Bagaimana perasaanmu jika kamu di madu di saat pernikahanmu baru berumur sepekan? Itu yang aku alami, aku di madu, suamiku menikahi kekasihnya yang teramat di cinta olehnya.
Aku tak pernah dianggap istri olehnya, meski aku istri pertamanya. Namun cintanya hanya untuk istri keduanya
Aku menjalani pernikahan ini dengan begitu berat. mungkin ini cara ku untuk membalas kebaikan pada Ayah Mas Alan, beliau begitu baik membiayai kuliahku selalu menjaga dan melindungiku setelah Ayah dan Ibuku meninggal saat diriku masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas.
Aku tak habis pikir jika kisah hidupku akan serumit ini, di tinggal orang tua, menikah pun di madu. Sungguh tragis kisah hidupku.
Hingga akhirnya Ayah sangat membenci Mas Alan setelah tahu kelakuan anaknya, dan Ayah membawaku pergi jauh dari kehidupan Mas Alan dan Maduku setelah aku dan Mas Alan bercerai.
Cerita ini karena terinspirasi tapi bukan plagiat! Bacalah, dan temukan perbedaannya🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon winda W.N, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 32. Bertemu
"Niaa...," teriak Pak Ilham. Beliau membuka kaca jendela mobilnya. Nia menoleh ke sumber suara itu, dia tersenyum.
"nanti aku tanyakan sama Ayah," ucap Nia pada Lena.
"sebaiknya nanti saja setelah Om Ilham selesai istirahat, dia pasti kelelahan!" ujar Lena. Nia pun mengurungkan niatnya untuk bertanya pada Pak Ilham, tentang Alan yang mengantar beliau.
Alan dan Lala terdiam seketika saat Pak Ilham berteriak memanggil nama Nia, betapa terkejutnya Alan saat wanita yang dia tuduh wanita murahan dan sedang berlibur dengan pria lain itu. Ternyata wanita itu ada di rumah Ayahnya,
"Ayah...," teriak Nia. Dia tersenyum lebar pada Pak Ilham, dia tidak peduli dengan Alan dan Lala.
"kenapa ada Nia di sini?" tanya Alan datar.
"memangnya kenapa, dia menantuku!" ketus Pak Ilham. Beliau melirik Lala dengan senyuman sinis, Lala langsung menundukan kepalanya.
"apa kau malu dengan kata katamu kemarin?" sinis Pak Ilham. Alan hanya terdiam tak menjawab ucapan Pak Ilham.
Pak Ilham turun meninggalkan Alan dan juga Lala yang masih terdiam di dalam mobil, beliau langsung menghampiri Nia. Beliau memeluk Nia dengan penuh kasih, Nia pun membalas pelukan Ayah mertuanya.
Lala merasa iri melihat Pak Ilham begitu mengasihi Nia, dia juga ingin merasakan pelukan dari Ayah mertuanya. Tapi apakan daya, Ayah mertuanya begitu membenci dirinya.
"Nia kamu sangat beruntung begitu di sayangi oleh Ayah, sedangkan aku. Aku selalu di tuduh Ayah sebagi wanita murahan. Mungkin ucapan beliau benar atas diriku," gumam Lala dalam hati. Dia menahan air matanya dan sesak di dadanya.
"Ayah sangat merindukanmu Nak," ucap Pak Ilham saat memeluk Nia.
"Nia juga merindukan Ayah, Nia juga menghawatirkan Ayah. Saat Nia tahu Ayah sedang ke Jakarta untuk menemui Nia!" ucapnya. Nia mendongakkan kepalanya untuk melihat wajah Pak Ilham. Beliau tersenyum, Nia kembali memeluk erat Pak Ilham.
"kenapa kamu khawatir pada Ayah?" tanya Pak Ilham.
"karena Nia takut saat Ayah tahu tentang aku Mas Alan dan juga...," Nia tak meneruskannya. Dia terdiam di pelukan Pak Ilham dan meneteskan air matanya.
"wanita murahan itu maksut kamu?" ucap Pak Ilham. Nia merenggangkan pelukannya dan menatap wajah Pak Ilham kembali.
"dia bukan wanita murahan Yah!" ucap Nia sendu.
"jangan kamu bela dia, dan jangan menangis. Ayah sedih jika kamu menangis," ucap Pak Ilham. Beliau menyeka air mata Nia yang jatuh di pipinya.
"Nia menangis bahagia karena Ayah baik baik saja," ucap Nia. Dia kembali menebar senyuman pada Ayah mertuanya itu.
"Ayah juga bahagia Nia, karena yang di ucapkan Alan terbukti salah!" gumam Pak Ilham dalam hati.
"ucapan Mas Alan?" gumam Nia dalam hati. Ingin rasanya Nia bertanya namun Lena mengganggunya.
"ehemm....," suara Lena berdehem. Dia merasa dirinya di lupakan oleh sahabatnya.
"eh.., Nia sampai lupa Yah. Kenalin ini Lena sahabat Nia, yang sering Nia ceritain sama Ayah!" ucap Nia.
"Lena Om..," Lena menyalami Pak Ilham dan mencium punggung tangan beliau.
"senang bertemu denganmu Nak, ternyata kau sangat cantik!" puji Pak Ilham, beliau juga mengusap lembut kepala Lena.
"terima kasih Om," ucap Lena PeDe.
Alan dan Lala masih memperhatikan mereka dari dalam mobil.
"mungkin Nia berliburnya ke rumah Ayah Mas," ucap Lala.
"sepertinya iya, kenapa dari kemarin aku tidak kepikiran ini. Mana mungkin Nia liburan ke tempat lain selain ke rumah Ayah," ucap Alan.
Alan dan Lala segera turun menyusul mereka, Lala pun tersenyum melihat Nia. Nia juga membalas senyumannya, sedang Alan hanya memasang wajah datar dan dingin tanpa senyuman sedikit pun. Namun buat Nia itu sudah hal biasa, tapi dia mengingat kembali kejadian waktu Alan mengikuti nya.
Dugaannya tentang Alan waktu itu benar, Alan pasti mengajaknya pulang hanya karena Lala. Bukan karena dia benar benar menginginkan Nia pulang. Untung saja Nia tak mengikuti ajakan Alan, bisa bisa dia akan sakit hati kembali.
"ayo masuk Yah," ajak Nia. Dia menggandeng tangan Pak Ilham, beliau merangkul pundak Nia penuh kasih. Dan melangkah masuk kedalam rumah, dan di ikuti Lena Alan dan juga Lala. Lena hanya melirik dan tersenyum sinis pada madu sahabatnya itu.
"pasti Ayah sudah di masakkan masakan yang enak enak," ucap Pak Ilham.
"tentu...," sahut Nia.
"kebetulan Ayah sudah lapar sekali Nak," ucap Pak Ilham sambil mengusap perut buncitnya.
"memang tadi Ayah tidak sarapan dulu sebelum berangkat ke sini?" tanya Nia.
"Ayah di sana tidak selera makan...," ketus Pak Ilham.
"kenapa Yah?" tanya Nia.
"nanti saja bicaranya, Ayah sudah sangat lapar!" ucap Pak Ilham. Lala yang mendengarnya langsung tersenyum getir.
Mereka langsung menuju meja makan, Pak Ilham yang sejak kemarin tidak makan. Beliau benar benar sudah tidak sabar untuk segera menyantap habis masakan Nia.
krn lala wujud iblis berbentuk manusia.
lala sudah menghancurkan pernikahan nia dan alan.