Antara Aku Dan Maduku
Namaku Thania Putri, aku anak yatim piatu yang di jodohkan dengan laki laki bernama Alan Wiguna. Dan aku pun di madu tanpa sepengetahuan Ayah. Awal menjalani hidup di madu membuatku sangat sakit. Bagimana tidak, Mas Alan terlihat sangat menyayangi Lala di bandingkan diriku. Dia juga memperlakukan aku dan Lala dengan sangat dan sangatlah berbeda. Dia tak pernah menganggapku istri, dan selalu mengabaikanku. Namun seiring berjalannya waktu, aku membuang jauh jauh rasa iriku itu. Karena aku sadar diri.
Aku memang istri pertamanya Mas Alan, sayangnya Mas Alan tak pernah mencintaiku, dia lebih mencintai Lala dari pada aku.
Semua karena perjodohan yang di rencanakan oleh Ayah Mas Alan yang mempunyai janji dengan mendiang Ayah dan Ibuku. Pak Ilham adalah Ayah Mas Alan, beliau sudah berjanji akan menjagaku dan menyayangiku seperti anak sendiri.
Sampai suatu hari Pak Ilham yang sudah biasa aku panggil Ayah, terbaring sakit dan meminta Mas Alan untuk menjagaku dengan cara menjodohkanku dengannya.
Awalnya aku dan Mas Alan menolak, tentu saja karna kita tidak saling mencintai. Kami memang saling mengenal tapi cuma sekedar mengenal saja, kami tidak tahu sifat masing masing dari kita. Dan karena Mas Alan sudah mempunyai kekasih yang sangat dia cintai.
Kami pun mau tidak mau menyetujui perjodohan ini, aku dan Mas Alan tak tega melihat Ayah yang terbaring sakit sudah selama satu bulan. Tanpa berpikir panjang lagi Mas Alan langsung menyetujuinya.
Dan hari berikutnya aku dan Mas Alan telah resmi menjadi suami istri, kami menikah secara Agama dan Negara. Jantung Ayah pun semakin membaik dan terlihat bahagia melihat pernikahan kami.
"Alan, jaga Nia dengan baik. Hanya kamu harapan Ayah, hanya kamu pria yang Ayah percaya untuk menjaganya dan jangan kau sakiti dia," pesan Ayah pada Mas Alan membuatku terharu.
"Ayah sudah tua, tak mungkin bisa terus menjaganya, jangan kau sakiti dia. Cintai dia dengan sepenuh hatimu! Dia gadis baik dan sholeha, yang tak pantas di sakiti dan dia harus selalu di lindungi." lanjut ayah.
"iya yah," hanya itu yang keluar dari mulut Mas Alan. Serasa kata singkat yang sangat terpaksa keluar dari mulutnya.
Aku dan Mas Alan kembali ke Ibu kota. Dan tinggal berdua di rumah miliknya di Ibu kota.
Belum genap satu minggu aku menikah dengan Mas Alan. Mas Alan berniat untuk menikahi kekasihnya.
"Nia ada yang ingin aku bicarakan padamu," ucapnya datar dengan wajah yang seperti biasanya dingin sedingin es di kutub utara. Ini adalah pembicaraan pertama kami.
Sepekan aku tinggal bersamanya, tak pernah sekali pun kami bertegur sapa. Bahkan Mas Alan tidak pernah tersenyum bahkan menatapku pun tidak pernah. Di ruang tengah, aku dan Mas Alan kini tengah menonton televisi bersama dengan duduk yang berjauhan.
"Kenapa Mas," ucapku tanpa memandangnya. Karna Mas Alan pun tak memandangku, dia berbicara dengan menatap televisi.
"aku akan menikahi Lala secepatnya," kata kata yang sangat sangat menyayat hatiku.
Bagaikan tersambar petir di siang hari tanpa adanya hujan. Rasanya begitu sakit, bagaimana bisa aku merestui Mas Alan menikah lagi. Berdua saja rasanya aku bagai hidup di neraka. Apa lagi jika ada seorang madu nantinya, akan bagaimana hatiku nanti.
"kapan?" pertanyaan itulah yang terucap dari mulutku, sakit ini benar benar sangatlah sakit.
"aku bilang secepatnya."
Haruskah aku mengijinkannya, karna sudah memisahkan dua insan yang sudah merajut kasih bertahun tahun lamanya. Harus terpisahkan oleh perjodohan ini, mungkin dengan mengijinkan Mas Alan menikah lagi. Dia akan menerima kehadiranku, dan sikapnya akan sedikit berubah denganku, tapi nyatanya tetap sama saja. Mas Alan tak pernah menganggapku ada.
Bodoh iya aku adalah wanita bodoh.
Dipoligami. Akankah aku bisa rela lahir batin. Mengingat cinta Mas Alan yang begitu besar dan dalam pada Lala, sudah pasti membuat sikap dan perhatian Mas Alan lebih tertuju pada Lala. Dan hari hariku pasti akan terlewati dengan sikap ketidak adilan dari Mas Alan. Dan hariku akan semakin berat untukku jalani.
"terserah kamu saja Mas. Jika itu membuatmu bahagia, nikahi saja wanitamu."
"tidak kau ijinkan pun aku akan tetap menikahi wanitaku sesuai janjiku padanya. Jadi aku tidak butuh persetujuan atau pun restu darimu." Mas Alan mengutarakan lagi lagi tanpa memandangku.
"aku mengerti, tapi bagaimana dengan ayah? aku takut jika ayah...," ucapanku terpotong.
