Arya, seorang pria yang memiliki istri yang sangat cantik dan juga memiliki seorang putera yang masih balita harus menelan pil pahit saat mengetahui sang istri dijodohkan oleh keluarganya dengan pria kaya raya.
Hal yang menyakitkannya, sang istri menerima perjodohan itu dan berniat melangsungkan pernikahan meskipun mereka belum sah bercerai.
Semua itu karena Arya dianggap pria miskin dan tak layak mendampingi Tafasya yang cantik dan memiliki body sempurna.
Akan tetapi, dibalik semua itu, ternyata Arya sedang menyembunyikan jati diri yang sebenarmya. Siapakah Arya,?
Bagaimana kisah selanjutnya, maka ikuti novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode-35
Keduanya saling tatap karena ulah Rayan yang meminta hal diluar nalar.
"Aku titip Rayan sebentar, aku akan mengambil pakaiannya, dan maaf sudah merepotkanmu!" ucap Arya dengan sungkan.
"Aku sudah membeli pakaian untuknya," jawab Jasmine dengan cepat.
Arya tercengang. "Oh, terimakasih sekali lagi ku ucapkan," ucap Arya dengan berbagai perasaan yang memenuhi ruang hatinya.
Jasmine hanya menganggukkan kepalanya, dan Rayan masih bergelayut dikedua kakinya untuk dan menatap tanpa rasa bersalah karena telah membuat dua orang dewasa salah tingkah.
Arya berpamitan untuk pulang, ia meninggalkan rumah Jasmine dengan perasaan campur aduk.
*****
"Aku ikut, Pa," Tafasya mencegah pria paruh baya yang berjalan menuju pintu.
Darma menoleh ke arah puterinya. "Aku tak bisa membawamu. Tetaplah disini!" pria itu menolak permintaan puterinya.
Tafasya mendengus kesal, dan ia berjalan terlebih dahulu memasuki mobil dan duduk dijok tengah.
Darma menggeram. Ia tahu ini akan membahayakannya, sebab ia akan keluar rumah dan seharusnya masih diruang persembunyian dihutan untuk menunggu waktu agar lebih aman, tetapi justru membuat semuanya kacau.
"Keluar!" Darma membuka pintu mobil dan meminta puterinya untuk segera meninggalkan tempat duduknya.
"Aku tidak mau," ucapnya dengan nada membangkang.
Darma mengacak rambutnya dan terpaksa membawa Tafasya bersama.
Pria paruh baya itu mengemudikan mobilnya dan meninggalkan kediaman miliknya yang ia rahasiakan dari Ani mantan istrinya.
Mobil melaju membelah jalanan yang terlihat sangat padat.
Ditempat lain. Arya baru saja tiba dirumahnya. Ia akan membawa beberapa keperluan untuk menginap malam ini dirumah Jasmine karena ulah Rayan.
Sebuah mobil memasuki halaman rumah berpagar yang dijaga oleh beberapa orang bodyguard.
Arya menghentikan langkahnya menapaki anak tangga dan kembali turun untuk melihat siapa yang datang.
Seorang wanita cantik dengan seorang pria paruh baya turun dari dalam mobil dan melangkah menuju teras rumah.
Tafasya tercengang melihat rumah mewah dihadapannya. Bagaimana mungkin pria kere itu berubah menjadi kaya.
"Kenapa kamu bisa sekaya ini, Mas?" guman wanita itu dalam hatinya. Ia memperhatikan semua detail arsitektur tiap detail bangunan.
Darma sudah masuk lebih dahulu, dan ia menuju ruang tamu yang disambut oleh seorang asisten rumah tangga berusia 60 tahun.
"Ada yang bisa saya bantu, Pak?" tanya wanita tersebut.
"Saya ingin bertemu dengan pemilik rumah ini," jawab Darma dengan senyum sopan.
Saat bersamaan, Tafasya memasuki rumah dengan langkah angkuh.
"Maaf, Pak. Tuan sedang shalat Ashar. Bisa tunggu di sofa dulu," wanita itu mempersilahkan, lalu pergi ke dapur untuk menyiapkan hidangan bagi tamunya.
Tafasya melirik anak tangga yang menghubungkan ke lantai dua. Ia yakin jika pria yang menjadi mantan suaminya itu berada diatas sana.
Ia beranjak dari tempatnya, lalu melangkah menuju anak tangga.
"Mau kemana?" cegah Darma pada puterinya.
"Menemuinya, dikamar atas," jawab Tafasya dengan santai.
"Duduklah!" ucap Darma, nadanya penuh ketidaksukaan atas sikap puterinya.
"Aku hanya ingin menemuinya, apa salahnya?" bantah Tafasya.
Darma beranjak bangkit dari duduknya. Ia menatap tajam pada puteri kesayangannya itu. "Duduk, atau papa akan menyeretmu keluar!" ancamnya.
