Wanita Pengganti
Seorang wanita duduk dipembaringan menarik napasnya dalam-dalam. Mengumpulkan senyum yang sejak kemarin tak nampak di wajahnya. Niatnya pulang ke Italia untuk menghadiri pemakaman kakaknya. Namun siapa sangkah, kepulangannya ke Italia justru membawanya dalam sebuah ikatan pernikahan. Andai bukan karena permintaan ibunya, wanita itu tidak akan mau menerima pernikahan itu. Terlebih lagi pria yang menjadi calon suaminya adalah tunangan kakaknya sendiri. Mau tidak mau, wanita itu harus menggantikan kakaknya. Menikah dengan pria yang tidak dikenalnya dan tidak dicintainya.
"Kenapa Tuhan tidak berpihak padaku. Kenapa bukan aku yang ia panggil" batin seorang gadis yang bernama Allesia Moura Jeven. Tangis gadis itu pecah seraya memeluk kedua lututnya. Hatinya menjerit kesakitan. Bagaimana mungkin dia menikah dengan tunangan kakaknya sedangkan hatinya untuk pria lain, pria yang bersamanya sejak mereka masih Sekolah.
Terdengar petir menggelegar, menandakan diluar sedang turun hujan. "Bahkan langit pun menangis. Menangis melihatku akan menikah dengan pria yang tidak aku kenal" batin Allesia.
Percikan air hujan menetes dan singga di kaca jendela kamar yang berukuran kecil. Sang pemilik wajah cantik turun dari ranjang dan berdiri di jendela. Mengulurkan tangannya ke luar, membiarkan air hujan jatuh dan bertumpuk ditangannya.
"Tuhan, aku tidak sanggup" batinnya.
Di depan pintu kamar, seorang wanita paruh baya berdiri menatap senyum gadis yang bernama Allesia. Siapa lagi kalau bukan Ibu kandung dari gadis itu. Namanya Virani Mariona.
"Allesia, sekarang kamu turun ke bawah. Ada Tante Vania di bawah bersama anaknya" ujar Virani.
Allesia tak bergeming, ia masih hanyut dalam kesedihannya. Memikirkan perasaan pria yang nantinya akan terluka.
"Allesia, apa kamu dengar, Nak?" tanya Virani sambil memegang kedua pundak putrinya. Allesia tersadar dari lamunannya saat Ibunya memegang kedua pundaknya, pundak yang dulunya tak pernah disentuh oleh sang Ibu.
"Ada apa, Bu?" tanya Allesia tersenyum menatap Ibunya. Seakan akan tidak ada luka yang menimpanya.
"Ada Tante Vania dan Alfano di bawah, sekarang kamu turun ya" kata Virani.
"Baik, Bu" sahut Allesia. Allesia membersihkan wajahnya, kemudian turun menghampiri Tante Vania Beatrice dan putranya yang bernama Alfano Jenoka. Pria yang akan menikah dengan Allesia.
Di ruang tamu, seorang wanita paruh baya yang terlihat begitu elegan–ia duduk menyilangkan kaki jenjangnya. Disampingnya ada seorang pria yang sedang memainkan ponselnya. Tampan, itulah kata yang cocok untuk pria itu.
"Apa kamu Allesia?" tanya Tante Vania dengan ramah.
"Dia Allesia, dialah yang akan menggantikan kakaknya besok" jelas Virani yang tiba-tiba datang mengambil tempat di samping putrinya.
"Kamu cantik sekali sayang. Apa kamu masih kuliah?" Vania kembali bertanya pada calon menantunya itu.
"Tinggal tunggu wisuda, Tante. Bulan depan aku wisuda Profesi" sahut Allesia dengan ramah. Allesia adalah Mahasiswi Apoteker di Harvard University, ia kuliah di New York bersama dengan pacarnya. Mykal Ansel, pria keturunan Italia dan New York.
"Wah, jadi kamu seorang Apoteker. Pas bangat, setelah kamu wisuda nanti, kamu bisa bekerja di Rumah Sakit Lenox Hill" kata Vania dengan girang.
Alfano terus diam sambil memainkan ponselnya. Dia sama sekali tak menatap Allesia sedikit pun. Rasa sakit di hatinya membuatnya semakin tak sabar untuk menghancurkan adik dari almarhum kekasihnya.
Hampir satu jam berbincang-bincang, Vania dan Alfano pun pamit pulang. "Sampai jumpa besok sayang," ujar Vania sembari mencium kedua pipi Allesia.
"Cepat, Bu. Hujannya semakin deras!" ketus Allano saat Ibunya belum juga masuk ke dalam mobil.
"Iya sebentar!!" sahut Vania dengan kesal.
Mobil putih sport perlahan bergerak meninggalkan gang kecil yang berada di pinggiran Kota. Allesia masuk ke dalam rumah saat mobil sport putih milik Alfano sudah menjauh dan tak terlihat lagi. Di dalam kamar, gadis cantik itu meraih ponselnya yang terletak di atas nakas. Menatap layar ponsel lalu mengetik sesuatu di aplikasi pesan.
