Flowlin Queen Arkanza, merupakan gadis kampung yang hidup sebatang kara.
Kejamnya dunia tak menggoyahkan semangat gadis tersebut untuk bertahan hidup.
Demi sesuap nasi ia bahkan rela bekerja keras, banting tulang. Ia tak pernah mengeluh akan hidupnya.
Hingga suatu hari ia bertemu dengan seorang wanita paruh baya, yang mana pertemuan tersebut akan merubah hidupnya.
Hal apa yang akan merubah hidupnya? apakah ia bisa merubah hidupnya? bagaimana kisah selanjutnya? ikuti cerita selanjutnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siska Marcelina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rangga Gegana
Segera Rangga menuju mobil, ia mendudukkan Flow di samping kemudi lalu ia mengambil alih kemudi, sedangkan Bima? jangan ditanya, Bima di tinggalkan di tempat dengan tidak berperasaan oleh Rangga.
Bima yang di tinggalkan sendiri menggerutu tidak jelas, ia kesal karena ditinggalkan begitu saja.
Bima melihat taksi yang dipesan flow hendak pergi, namun ia segera berlari dan menghentikan laju mobil tersebut sebelum melaju pergi, ia merentangkan tangannya di depan taksi itu, hingga sang supir terkejut dan mengerem mendadak mobilnya.
"Astaghfirullah, ya Allah! untung masih pelan, selamat, selamat," ucap sang supir sambil mengelus dadanya.
"Huh, untung keburu di rem, kalau nggak udah mengunjungi rumah sakit gua."
"Tuan, kalau ingin bunuh diri jangan di depan mobil saya! saya nggak mau di hantui roh tuan. Sana lompat jembatan itu saja, pasti langsung mengetuk pintu neraka."
"Maaf pak, maaf," ucapnya sambil berlari dan masuk kedalam taksi.
"Jl. Tersesat Entah Kemana No. 10 ya pak!"
"Eh, baik den."
"Dasar bos laknat, bisa-bisanya meninggalkan aku sendiri tanpa aba-aba, mana dompet dan hp tinggal di dalam mobil."
.
.
.
Tak lama kemudian, sampailah Rangga sama Flow di pabrik minuman, Flow segera turun, tapi tak lama tangannya di tarik Rangga menuju ruangannya, yang mana ruangan Rangga berada di bangunan belakang pabrik dengan tinggi 35 lantai.
"Flow yang malas berdebat diam untuk sementara, ia ingin melihat akan dibawa kemana ia sama pria ini. Flow sedari tadi berfikir dalam benaknya, bahwa apa yang telah ia lakukan hingga direktur utama turun tangan mencarinya. Flow tidak tahu akan apa kesalahan nya kecuali tidak masuk kerja tanpa keterangan.
Ceklek,,,,
"Masuklah!" Flow menurut, mereka masuk ke ruang kerja Rangga.
Kriieeettt,,,,
"Duduklah!" tapi suara Rangga sudah mulai melunak, Flow pun duduk ia tetap diam, namun dalam hatinya, ia tengah bertanya-tanya mengapa ia dibawa ke sini, dan saat ini Rangga juga telah menuju dan duduk di kursi kebesarannya.
Tanpa berkata apa-apa ia melanjutkan pekerjaannya, yang mana membuat Flow jengkel dibuatnya. Flow menatap Rangga dalam-dalam seakan-akan ia akan menelannya hidup-hidup.
Tapi Rangga justru cuek dan melanjutkan pekerjaannya.
'*Dasar! ga asisten, ga bos sama aja seenaknya sendiri. Ngapain coba bawa-bawa aku ke sini segala, udah sampai di sini malah jadi pajangan. ish*, *kesel*!' Flow menggerutu dalam hati.
"Jika tidak ada yang ingin dibicarakan, lebih baik saya pergi dari sini," ucapnya membuka pembicaraan, sungguh flow sangat jengkel. '*memangnya ada urusan apa lagi sih nih orang? lagian jika masalah kerjaan kan aku sudah mengundurkan diri, aneh*!' Flow menggerutu dalam hati.
Rangga spontan menatap Flow dan membiarkan pekerjaannya begitu saja, ia lantas berdiri menghampiri Flow yang sudah berdiri dan beranjak dari kursinya, padahal Rangga begitu semangat bekerja karena ada Flow yang menemaninya di sana, tapi Flow mana tahu jika Rangga begitu senang saat Flow disini di sisinya dan menemaninya.
Rangga terus mendekati Flow, Flow yang merasa aneh dengan sikap Rangga hendak langsung pergi namun tidak berhasil karena tangannya sudah ditarik Rangga terlebih dahulu, Flow tertarik ke arah Rangga dan
'bruk'
tepat, Flow tepat berada di dekapan Rangga, mereka saling tatap dan begitu dalam hingga Rangga pelan-pelan mendekati wajahnya pada wajah Flow, deru nafasnya terasa memburu, nafasnya begitu segar tercium aroma mint yang membuat bulu kuduk Flow berdiri, ia merinding karenanya, Flow lekas mendorong Rangga.
