun selalu mampu meredam kemarahan mereka karena Allah Ta’ala."
Allah Ta’ala memuji mereka dengan sifat ini dalam firman-Nya,
...{الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ}...
“Orang-orang yang bertakwa adalah mereka yang menafkahkan (harta mereka) baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan” (QS Ali ‘Imran:134).
Artinya: jika mereka disakiti orang lain yang menyebabkan timbulnya kemarahan dalam diri mereka, maka mereka tidak melakukan sesuatu yang diinginkan oleh watak kemanusiaan mereka (melampiaskan kemarahan), akan tetapi mereka (justru berusaha) menahan kemarahan dalam hati mereka dan bersabar untuk tidak membalas perlakuan orang yang menyakiti mereka.
Melihat Reza yang diam dan memperhatikan setiap Ucapannya, seketika Maryam bersemangat untuk melanjutkan penuturannya.
Dalam sebuah hadits yang shahih, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
...« لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِى يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ »...
“Bukanlah orang kuat (yang sebenarnya) dengan (selalu mengalahkan lawannya dalam) pergulatan (perkelahian), tetapi tidak lain orang kuat (yang sebenarnya) adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah”.
"Inilah kekuatan yang terpuji dan mendapat keutamaan dari Allah Ta’ala, yang ini sangat sedikit dimiliki oleh kebanyakan manusia"
"Imam al-Munawi berkata,“Makna hadits ini: orang kuat (yang sebenarnya) adalah orang yang (mampu) menahan emosinya ketika kemarahannya sedang bergejolak dan dia (mampu) melawan dan menundukkan nafsunya (ketika itu). Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits ini membawa makna kekuatan yang lahir kepada kekuatan batin. Dan barangsiapa yang mampu mengendalikan dirinya ketika itu maka sungguh dia telah (mampu) mengalahkan musuhnya yang paling kuat dan paling berbahaya (hawa nafsunya)”
"Inilah makna kekuatan yang dicintai oleh Allah Ta’ala yang disebutkan dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada orang mukmin yang lemah”
"Arti kuat dalam hadits ini adalah kuat dalam keimanan dan kuat dalam berjuang menundukkan hawa nafsunya di jalan Allah SWT "
Dalam hadits lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
...« مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنْفِذَهُ دَعَاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى رُءُوسِ الْخَلاَئِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ اللَّهُ مِنَ الْحُورِ مَا شَاءَ »...
“Barangsiapa yang menahan kemarahannya padahal dia mampu untuk melampiaskannya maka Allah Ta’ala akan memanggilnya (membanggakannya) pada hari kiamat di hadapan semua manusia sampai (kemudian) Allah membiarkannya memilih bidadari bermata jeli yang disukainya”
Imam ath-Thiibi berkata, “(Perbuatan) menahan amarah dipuji (dalam hadist ini) karena menahan amarah berarti menundukkan nafsu yang selalu menyuruh kepada keburukan, oleh karena itu Allah Ta’ala memuji mereka dalam firman-Nya,
...{وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ}...
“Dan orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan” (QS Ali ‘Imran:134)”
Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits ini: “…padahal dia mampu untuk melampiaskannya…”, menunjukkan bahwa menahan kemarahan yang terpuji dalam Islam adalah ketika seseorang mampu melampiaskan kemarahannya dan dia menahnnya karena Allah Ta’ala, adapun ketika dia tidak mampu melampiaskannya, misalnya karena takut kepada orang yang membuatnya marah atau karena kelemahannya, dan sebab-sebab lainnya, maka dalam keadaan seperti ini menahan kemarahan tidak terpuji.
Seorang mukmin yang terbiasa mengendalikan hawa nafsunya, maka dalam semua keadaan dia selalu dapat berkata dan bertindak dengan benar, karena ucapan dan perbuatannya tidak dipengaruhi oleh hawa nafsunya.
Inilah arti sikap adil yang dipuji oleh Allah Ta’ala sebagai sikap yang lebih dekat dengan ketakwaan. Allah Ta’ala berfirman,
...{وَلا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ على أَلاَّ تَعْدِلُوْا اِعْدِلُوْا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى}...
“Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa” (QS al-Maaidah:8).
Imam Ibnul Qayyim menukil ucapan seorang ulama salaf yang menafsirkan sikap adil dalam ayat ini, beliau berkata, “Orang yang adil adalah orang yang ketika dia marah maka kemarahannya tidak menjerumuskannya ke dalam kesalahan, dan ketika dia senang maka kesenangannya tidak membuat dia menyimpang dari kebenaran”.
