Judul novel : "MY STUDENT IS MY STUPID WIFE
Ini kisah tentang NANA DARYANANI, seorang mahasiswi cantik yang selalu mendapat bullying karna tidak pandai dalam pelajaran apapun. Nana sudah lama diam-diam naksir dosen tampan di kampusnya, sampai suatu hari Nana ketahuan suka sama dosennya sendiri yang membuat geger seisi kampus.
Bagaimana dengan Sang Dosen, apakah dia juga akan menyukai Nana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon gabby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SI RATU PIPIS
Embun pagi masih menyelimuti kota Jakarta, Nana bangun lebih awal. Dia merasakan perutnya terasa berat, mungkin semalam tanpa sadar Hessel tidur memeluk Nana.
"Hakkk... turun pelan-pelan Nana..." Nana pelan-pelan menyingkirkan tangan Hessel dan bangkit langsung menuju kamar mandi.
Nana langsung buru-buru akan ke kampus tanpa berpamitan dengan suaminya. Nana tidak ingin membangunkan Hessel, kalau Hessel bangun dia bisa habis di ejek-ejek oleh suaminya itu. Karna kejadian semalam membuat Nana stress, sampai dia tidak bisa tidur dengan nyenyak Hessel sangat usil dan terus mengejeknya sebagai ratu pipis.
Flash Back On
"Yaaa... mukanya memerah..." ledek Hessel, Nana memanyunkan bibirnya dan memasang muka masam.
"Wajahmu sangat jelek seperti buah tomat." ledek Hessel gemas mencubit-cubit pipi Nana.
"Menyebalkan... menyebalkan... keterlaluan kamu mas..." Nana terus berteriak memukul-mukul tubuh Hessel dengan tingkahnya yang menggemaskan.
"Ayo Ratu Pipis, kita mandi sama-sama." ucap Hessel mengembangkan senyuman sembari meraih tangan Nana.
"Apa mas bilang, Ratu Pipis? aaa menyebalkan sekali."
"Auuhh... hentikan, hentikan, sakit Nana, mau aku terkam sekarang?" Goda Hessel habis Nana terus mencubit dan memukul badannya.
"Nana ratu pipis... Nana ratu pipis... bau pesing, kau harus mandi denganku."
"Aku seperti ini juga karnamu, mas."
Mereka pun saling dorong pintu, sama-sama tidak mau mengalah. Nana mau mandi sendiri, sedangkan Hessel yang terkena pipisan Nana pengen mandi bareng dengan Nana.
"Pokoknya aku yang masuk duluan, mas tunggu saja di luar... aku gak mau mandi sama mas, malu tau." ucap Nana
"Kau harus membayar perbuatanmu Na, atau aku akan mengejekmu saat di kampus nanti." ucap Hessel mengancam.
"Aku tidak mau... tidak mau... pergi sana mas, mas mandi di bawah aja..." masih saling dorong.
"HUA! Kena juga kan kamu Na!!!" Akhirnya pertahanan Nana pun runtuh terkalah oleh kekuatan tenaga lengan Hessel dan Hessel langsung menangkap Nana.
"aaaaaa"
"Ihhhh mas... lepaskan Nana..." teriak Nana sambil tertawa geli karna Hessel mengklitik pinggangnya.
"Aku gak akan lepasin kamu, kamu harus tanggung jawab pokoknya." bantah Hessel sambil mengunci tubuh Nana dengan erat.
"Aku harus apa mas" pasrah Nana kehabisan tenaga.
"Kau harus membersihkan tubuhku." pinta Hessel.
"Hah... Nana tidak bisa mas, maluuu..."
"Oo melawan sama suami sekarang ya?" ucap Hessel sinis.
"Bukan begitu mas... tapi mas janji ya, setelah Nana menyabuni tubuh mas, mas langsung keluar dari sini." mohon Nana.
"Ok..." Hessel melepaskan pelukkannya.
"Cepat buka bajuku." perintah Hessel tanpa basa-basi, rasanya sedetik yang lalu Nana bisa bernafas lega setelah terbebas dari pelukkan Hessel yang mencekam tubuhnya.
Nana malah terengah-engah lagi saat suaminya memintanya untuk membuka baju suaminya.
"Gak mau mas... Nana gak mau..." rengek Nana.
"Kau harus mau Nana, kitakan suami istri." rayu Hessel meraih tangan Nana dan mengarahkan tangan Nana ke tubuhnya.
Nana pun pelan-pelan melepas kancing baju Hessel dengan pandangannya menoleh ke kiri, sedangkan Hessel terus memegang tangan Nana yang bergetar.
"Gitu donk... gak sulit kan buka baju suami, hehe." ucap Hessel lalu berjalan santai menuju bath up untuk berendam di dalamnya, sementara Nana masih tertegun di dekat pintu.
