'Xannia Clowin'
Gadis cantik berusia 22 tahun yang selama menjalani hidup baru kali ini dia mengetahui pengkhianatan sang ayah kepada ibunya .
Sejak Xannia berusia 2 tahun ternyata sang ayah sudah menikah lagi bahkan wanita itu sedang mengandung anaknya.
Awal mula terbongkar pengkhianatan ayahnya itu ketika sorang gadis yang tak jauh beda dari usia xannia datang,gadis itu langsung menemui ibu Xannia dan mengaku sebagai anak dari istri kedua suaminya,
semenjak kejadia itu ibu xannia sering sakit-sakitan dan 5 bulan kemudian sang ibu meninggal dunia.
Dari kejadian itu menimbulkan rasa dendam dan sakit hati Xannia kepada ayah dan kelurga istri keduanya,sehingga Xannia bertekat membalaskan dendam atas rasa sakit dan pengkhiantan ayahnya yang sampai membuat ibunya tiada,bahkan dia rela menjadi istri kontrak miliader yang ingin memiliki keturunan , dan dari situlah Xannia ingin memanfaatkan pria itu untuk membalaskan dendamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon VHY__, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Xannia mengerjapkan matanya beberapa kali, sebelum akhirnya wanita cantik itu membuka matanya.
Xannia lantas tidak langsung bangun dan masih setia berbaring di ranjang empuk milik Davendra.
"Jam berapa sekarang?" gumamnya.
Xannia juga tidak mendapati keberadaan Dave disana.
Xannia bangun dari tidurnya dengan malas dan berjalan masuk kedalam kamar mandi.
Lima belas menit kemudian wanita itu keluar dari kamar mandi dan memunguti semua pakaian miliknya yang berserakan di mana-mana.
Ia memakai pakaiannya dengan cepat dan keluar dari kamar pribadi milik suaminya.
Setelah keluar dari kamar, Ia mendapati Dave yang sedang sibuk dengan pekerjaannya dan tidak menyadari keberadaannya.dan berjalan menghampiri Davendra dan berdiri tepat di depan pria itu.
Dave mendongakkan kepalanya dan melihat Xannia yang juga sedang memperhatikannya.
"Aku lapar," rajuk Xannia
"Bagaimana kau tidak lapar, kau melewatkan makan siangmu," kata Dave datar.
Xannia mencebik mendengar kata pria yang ada di hadapannya itu.
"Jam berapa sekarang?" tanya Xannia melihat sekeliling ruangan Davendra untuk mencari jam.
"Jam dua siang," sahut Dave.
"Kenapa kau tidak membangunkanku," ucap Xannia.
"Kau tidur sangat nyenyak," sahut Dave.
"Kau sudah makan?" tanya Xannia.
"Belum," jawab Dave dengan pandangan yang kembali fokus pada pekerjaannya.
"Kenapa belum makan? Ini sudah jam dua siang," kata Xannia.
"Karna aku belum ingin makan," sahut Davendra.
"Aku akan menelpon Rafa untuk mengantarkan makanan kemari dan setelah itu aku akan pulang," kata Xannia.
Dave tak membalas perkataan wanita itu, dan Xannia tak masalah dengan itu, karna dis sudah tahu sifat pria dingin yang menjadi atasan sekaligus suaminya itu.
Xannia mendudukan dirinya di sofa yang ada di ruangan pria itu.
Sambil menunggu makanannya, Xannia melihat ponselnya dan ternyata ada pesan dari ayahnya tak henti-hentinya untuk menyuruhnya pulang.
Xannia tak membalas pesan dari sang ayah dan malah membalas pesan dari temannya, Kay.
Dia lupa mengabari wanita itu jika dia sudah tidak tinggal di apartement yang sama dengannya.
Tok...
Tok...
"Masuk," sahut Davendra dengan suara beratnya,
Setelah mendapat izin dari sang penghuni ruangan, Rafa masuk kedalam dengan membawa bungkusan yang berisikan makanan pesanan Xannia.
"Saya membawakan pesanan anda, nyonya," kata Rafa sambil menyerahkan bungkusan itu pada Xannia.
Xannia menerimanya dengan senang hati.
"Terima kasih, Rafa," sahut Xannia
"Duduklah Rafa, kita bisa makan bersama," kata Xannia.
Seketika mata tajam Dave langsung mengarah pada dua orang yang aya di depannya saat mendengar perkataan istrinya.
Rafa merasakan aura yang tak mengenakan sedang mengintai kearahnya.
"S-saya sudah makan, nyonya. Kenapa anda tidak menawari tuan saja," kata Rafa.
"Dia tak perlu ku tawari, karna dia memang akan makan bersamaku," sahut Xannia sambil mengeluarkan makanan itu dari bungkusnya.
Dave menggerakkan sedikit tangannya menyuruh Rafa untuk segera keluar.
"Saya permisi dulu, nyonya," kata Rafa dan langsung keluar dari ruangan yang penuh dengan aura negatif di dalamnya.
Dave kembali melanjutkan pekerjaannya setelah Rafa pergi.
"Kemarilah dan makan denganku, bukankah kau belum makan siang?" kata Xannia.
"Nanti saja," sahut Davendra.