"Ayah tidak akan tahu, jadi jangan beri tahu Ayah. Jadi rahasiakan ini dari Ayah dan aku akan mengatur semuanya,"
"bagaimana jika nanti Ayah tahu dengan sendirinya?" tanyaku yang masih fokus pada acara di layar kaca depanku. Dengan menahan rasa sesak di dada.
"itu urusan belakangan, jadi kamu cukup tutup mulutmu. Dan jangan mengadu pada Ayah!" ancamnya penuh penekanan.
"terserah kamu, menikahlah. Takkan ku halangi pernikahanmu!" ucapku dingin walau sebenarnya hatiku sangatlah sakit.
"bagus...dan Lala nanti akan tinggal disini juga," ucapnya datar dan berdiri dari duduknya.
Mas Alan pun pergi meninggalkanku dengan perasaan yang sangat sangat sakit. Meski belum ada cinta di antara kita, tapi sebagai seorang perempuan aku berharap dan yakin jika kelak akan ada cinta di antara kita. Namun harapan itu pupus, jujur aku terluka dan sangat sangatlah terluka.
Setelah Mas Alan dan Lala resmi menikah, hari hariku semakin tersiksa, aku merasakan sakit yang begitu dalam. Harus menyaksikan keharmonisan antara suami dan maduku, dan setiap hari aku terus terusan menahan sesaknya dadaku.
"terima kasih sayang," ucap manis Mas Alan saat Lala menyendokkan nasi dan lauk untuknya.
"sama sama Mas," ucap Lala lembut.
Hatiku sangat ngilu saat mendengarnya, karna aku memang duduk di kursi makan berhadapan dengan Lala.
Kata kata sayang yang tak pernah sekali pun Mas Alan ucapkan padaku. Sungguh bahagianya Lala bisa menikah dengan orang yang dia cintai dan mencintainya dengan begitu besar.
Andaikan saja aku menikah dengan orang yang ku cintai dan dia juga mencintaiku, mungkin aku tak akan merasakan sakit seperti ini, yang bisa di sebut luka yang tak berdarah. Luka yang tak akan pernah terlihat oleh mata, dan hanya aku yang merasakannya.
Dua bulan berlalu, hidup bersama suami dan maduku. Melihat adegan romantis dari mereka sudah menjadi makananku setiap harinya.
Dan aku pun sudah mulai terbiasa dengan rasa sakit ini. Di abaikan, di sisihkan, di sakiti, tak pernah di sentuh, dan tak pernah mendapat sebuah senyuman dari suamiku. Ah...lengkap sudah hidupku ini, lengkap dengan sebuah penderitaan.
Meski aku dan Lala hidup di poligami. Tapi hubunganku dengan Lala tetap baik baik saja. Aku dan Lala hidup rukun, dia wanita yang baik. Sikapnya terlihat dewasa di bandingkan aku yang lebih tua satu tahun darinya. Lala berumur 24 tahun sedang aku 25 tahun.
Ya aku akui jika sosok Lala selain dia lebih dewasa dariku, dia juga bijaksana. Lala sering meminta Mas Alan untuk bisa adil terhadap kami. Adil dalam segala hal, materi, cinta dan nafkah batin. Tapi Mas Alan tidak pernah mau melakukan itu kecuali nafkah berupa materi.
"tidurlah dengan Nia Mas!"
"itu tidak akan mungkin pernah ku lakukan La!" ucap Mas Alan.
"tapi Mas, dia istrimu juga. Dia istri pertama mu Mas. Tolong Mas demi aku,"
Aku tak habis pikir dengan Lala, kenapa rela memohon dan bersujud di kaki Mas Alan hanya demi aku. Kenapa dia tidak membuatku enyah dari kehidupan mereka saja agar tak ada penghalang lagi. Satu kata, sempurna! Dia benar benar wanita yang sempurna bukan.
"sekali tidak tetap tidak La, kau tak perlu memikirkan wanita kotor itu!" Mas Alan melangkah pergi dan meninggalkan Lala yang masih tertunduk di lantai.
Kejam iya Mas Alan memang kejam padaku. Bahkan dia tega menyebutku wanita kotor. Hatiku semakin sakit, dan dia begitu merendahkan diriku. Air mataku pun jatuh mendengar hinaan Mas Alan.
"maafkan aku sayang, aku tak bermaksud membuatmu menangis," iya Mas Alan kembali mengahampiri Lala dan memeluknya begitu manis. Mas Alan menggendong Lala menuju kamarnya.
🙏
🙏
Klarifikasi....
Sehat selalu wt kk semua😘😘, Dan untuk yang bertanya cerita aku mirip dengan novel sebelah, saya terinspirasi. Bukan mengcopy paste/plagiat. Aku kasih tahu🙏🙏 aku sudah di hubungi oleh pihak NT/MT jauh sebelum ada komentar komentar di part 1, dan pihak NT/MT itu lebih tahu ya kak. Dan terima kasih sudah membaca cerita ini, dan terima kasih kritik dan sarannya🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Adinda
pnya laki kayak gini tendang aja dari sakit tak berdarah
2023-11-10
0
Amalia Gati Subagio
Bodoh? Gak!! Cerdas x!! Demi obsesi mengatas namakan cinta... dilecehkan, gpp, dizalim...berkat ke syurga 😁Keyen kan?? Mantap
2023-07-03
0
Adex Ria
terinspirasi katanya bukan menjiplak atau plagiat...ngakak .
2023-01-13
0