"Mendekatlah Na!!!" panggil Hessel, terpaksa Nana mendekat dan duduk di tepi bath up.
"Harusnya kan aku yang mandi di sini, kenapa jadi dia." batin Nana kesal.
"Kau kenapa?" tanya Hessel tiba-tiba menatapnya.
"Kenapa emangnya, aku baik-baik saja." cetus Nana.
Tiba-tiba Hessel menarik baju Nana, yang membuat Nana hampir tercebur ke dalam bath up.
"Hua! apa mau mu mas." Nana terkejut untuk tangannya kuat berpegangan pada sisi bath up.
"Kau tidak buka baju, cepat buka bajumu!" ucap Hessel memerintah.
Nana langsung menyilangkan tangannya ke dadanya.
"Tidak mau... mas cepatlah mandinya, kenapa lama sekali." jawab Nana ketus dan kesal.
"Cepat buka Na, kau bilang mau mandi juga kan." mereka pun saling tarik menarik baju.
"Mas, hentikan bajuku nanti bisa sobek."
"Memangnya aku peduli, tinggal beli lagi yang baru."
Huaaa... akhirnya Nana tercebur ke dalam bath up dan bajunya benar-benar sobek ditangan Hessel.
"Haaa... mas, apa yang kau lakukan baju ku sobek." ucap Nana bersedih melihat bajunya sobek.
"Inikan baju ke sayangan Nana." lirih Nana.
Sementara Hessel malah cekikikan menertawakan ekspresi wajah Nana.
"Kenapa mas tertawa, apa mas senang melihat Nana menderita?" cetus Nana.
"Bu-bukan seperti itu Na, habisnya baju kaos kaki lima seperti ini kau bilang baju ke sayangan." ucap Hessel.
"Mas senangkan, mas pasti tadi mau memperkosa Nana, dan sekarang baju Nana sobek, mas bahagia di atas penderitaan Nana." celotehnya.
"Ya ampun, apa ada suami yang memperkosa istri, Na kau sekolah sudah berapa tahun, tapi kosa katamu tetap saja masih salah." ucap Hessel sambil menahan tawa.
"Aku tidak tau kau bisa lulus atau tidak nanti?" gumam Hessel sementara Nana masih prihatin melihat bajunya.
"Aaa... bajuku, apa ini masih bisa dijahit kembali..." rintih Nana mengamati sobekkan baju yang kini ada ditangannya.
"Polos sekali... " batin Hessel mengamati tingkah istrinya yang konyol sambil tertawa tak bersuara.
"Sudah jangan menangis Na, sekarang lepas saja bajumu."
"Tidak mau... Nana marah padamu mas."
"Kau marah atau malu?" goda Hessel.
"Dua-duanya." jawab Nana singkat dan cetus.
"Aku minta maaf deh, nanti aku ganti bajunya."
"Sudah Nana maafin."
"Hah... mudah sekali dia memaafkan." ucap Hessel dalam hati.
"Berarti kau mau buka bajumu Na?"
"Sudah Nana bilang, maluuu." Nana kesal dan berteriak memekik ruangan tersebut.
"Shuttt... jangan keras-keras." ucap Hessel dan dengan lembut langsung mencium bibir Nana sebentar membuat mata Nana terbelalak dan tertegun kaget tapi tetap menikmatinya.
"Kenapa harus malu, bukankah aku sudah melihat semuanya, meski hanya sekali tapi aku masih mengingat setiap lekuk tubuhmu Na." lirih Hessel pelan sambil menatap wajah Nana.
Sementara Nana masih mengatupkan bibirnya, bisa-bisanya Hessel menciumnya di saat Nana banyak bicara, yang membuat gadis polos itu langsung mati rasa.
"Hanya sekalikan, karna hanya sekali makanya Nana mau mas keluar sekerang."
"Yeah... ratu pipis esmosi"
"Emosi." ketus Nana.
"Ayolah Na, kita lakukan sekali lagi supaya aku semakin mengingatmu." memeluk tubuh Nana dan merayunya.
"Tidak mau... mas harus mencintai Nana dulu, setelah itu Nana akan menyerahkan semuanya."
"Ya ampun, permintaanmu banyak sekali Na."
"Apa mas keberatan?"
"Tidak, tapi seingatku hari itu kau yang memaksa aku melakukannya, aku tidak pernah memintanya, kenapa sekarang kau menolak?"
"Ya benar, karna Nana cinta sama mas, tapi mas malah sebaliknya, mas meminta hak tapi mas tidak mencintai Nana, jadi Nana tidak akan menuruti kemauan mas kali ini."
