Alya, gadis miskin yang baru saja menyelesaikan pendidikannya di salah satu universitas harus bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya tertarik saat menerima tawaran menjadi seorang baby sister dengan gaji yang menurutnya cukup besar. Tapi hal yang tidak terduga, ternyata ia akan menjadi baby sister seorang anak 6 tahun dari CEO terkenal. kerumitan pun mulai terjadi saat sang CEO memberinya tawaran untuk menjadi pasangannya di depan publik. Bagaimanakah kisah cinta mereka? Apa kerumitan itu akan segera berlalu atau akan semakin rumit saat mantan istri sang CEO kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon triani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29. pembahasan tidak terduga
Hari itu, Aditya sedang duduk di ruang kerjanya, tetapi pikirannya melayang jauh. Berkas-berkas yang terbuka di depannya tak lagi menarik perhatian. Sebaliknya, bayangan Alya—cara dia tertawa saat mengobrol dengan Tara, perhatian kecil yang dia tunjukkan, dan keberaniannya menghadapi Nadia—terus muncul di benaknya.
Aditya mendesah panjang. Dia tidak hanya memikirkan bagaimana Alya telah menjadi pelindung untuk Tara, tetapi juga bagaimana kehadirannya membawa kehangatan yang sudah lama hilang dari rumah itu. Dia tahu bahwa perasaannya telah berubah. Ini bukan lagi sekadar rasa hormat atau terima kasih. Ini lebih dari itu.
Namun, bagaimana dia harus mengatakannya? Dan lebih penting lagi, bagaimana dia bisa memastikan bahwa Alya mau menerima posisinya dalam keluarga ini?
Aditya akhirnya memutuskan untuk berbicara dengan Alya. Malam itu, setelah Tara tertidur, ia mendapati Alya duduk di teras samping rumah, tempat favoritnya untuk bersantai. Di bawah sinar bulan yang lembut, Alya terlihat tenang, tetapi Aditya tahu bahwa ada banyak hal yang mungkin berkecamuk di benaknya.
Aditya mendekat perlahan, "Boleh aku duduk di sini?"
Alya menoleh dan tersenyum kecil, "Tentu, Mas. Tempat ini bukan milikku saja."
Aditya duduk di sampingnya, membiarkan keheningan mengisi udara sejenak. Hanya suara serangga malam yang menemani mereka.
Aditya berdehem untuk menormalkan suaranya sebelum berbicara, "Alya, aku sudah lama ingin berbicara denganmu. Tentang banyak hal."
Alya kembali menoleh, ia tampak penasaran, "Apa itu, Mas?"
Aditya menghela napas, menyiapkan diri untuk berbicara lebih serius, "Aku ingin berterima kasih lebih dulu. Untuk semua yang kau lakukan untuk Tara. Untuk aku juga, sebenarnya. Kau telah membawa sesuatu yang sangat berharga ke dalam hidup kami—kehangatan yang dulu hilang."
Meskipun jantungnya sudah berdebar hebat, Alya segera menutupinya dengan tersenyum lembut, "Saya hanya melakukan apa yang saya bisa, Mas. Saya juga merasa Tara dan Mas sudah seperti keluarga sendiri."
Aditya menatapnya dalam-dalam membuat Alya semakin salah tingkah apalagi saat mata mereka saling bertemu, "Dan itu yang membuatku ingin berbicara lebih serius, Alya. Aku sadar bahwa aku tidak hanya ingin kau ada di sini untuk Tara. Aku ingin kau ada di sini untuk kita. Untuk aku juga."
Alya terdiam, matanya membelalak kaget.
"Mas... maksudnya?" tanya Alya bingung.
"Aku ingin kau menjadi bagian resmi dari keluarga ini, Alya. Aku tahu ini mungkin terdengar tiba-tiba atau tidak terduga. Tapi aku sudah memikirkannya. Kau bukan hanya sosok penting untuk Tara, tapi juga untukku." ucap Aditya dengan suara rendah tapi mantap.
Alya tertegun, ia berusaha mencerna apa yang baru saja diucapkan oleh Aditya, "Mas, saya... saya tidak tahu harus berkata apa. Saya takut tidak cukup baik untuk Tara atau untuk Mas." ucapnya kemudian sambil menunduk.
Aditya menggelengkan kepalanya, tanganya perlahan meraih dagu Alya hingga mereka saling bertatapan kembali, "Kau lebih dari cukup, Alya. Kau kuat, tulus, dan penuh kasih. Tara mencintaimu, dan aku... aku juga."
Alya menutup mulutnya dengan tangan, mencoba menahan emosi yang tiba-tiba membuncah.
"Mas, saya hanya seorang perempuan sederhana. Saya tidak tahu apakah saya bisa menjadi istri yang baik untuk Mas, atau ibu yang sempurna untuk Tara." ucapnya dengan suara bergetar penuh emosi.
Aditya menyentuh bahunya dengan lembut, "Aku tidak butuh kesempurnaan, Alya. Aku hanya butuh seseorang yang tulus mencintai Tara dan aku. Dan itu kau. Kita bisa belajar bersama, membangun segalanya bersama."
Alya tidak segera menjawab. Matanya tertuju pada langit malam, seolah mencari jawaban di antara bintang-bintang. Aditya membiarkannya berpikir, memberinya ruang untuk mencerna semuanya.
Setelah beberapa saat, Alya akhirnya menoleh, matanya penuh emosi.
"Bagaimana, apa kamu sudah punya jawabannya?"
Alya tersenyum lembut, "Mas, saya butuh waktu untuk memikirkan ini. Tapi satu hal yang saya tahu pasti, saya mencintai Tara. Dan saya mulai merasa nyaman berada di sini, bersama kalian."
Aditya tersenyum lega. Itu bukan jawaban yang sepenuhnya pasti, tapi itu cukup untuk sekarang.
"Aku tidak akan memaksamu, Alya. Ambillah waktu yang kau butuhkan. Yang penting, kau tahu bahwa kami menginginkanmu di sini, selamanya."
Malam itu, di bawah langit yang cerah, sebuah awal baru mulai terbentuk. Tidak ada yang tahu pasti apa yang akan terjadi, tetapi satu hal yang jelas: Aditya dan Alya telah mengambil langkah pertama menuju sesuatu yang jauh lebih berarti.
Setelah percakapan itu, Alya pun ijin kembali ke kamarnya. Di dalam kamar ia bahkan tidak bisa memejamkan matanya, kata-kata Aditya terus terngiang di benaknya. Ia benar-benar berada dalam dilema yang besar. Satu sisi ia menginginkan dirinya masuk dalam keluarga ini tapi di sisi lain, ia merasa tidak pantas untuk mendampingi Aditya, ia hanya seorang gadis kampung yang tidak memiliki banyak pengalaman, keluarganya bukan orang kaya yang sejajar dengan keluarga Aditya. Jika Aditya menerimanya tanpa memandang siapa dirinya, tapi keluarganya? bagaimana kalau keluarganya menolak kehadirannya?
Bersambung
Happy reading