Rela meninggalkan orang yang dicintai demi keluarga. Dan yang lebih menyakitkannya lagi, mendapatkan suami yang penuh dengan kebencian. Itulah yang dirasakan Allesia. Allesia harus meninggalkan kekasihnya, ia dipaksa menikah dengan tunangan kakaknya, namanya Alfano. Alfano adalah pria yang sangat kejam. Kejamnya Alfano bukan tanpa alasan. Ia memiliki alasan kenapa ia bisa sejahat itu.
Apa yang membuat Alfano kejam dan kehidupan seperti apa yang akan Allesia jalani? Mari simak ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asni J Kasim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 32
Malam hari
"Apa anak-anak sudah tidur?" tanya Alfano pada istrinya yang dijawab anggukan oleh Allesia.
"Sini" Alfano memberi tempat pada istrinya. Allesia pun menghampiri lalu berbaring disamping suaminya.
"Sudah sampai di tahap mana?" tanya Alfano lagi. Namun kali ini, pertanyaannya sulit di jawab.
"Tahap apa?" Allesia balik bertanya, ia btidak mengerti apa maksud suaminya.
"Sudah sampai tahap mana kamu berusaha mencintaiku?" balas Alfno menatap manik mata istrinya yang kini tidur miring menghadapnya.
"A--ku-- belum tahu" balas Allesia terbata bata.
Tatapan keduanya beradu, jaraknya pun sangat dekat. Bahkan, nafas dari keduanya dapat di dengar satu sama lain.
"Yasudah. Jangan paksakan dirimu jika kamu tidak bisa. Kamu tak harus mencintaiku namun cintaku akan tetap hanya untukmu dan keluarga kecil kita" kata Alfano.
"Apa itu artinya kamu tidak membutuhkan aku lagi?" tanya Allesia mengerucutkan bibir. Ia berbalik dan membelakangi suaminya.
"Bukan itu maksud aku.. aku hanya mau kamu jalani hidup seperti biasa tanpa harus berusaha mencintaiku. Namun, jika tanpa aku minta kamupun sudah mulai menerimaku maka izinkan aku melakukannya" kata Alfano.
"Melakukannya? Haiss, itu memang kewajibanku untuk memberi haknya" batin Allesia.
"Aku akan memberitahumu jika aku sudah siap" balas Allesia.
"Lesia, apa wajahku begitu jelek hingga kamu tidak ingin menatapku" katq Alfano tersenyum menyeringai.
Allesia berbalik dan "Cup" Alfano mengecup bibir istrinya sekilas. "Kenapa wajahmu merah" tanya Alfano dengan senyum liciknya.
"M--mana mungkin" elak Allesia.
"Ini" Alfano mendekap kedua pipi istrinya. "Keduanya terlihat merah" kata Alfano.
"Matamu pasti rabun" elak Allesia. Mencoba menyembunyikan rasa malunya.
"Boleh" kata Alfano, ia menindih tubuh istrinya.
"Aku malu dan belum siap" balas Allesia.
Alfano mematikan lampu, dan tinggallah lampu tidur. "Bagaimana dengan ini. Masih terasa canggung?" tanya Alfano memastikan.
Allesia menggeleng. "Aku akan memulai dari sini" kata Alfano, ia menyentuh bibir istrinya. "Bagian lainnya, tunggu sampai kamu siap" lanjutnya.
"Boleh?" tanya Alfano lagi.
Allesia mengangguk. Alfano yang mendapatkan respon bagus terlihat menyunggingkan senyum. Tanpa menunggu lama, Alfano mencium bibir istrinya. "Dia tidak membalas ciumanku" batin Alfano.
"Ciuman yang ke berapamu ini?" tanya Alfano.
"Aku tidak tahu. Yang pasti, kamulah pria pertama yang menciumku dan aku belum pernah melakukannya dengan orang lain" balas Allesia.
Alfano kembali melanjutkan aksinya, perlahan namun pasti. Ia mencoba berulang kali dan lagi-lagi Allesia masih diam saja. Melihat Alfano yang menjauhkan dirinya membuat Allesia menarik tubuh suaminya hingga jarak wajah keduanya hanya berapa senti saja.
"Tidak ada salahnya aku memulai" batin Allesia.
Allesia mendaratkan ciuman dibibir suaminya. Hal itu membuat Alfano tersenyum. Making out pun terjadi setelah sekian lama Alfano menunggu. Cukup lama mereka melakukan making out. Alfano dan Allesia mengakhiri kegiatan mereka.
"Terimakasih. Ayo kita tidur" kata Alfano. Ia membawa istrinya di dalam pelukannya hingga pagi menjelang.
...-------...
Pagi hari
Allesia mengerjap, sedikit kerutan terbentuk diwajahnya. Saat mendapati suaminya tengah duduk dibibir ranjang. Duduk dengan senyum yang sulit diartikan.
"Selamat pagi" kata Alfano.