"Ansel, maafkan aku. Kita akhiri saja hubungan kita, besok aku akan menikah dengan pria lain. Maafkan aku yang tidak bisa menempati janjiku. Maafkan aku"
Pesan terkirim, tak membutuhkan waktu lama, notifikasi pesan terdengar.
"Apa kamu tidak mencintaiku lagi. Kenapa kamu melakukan ini Allesia? Apa kamu dipaksa oleh ibumu? Katakan padaku"
"Aku mencintaimu, Ansel. Tapi Tuhan memberiku jodoh yang lain (Smile menangis)"
"Allesia, andai aku tahu kepulanganmu adalah kepergianmu, mungkin aku tidak akan mengizinkanmu sekalipun yang meninggal itu adalah kakak mu"
"(Smile menangis) Maafkan aku, Ansel. Bisakah kita berteman?"
"Aku takut perasaanku tak menghilang, Allesia. Aku takut rasa ini akan semakin tumbuh dan sulit untuk melupakan dirimu. Jangan ganti nomormu Allesia, aku akan menghubungimu saat rasaku sudah bisa ku ajak bekerjasama"
"Terimakasih untuk pergertiannya, cintaku. Sejak dulu sampai hari ini rasa cintaku masih untuk dirimu. Besok aku akan menjadi istri orang lain, dan rasa itu akan aku lupakan secara perlahan. Aku berharap kamu pun sama, melupakan aku. Jika kamu tidak bisa melupakan aku, maka ingatlah penghianatanku malam ini"
Itulah percakapan Allesia dengan kekasihnya yang bernama Mykal Ansel. Hujan semakin deras, hingga terdengar bunyi petir yang menggelegar. Allesia menangis meraung-raung bersamaan dengan derasnya hujan.
Sss... sss... Karena lelah, Allesia tertidur di kursi yang terletak disamping jendela. Dalam tidurpun air matanya masih menetes.
Bruk...
"Auwww..." jerit Allesia saat ia jatuh dari kursi. "Aku kira aku sedang bermimpi, nyatanya tidak" gumamnya pelan.
.
.
.
Keesokan harinya...
Allesia menatap wajahnya di cermin dengan polesan bedak dan beberapa aksesoris lainnya dibagian kepala. Wanita itu memejamkan matanya sejenak sembari menarik napasnya dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan.
"Apa kamu sudah siap?" tanya Virani pada Allesia.
Gadis itu berusaha menarik tersenyum tapi nyatanya ia tidak bisa. "Aku tidak siap, Bu" balas Allesia. Virani terdiam mendengar jawaban putrinya.
"Semua tamu sudah ada! Bagaimana mungkin kamu berkata tidak siap!!" bentak Virani. Ditengah kemarahan Virani, terdengar seseorang memanggil Allesia.
"Allesia"
Suara halus dan lembut terdengar begitu nyata. Membuat gadis cantik itu menoleh kebelakang. Di depan pintu, ada seorang pria yang sangat ia rindukan. Ansel, pria itu adalah Mykal Ansel.
"Tante, izinkan aku berbicara dengan Allesia. Hanya sebentar saja, aku pastikan pernikah ini akan tetap berlangsung" pinta Ansel memohon.
"Baiklah, Nak" kata Virani lalu meninggalkan Allesia dengan Ansel.
Ansel mendekat menghampiri wanita pujaan hatinya. "Allesia, aku datang untuk melihatmu bahagia. Izinkan aku untuk mengantarmu pada calon suamimu. Aku akan menjadi sahabatmu, menjadi sahabat yang akan selalu ada untukmu. Aku tidak mau hubungan kita retak karena pernikahan ini. Tersenyumlah, aku ingin melihatmu bahagia" ungkap Ansel sambil memegang bahu kekasihnya.
Mata Allesia mulai berkaca-kaca. Dengan segera, Ansel menyeka air mata kekasihnya yang berhasil menentes. "Ansel, maafkan aku" ucap Allesia disertai isan tangis.
.
.
Prok... prok... prok...
Terdengar tepuk tangan yang meriah dari para tamu undangan. Saat Allesia berjalan di depan altar ditemani oleh kekasihnya yang tidak lama lagi akan menjadi mantan. Di depan altar, ada Alfano yang tengah berdiri menunggu Allesia. Tak ada raut penyesalan atau kekaguman dari wajah Alfano. Pria itu terlihat biasa saja. Alfano mengulurkan tangannya, lalu disambut oleh Allesia.
"Jika kemarin kita adalah sepasang kekasih, maka hari ini kita adalah sahabat sejati. Berharap kamu bahagia, Allesia. Aku mencintaimu, selalu" batin Ansel.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
sita
7 tahun merasakan hal itu,menjaga jodoh orang.
2023-04-20
0
Jumiati
nyesek thorr😭😭😭
2022-02-08
0
Agus Tina
😭😭😭
2021-07-04
0