Plak!....
Tepat, stempel lima jari membekas di pipi Rangga. Nyesss, jantung Rangga tidak karuan karena Flow marah padanya, ia lupa jika Flow tidak tahu akan perasaannya. Mereka bahkan tidak pernah bertemu secara langsung seperti ini sebelum-sebelumnya, bahkan untuk saling sapa saja tidak pernah.
"Apa-apaan kamu ha? sudah menculik ku seenaknya sekarang mau berbuat mesum!" teriakkan Flow menggema karena marah juga malu sebab ia hampir saja dicium sama bosnya, eh mantan bosnya. Flow lantas bergegas dan langsung pergi meninggalkan Rangga begitu saja.
Flow marah sangat marah, memangnya ia perempuan murahan apa, seenaknya saja memperlakukannya seperti itu.
"Dasar bajingn, mentang-mentang orang kaya dan punya kekuasaan seenaknya saja sama orang. Pria bajingn breng\_sek! Aaaaaaaaaarrggg!" teriak Flow kesal dan memaki-maki Rangga sepanjang perjalanan.
Orang-orang yang melihat Flow berbicara dan teriak-teriak merasa kasihan padanya.
"Lihatlah gadis itu," kata salah seorang di jalanan sambil menunjuk ke arah trotoar, hingga yang lain spontan melihat ke sana.
"Sungguh kasihan sekali dia, cantik-cantik tapi gila," sambungnya.
"Hus, suaramu pelan kan. Nanti dia dengar malah ngamuk-ngamuk sama kita," tegur yang lain.
"Sudahlah biarkan saja dia, paling-paling karena di tolak cinta makanya jadi gila," sambung temannya yang lain lagi.
"Iya ya, biasalah itu mah. lagian kan anak muda sekarang mah gitu, apalagi perempuan jaman sekarang, berbagai macam cara mereka lakukan untuk ngejar laki-laki bahkan rela memberikan anunya begitu saja, dih, amit-amit dah jangan sampe anak lu gitu ya! Jaga dan perhatiin anak gadis lu, jangan sampai salah pergaulan dah. Untung aja anak gua laki."
"Eh,, elu mah gitu. Anak gua mah anak baek-baek kan gua emaknya. Walaupun anak lu laki, ya lu juga harus ajarin anak lu biar enggak ngerusak anak orang."
Begitulah percakapan emak-emak yang melihat Flow teriak-teriak tidak jelas.
.
.
.
Sedangkan Rangga, saat ini ia tengah uring-uringan. Flow marah padanya, hatinya terasa di tusuk ribuan jarum, ia terluka tapi tidak berdarah. Tamparan Flow tidak seberapa baginya namun marahnya gadis yang ia cintai itu membuatnya frustasi.
Arrghh!...
"Bodoh,,, bodoh,,, seharusnya aku mendekatinya dengan baik-baik. Aarrghh!...." Rangga melemparkan berkas-berkas di batas meja hingga berserakan, "Sudah begini pasti ia ilfil padaku."
Rangga mengambil Handphonenya, ia menghubungi Bima.
Tut tut tut \[nomor yang anda tuju---\]
Tut tut tut \[nomor yang and---\]
Berkali-kali Rangga menghubungi Bima, namun tidak kunjung di jawab.
(gimana mau ngejawab coba, toh hpnya tertinggal dalam mobil anda pak bos!)
Kraak!....
Karena marah, ia lempar handphonenya ke lantai sampai tercerai-berai.
.
.
.
Saat ini tuan Koji sudah kembali dari urusan bisnisnya di luar kota, ia yang telah di beritahukan oleh Sri jika Flow kembali menjual emasnya segera pergi ke toko.
Sesampainya di toko ternyata Sri telah menunggunya, "Selamat datang tuan," sapanya sambil sedikit menunduk hormat. "Hmm,," jawab singkat tuan Koji.
"Mari tuan!" mereka langsung pergi ke ruang penyimpanan. Tuan Koji yang melihat emas-emas itu tersenyum puas.
"Kirim sisa uang sekarang, aku akan kembali. Kau urus lah semuanya, aku percayakan urusan ini padamu."
"Baik tuan, terimakasih."
Tuan Koji yang hendak pergi kembali ia urungkan, ia kembali membuka brangkas emas itu dan mengambil beberapa.
Setelah baru ia pergi, ia sangat lelah karena baru pulang dari luar kota tapi langsung pergi ke toko emasnya.
Saat dalam perjalanan pulang,
Bersambung,
...----------------...
Seperti biasa ya!! jangan lupa follow 💗💗
Like dan komentar sebanyak-banyaknya, kalau berkenan gift sama vote nya juga ya!! 👉🏻👈🏻👉🏻👈🏻🤗🤗
Ingat, disini boleh berkomentar sesukanya,, tapi, sangat-sangat DILARANG MEMBERI RATING RENDAH.🤗🥰
Terimakasih guys, Salam Sayang dari Author, 😘😘❤️❤️🫶🫶
Tetep semangaaatt 🥰🥰🥰🥰