"Apa kamu salah minum obat?" tanya Allesia, ia menautkan kedua alisnya.
"Iya, semalam aku salah minum obat" balas Alfano tersenyum lebar.
Allesia menutup wajahnya menggunakan telapak tangannya. "Aku malu" kata Allesia.
"Malu tidak berguna lagi sekarang. Cepat bangun, aku sudah buatkan susu dan roti untukmu. Itu balasan karena kamu mau bercumbu mesra denganku" ujar Alfano.
"Kamu membalasnya dengan membuatkan sarapan untukku" Allesia membulatkan mata tak percaya.
"Iya. Jika kamu memberiku yang lainnya maka aku akan membantumu mandi, mengenakan pakaian dan menggendongmu ke mobil lalu membawamu ke Apotek" jelas Alfano.
"Lebay, aku tidak percaya itu" ledek Allesia.
"Apa kamu ingin mencobanya sekarang?" tanya Alfano dengan senyum mesumnya.
"Tidak, tidak" balas Allesia dengan cepat.
Allesia bangun lalu bersandar di ranjang, ia tersenyum menatap suaminya yang kini menatapnya. "Terimakasih" ujar Allesia.
"Kamu tidak perlu berterimakasih. Kamu berhak mendapatkan kasih sayang dariku, cepat minum susunya lalu ke kamar anak-anak. Bangunkan mereka untuk ke sekolah" kata Alfano.
Allesia meminum susu yang dibuatkan suaminya. "Tuhan, aku sangat bahagia" batin Allesia. Tanpa izin, Allesia mengecup bibir suaminya sekilas lalu lari menuju pintu.
"Kamu mulai berani ya..." teriak Alfano terrsenyum bahagia
Cek-lek... Allesia membuka pintu kamar anaknya. Di dalam kamar, ada Afro dan Lusia yang sudah selesai mandi. Allesia menatap heran kedua anaknya yang kini sedang memakai handuk.
"Siapa yang memandikan kalian?" tanya Allesia.
"Kami sendiri" balas Lusia tersenyum.
"Anak ibu sudah pandai sekarang" balas Allesia dengan senyum. Ia duduk di bibir ranjang putrinya.
"Tante, sabtu depan ada pertemuan orang tua. Aku tidak punya orang tua" ungkap Afro sembari memegang handuk yang lilitkan di tubuh mungilnya.
Allesia tersenyum. "Sekarang, Tante adalah ibumu. Dan karena kamu laki-laki maka ibu anggap kamu yang kakak. Jadi.. tugas kamu adalah menjaga prinses kita. Untuk pertemuan orang tua, ibu yang akan datang untuk kalian berdua" jelas Allesia.
Afro merasa terharu hingga ia pun menangis. "Aku punya ibu sekarang" ujar Afro terisak.
"Jangan menangis kakak" kata Lusia sembari menyeka air mata Afro. Lusia begitu cepat berbaur dengan keadaan hingga tak membutuhkan waktu lama ia sudah memanggil Afro dengan panggilan Kakak.
Allesia tersenyum melihat kedekatan keduanya. "Ayo sini" kata Allesia lalu mengenakan baju untuk putri dan putranya.
...-------...
"Sevani, jaga putra dan putriku" perintah Alfano pada Sevani.
Ilusi bodyguard Sevani
"Baik Tuan" balas Sevani dengan tegas.
Lusia dan Afro naik ke dalam mobil yang di susul oleh Sevani. Supir menyalakan mesin mobil dan mulai mengemudi. Perlahan mobil begerak meninggalkan Mansion menuju Sekolah.
"Kamu sudah siap?" tanya Alfano yang dibalas anggukan oleh Allesia. Alfano membukakan pintu mobil untuk istrinya, kemudian menutupnya lalu ia berjalan menuju pintu mobil bagian kemudi.
"Akhir pekan kita jalan-jalan. Aku mau bawa kalian berkeliling Kota" kata Alfano sembari fokus mengemudi.
"Aku mau..." sorak Allesia dengan girang. Kapan lagi ia bisa jalan-jalan di Monako. 4 tahun di Monako bukan berarti Allesia mengetahui semua tempat wisata. Allesia hanya tahu kerja dan kerja untuk membiayai kehidupan mereka sehari-hari selama di Monako.
"Apa kamu tidak pernah jalan-jalan?" tanya Alfano.
Allesia tersenyum. "Aku dan Lusia belum pernah ke tempat wisata, aku takut uangku habis dan kebutuhan Lusia tidak terpenuhi" balas Allesia.
"Karena kamu sudah melahirkan anakku, membesarkannya dengan begitu baik. Apapun yang kamu inginkan, aku akan memenuhinya, termasuk nyawaku"
Like, bagikan, vote dan bintang 5 😊
Apa kabar reeaders? Maaf, author tidak merespon satu persatu komentarnya 🙏🙏. Sehat slalu ya 😘😘😘😘