Wanita muda itu tercengang. Ia tak mengerti mengapa sang papa bersikap begitu menentang semua inginnya. "Apa salahku? Toh, aku pernah menjadi istrinya!" sanggah sang puteri dengan sengit.
Darma mencoba meredam emosinya. Tetapi pandangan matanya penuh intimidasi. "Kau dan Arya hanya mantan. Tidak ada ikatan apapun, maka bersikap sopan lah dirumah seseorang!" Darma menekan nada bicaranya.
Ketika perdebatan Papa dan anak itu berlangsung, wanita paruh baya membawa nampan berisi teh aroma melati panas yang ia suguhkan untuk kedua tamu tuannya.
Beberapa hari ini, sang tuan menyukai aroma teh melati, entah darimana ia mengetahuinya.
"Diminum teh nya, Pak, Mbak," ucap sang qanita paruh baya dengan rasa hormat.
"Terimakasih," sahut Darma, dan bersikap ramah.
Wanita paruh baya itu menganggukkan kepalanya dan pegi meninggalkan ruangan, tempat dimana kedua orang itu sedang berdebat.
Keduanya berhenti setelah mendengar suara langkah kaki dari lantai dua dan menapaki anak tangga.
Tafasya menoleh kearah sumber suara. Ia terperangah dan melihat seorang pria tampan sedang berjalan menuju ke lantai dasar dengan sebuah tas jinjing berisi pakaian.
Seketika ia terkesima akan pria yang menjadi mantan suaminya itu.
Bagaimana tidak, Arya yang dulunya berambut gondrong dan terkesan tidwk terurus karena sibuk berdagang pentil, kini menjelma menjadi pria tampan yang begitu mempesona dengan rambutnya yang terya rapih.
Ia bahkan tak percaya bagaimana pria itu dapat berubah sedrastis itu.
Ia hingga mengangakan mulutnya karena seolah terhipnotis oleh pria tersebut.
Bahkan saat Arya melewatinya karena pria itu menuju kepada Darma. "Apa kabar, Pa?" sapanya dengan sopan.
"Alhamdulillah baik. Bagaimana kamu bisa bersikap tenang, apakah Rayan sudah ditemukan?" cecar pria itu.
Arya menganggukkan kepalanya. "Tenang saja, Pa. Ia berada ditangan yang aman," jawab Arya menjelaskan.
Pria paruh baya itu bernafas lega sembari memegang dadanya. Rasa khawatirnya memudar setelah mendengar penjelasn dari menantunya.
"Apakah papa sudah mempersiapkan diri? Mereka masih mengincar papa, karena menginginkan informasi yang ada pada papa," bisik Arya agar tak didengar oleh Tafasya.
"Papa akan menanggung resikonya. Kamu jangan khawatir. Papa hanya tidak tenang karena mendengar kabar menghilangnya Rayan. Dia pewarisku, aku tak bisa duduk diam saat mendengar cucuku dalam kondisi yang tidak aman," jawabnya dengan binar mata yang sendu.
Arya menganggukkan kepalanya. Ia sudah meyakinkan jika cucu satu-satunya itu dalam kondisi baik-baik saja.
"Papa merasa lega, Kalau begitu papa pulang. Tadi papa sudah berusaha menghubungi, tetapi ponselmu tidak aktif," pria itu menjelaskan alasannya untuk datang kerumah sang menantu.
Arya menganggukkan kepalanya. "Minumlah dulu, Pa." cegahnya pada pria paruh baya itu.
"Mengapa hanya papa yang kamu tawarkan, Mas?. Aku sedari tadi berdiri disini tetapi tidak kau tawarkan minum dan juga duduk," Tafasya menyela.
"Duduk dan minumlah," sahut Arya tanpa menoleh pada wanita yang telah menorehkan luka dihatinya.
Tafasya berjalan menuju sofa, lalu duduk menghadap pria itu. "Bagaimana kabar Rayan, Mas?" tanya Tafasya sembari menyeruput teh aroma melati yang disuguhkan untuknya.
"Dia baik, dan juga aman," sahut Arya dingin.
"Aku ingin bertemu dengannya, dan aku meminta untuk dipertemukan padanya , karena aku ibunya," Tafasya mencoba memanipulasi kata-katanya.
"Maaf, untuk saat ini tidak bisa," Arya merasa jengah dengan permintaan mantan istrinya, sebab ia merasa ada udang dibalik bakwan dalam setiap ucapannya.
(Sekali lagi author jelaskan, jika ada mantan istri dan suami, maka tidak ada mantan mertua, meskipun suami dan istri itu telah berpisah akibat kematian atau perceraian. Hukum menantu dengan mertua adalah mahram karena akibat pernikahan. Maka tidak ada menantu yang bisa menikah dengan mertua meskipun sudah berpisah).
ini pas banget, ini menunjukkan jika tafasya yg sekr bukanlah tafasya yg dulu
terima kasih thor