"Dave!!" ujar Xannia penuh penekanan.
Karna tak mau mendengar ocehan Xannia, Davendra pun menghampiri wanita yang kini sudah menjadi istrinya itu.
Pria itu mendudukan dirinya di samping Xannia, dan mengambil makanan yamg di berikan oleh Xannia, lalu memakannya.
Di tengah-tengah sesi makannya,Xannia pun membuka mulutnya.
"Sepertinya aku berencana untuk berhenti dari perusahaan ini," celetuk Xannia.
Maverick menghentikan makannya dan melihat Xannia
"Kenapa?" tanya adave datar.
"Aku berencana untuk bekerja di perusahaan ayahku dan mempertahankan semua milikku," jawab Xannia.
"Aku pulang kerumah untuk mengambil surat pengalihan saham yang sebelumnya di berikan oleh ayahku," kata Xannia.
"Kau tidak akan bekerja di manapun setelah pesta pernikahan kita, kau akan berada di rumah," ucap Davendra dengan tegas.
"Kenapa begitu? Kau berniat mengurungku?" ujar Xannia yang merasa keberatan dengan perkataan Davendra
"Kau hanya akan menjadi istriku, bukan bawahanku atau bawahan orang lain," kata Davendra
"Aku akan menyuruh anak buahku untuk bekerja di perusahaan ayahmu," lanjutnya.
"Memang kenapa kalau aku sendiri yang kesana," kaya Xannia.
"Bukankah kau menikah denganku untuk memanfaatkan ku? Maka jangan tanggung-tanggung melakukannya," sahut Dave dan kembali melanjutkan sesi makannya.
Xannia memandangi suaminya dengan dalam.
'Pria ini tak marah aku memanfaatkannya?'batin Xannia.
"Cepatlah makan makananmu," kata Dave yang menyadari jika Xannia sedang memperhatikannya.
Ia kembali melanjutkan makannya dan tak membahas masalah tadi.
Dia akan menuruti semua perkataan Dave dan akan memenuhi perannya sebagai istri sampai kontrak pernikahan mereka berakhir.
Dia akan menikmati hidupnya sebagai seorang istri sambil mengambil semua hak miliknya.
Setelah menyelesaikan sesi makannya, Xannia membersihkan bekas makan itu dan membuang bungkusnya ke tempat sampah.
"Aku akan pulang sekarang," kata Xannia
"Besok datanglah ke desainer ini," kata Dave sambil menyerahkan sebuah kartu nama pada Xannia.
Xannia mengambilnya dan membaca nama yang tertera disana.
"Kau pasti mengenalnya," kata Davendra.
Ya, siapa yang tidak mengenal Sandra Lee, seorang perancang busana yang terkenal dan semua karyanya sudah melanglang buana di berbagai acara fashion dunia.
"Hmm, walau aku bukan maniak fashion, tapi aku cukup mengenalnya," kata Xannia
"Rendy akan menemanimu untuk bertemu dengannya, aku
Sudah membuat janji dengannya atas namamu," ujar davendra
"Baiklah," pasrah Xannia dan mengikuti semua kata Davendra.
Dia akan menjadi istri yang penurut selama pria itu tak berlaku kasar padanya dan tidak membawa wanita lain di tengah-tengah pernikahan mereka, walau pernikahan mereka hanya sekedar kontrak. Tapi, itu akan mengacaukan segalanya.
"Kalau begitu aku akan pulang sekarang," ucap Xannia.
"Tunggu!!" cegah Dave.
"Apa lagi sekarang?" sahut Xannia
"Kiss me," ucap Dave dengan wajah dingin dan datarnya.
Xannia memicingkan matanya dan melihat pria itu.
Lantas Xannia mendekat kearah Dave dan berdiri tepat di depan pria itu.
Cup...
"Ck, itu bukan sebuah ciuman," decak Dave protes.
"Kau menyebalkan," ujar Xannia dan mencium pria di depannya lagi.
Dave mengangkat Xannia dan membawanya duduk di atas pangkuannya.
Dave menahan tengkuk Xannia dan melepaskan ciuman mereka.
Tangannya yang bebas mulai berkelana kemana-mana.
Sementara tangan yang satunya lagi masih tetap menahan tengkuk Xannia
Karna masih memiliki tingkat kesadaran dan kewarasan yang tinggi, Xannia mengakhiri ciuman itu dengan paksa.
"No ... No, kita sudah melakukannya tadi, kalau kita melakukannya lagi disini bisa-bisa aku tak akan pulang dan kita akan tidur disini sampai besok," kata Xannia sambil menahan dada Davendra.
Maverick sedikit menyunggingkan bibirnya mendengar perkataan Sydney.
Cangkir...
Sekali lagi dave mencium bibir itu.
"Baiklah, kamu boleh pulang sekarang," kata Dave
Maverick menurunkan Xannia dari atas pangkuannya.
"Ingat Dave, tak ada wanita lain selama kita menikah," kata Xannia mencoba untuk mengingatkan suaminya.
Mengingat pria itu sering bermain-main dengan beberapa wanita dan bahkan wanita-wanita itu sering datang ke perusahaan.
Dan dia harus lebih behati-hati untuk mempertahankan posisinya.
Bersambung. . . .