"Bagaimana ? Apa mas Reza masih tidak ingin Memilih bidadari sesuai Keinginan Mas Reza nantinya" Ucap Maryam dengan seulas senyum
Mendengar ucapan Maryam, seketika Reza menyempitkan dahinya dan menatap intens pada Maryam.
"Ohya? " Ucap Reza datar
"Bukankah, saat ini aku sudah mendapatkan bidadari itu, Jadi kenapa aku masih harus Selalu bersabar Untuk memilih bidadari lain ?" Ucap Reza dengan nada santai .
Mendengar penuturan Reza, seketika Maryam menjadi shock, Sedagkal itu pemikiran Orang yang telah menikahi dirinya.
"Apa?? Astaga Lupakan saja mas !!" Ucap Maryam merasa jengkel dengan sikap Reza
"Capek-capek aku memberi Tausiah, dia hanya bereaksi datar, Sabar Maryam sabar, Meskipun begini, inilah jodoh terbaik yang di kirim Allah" Gumam Maryam dalam hati
Melihat kemarahan Maryam dan nada bicaranya yang Terkesan Jengah, Reza merasa geli dan Tertawa terbahak-bahak.
"Baiklah, Oke ... Mungkin lain kali aku kan belajar sabar" Ucap Reza kemudian
"Apa kau puas Maryam Albatul Rahmah?" Ucap Reza lagi.
"Emm...." jawab Maryam santai.
***
Setelah melalui perjalanan yang berkelok kelok, beberapa saat kemudian mobil Reza masuk kedalam pekarangan rumah Milik Abi Hanif.
Bergegas keduanya Keluar dan masuk kedalam rumah. Tanpa ada perbincangan diantara keduanya.
Seketika Reza menghempaskan bobot tubuhnya di sofa ruang tamu, setelahnya Memejamkan mata.
Maryam yang menyadari hal tersebut, membiarkan Reza beristirahat dan meninggalkannya untuk segera menunaikan sholat Dzuhur.
Setelah Menyelesaikan sholat Dzuhur Maryam bergegas menuju dapur untuk menyiapkan Makan siang untuk Reza.
Sebelum menuju dapur Maryam melihat kondisi Reza. Maryam mendengar dengkuran halus dari Reza.
Kemudian Maryam berlalu untuk mengambil kotak obat dan Mengobati Luka di tangan Reza.
Maryam ingin melakukanya ketika Reza tengah terlelap, karena hal itu akan membuat Maryam leluasa untuk mengobatinya tanpa ada rasa canggung atau takut.
Maryam melakukanya dengan sangat hati-hati dan lembut, Sampai Reza tidak sedikitpun terganggu dengan Tindakan Maryam ataupun samai terbangun dari tidurnya.
Setelah menyelesaikan semua, Maryam bergegas Membereskan kotak obat miliknya dan menyimpannya kembali.
Maryam segera berlalu menuju dapur. Setelah menyimpan kembali kotak obat nya.
"Bi .. Hari ini belanja sayur apa ?" Tanya Maryam kepada bin minah yang telah lebih dulu berada di dapur
"Ini Ning tadi BI Minah beli Ayam, Jamur dan Beberapa Sayuran" Ucap Bi Minah
"Ada Seafood nggak bi?" Tanya Maryam lagi.
"Hari ini yang jual sayur Ndak bawa Seafood Ning " Jawab bi Minah dengan sopan.
"Ohh ya sudah nggak papa, Bi Minah istirahat saja pasti capek seharian bersih-bersih"
"Biar ini Maryam sendiri yang siapkan makan siang, dan Sekalian Maryam mau masak banyak untuk nanti sore Maryam Bawa ke rumah sakit" Ucap Maryam kemudian
"Tapi Ning saya bantu yaa" Ucap Bi Minah merasa tidak enak dengan majikanya.
"Tidak Papa BI, " Jawab Maryam singkat dengan senyum simpul di bibirnya
"Baiklah kalau begitu Bibi permisi ya Ning " Ucap Bi Minah seraya berlalu dari Hadapan Maryam. dan dibalas senyuman oleh Maryam.
Bersambung.
Jangan lupa dukungan untuk author ya , Supaya tetap semangat untuk berkarya dan memberikan tulisan terbaik untuk kakak-kakak Pembaca 🙏🥰