"Apa bedanya Na, kita suami istri."
"Tetap ada bedanya."
"Judes banget Na, dosa tau menolak ajakan suami." rayu Hessel mencubit dagu Nana.
"Masa bodoh..." ketus Nana membuang muka."
Flash back off
"aaaaa tidak-tidak, sangat memalukan... itu tidak akan terjadi lagi." berteriak histeris untung saja tidur Hessel tidak terganggu.
Nana berjalan berjinjit pelan-pelan keluar menutup pintu kamarnya tanpa mengeluarkan suara sedikit pun agar tidak membuat Hessel terbangun.
Nana harap pagi ini Hessel sudah melupakan kejadian semalam yang sangat memalukan.
Tidak lama setelah Nana pergi, Hessel pun ikut terbangun.
"Lhooo... kok Nana gak ada, kemana dia?" saat bangun Hessel langsung mencari istrinya.
"Memang sudah jam berapa sekarang?" melihat jam dinding.
"Jam 5.50, apa Nana sedang mandi..." Lalu Hessel menuju kamar mandi tapi dia tidak menemukan Nana di sana.
"Oh, mungkin Nana sedang masak." Kemudian bergegas menuju dapur tapi lagi-lagi Nana tidak ada di sana. Hessel hanya melihat Devan sedang sarapan roti bakar sendiri.
"Mau sarapan juga kak?" tanya Devan.
"Nana dimana Dev?" Hessel bertanya balik.
"Kakak pagi-pagi bukannya mencariku, malah mencari istri yang tak bisa di andalkan itu." cetus Devan.
"Kau di sini untuk apa aku mencarimu, katakan apa kau melihat Nana?"
"Mana aku peduli sama Nana." jawab Devan.
"Ya ampun tidak ada gunanya bertanya pada musuhnya." gerutu Hessel hendak kembali ke kamarnya.
Langkahnya tiba-tiba terhenti.
"Nana sudah pergi pukul 5.30 lalu, dia seperti di kejar setan buru-buru sekali sampai melupakan tanggung jawabnya untuk membuatkanku sarapan." ucap Devan.
Hessel tertegun mendengarnya.
"Ahhh... Nana, bisa-bisanya kau pergi tanpa pamitan, dia pasti malu sehingga tidak membangunkanku." ucap Hessel dalam hati sembari tersenyum mengingat kejadian semalam.
"Giliran perutmu lapar kau mengandalkan Nana, kau makanlah yang banyak Dev, aku mau mandi." ujar Hessel sembari menaiki tangga menuju kamarnya.
"Sebaiknya aku telpon dia dulu, memastikan dia sudah sampai di kampus atau belum, awas saja kalau dia goncengan lagi dengan murid sok pintar itu." ucap Hessel sambil mencari kontak Nana di ponselnya.
Saat Hessel menelpon, di kamarnya terdengar ponsel berdering.
"Seperti suara ponsel Nana." gumam Hessel, mencari sumber suara yang berasal dari bawah bantal Nana.
"Ya ampun... " ucap Hessel sedikit tersentak saat melihat ponsel istrinya.
Tiba-tiba ponsel Nana berdering lagi menerima panggilan telpon. Di sana tertulis nama Andrean.
"Wahhh... murid sok pintar ngapain dia nelpon Nana di pagi hari seperti ini." gerutu Hessel lalu menerima telponnya.
"Na, aku pinjam buku catatanmu ya tolong jangan lupa di bawa." terdengar suara Andrean, Hessel hanya diam mendengarkannya.
"Aku tunggu di perpustakaan nanti." ucapnya lagi, Andrean heran Nana tidak menjawab sepatah kata pun. Dia tidak tau sebenarnya Hessel lah yang menerima telponnya.
"Ini modus namanya, buku catatan apaan, mereka beda jurusan." ucap Hessel kesal.
"Ishhh... kekanak-kanakan sekali dasar bocah, awas aja aku remukin tulang belulangnya kalau dia berani modusin Nana." gerutu Hessel.
"Kenapa aku jadi kesal sendiri, lebih baik aku mandi dulu, hari ini kelas Nana ada presentasi, aku harus datang lebih awal."
Dan Hessel melihat laptop serta flashdisk Nana tergeletak di atas meja belajarnya.
"Ya ampun dia ceroboh sekali... apa dia lupa hari ini akan ada presentasi di depanku." gumam Hessel.
"Ini akibatnya kau tidak menerima ajakan suamimu, lalu kau pergi tanpa berpamitan." celoteh Hessel.
"Habislah kamu Nana, kamu tidak bisa presentasi dimata kuliahku." Hessel cekikikan terlihat sedang merencanakan sesuatu di dalam pikirannya untuk mengerjai Nana.