Lelaki yang sangat ingin kuhindari justru menjadi suamiku?
•••
Kematian Devano dan pernikahan kedua sang Papa, membuat kehidupan Diandra Gautama Putri berubah. Tidak hanya itu, dia menjadi pasangan seorang Kaiser Blue Maverick ketua geng motor HORIZON. Cowok bad boy yang membencinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tiatricky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 31
Perkataan Kenzie membuat Kiara bungkam beribu kata. Dia memukuli dadanya yang terasa sesak. Menarik rambutnya frustasi. Ya Allah, berikan petunjuk kepada hamba. Apakah ini kebencian atau perasaan lain?
Sedangkan Diandra fokus pada pelajaran. Gadis itu menghela nafas berat. Dia melirik kearah sampingnya. "Kamu kenapa?."
Kiara langsung memalingkan wajahnya kearah lain.
"A aku nggak bermaksud nyakitin perasaan kamu. Apa yang kukatakan dulu memang faktanya. Lebih baik aku berkata jujur saat dari pada sama sekali. "
Kiara hanya diam membisu.
"Sebencinya kamu sama aku, aku tetap menganggap mu sahabatku. Karena kamu teman pertamaku. " Diandra menambahkan dengan senyuman tipis.
Kiara menghela nafas panjang. "Lo gak tahu gimana rasanya ditinggal Abang sama Nyokap. Keluarga Lo itu lengkap. Gak kaya gue. "
Diandra mengangguk kepala. "Aku tahu rasanya kehilangan seperti apa. Aku juga kehilangan Mamaku. Kamu mungkin tidak menyadarinya. Papa ku bahkan tidak menyayangi ku lagi. "
Gadis itu meremas tangannya sendiri dengan senyuman pahit.
Kiara menoleh lalu terkekeh geli mendengarnya. "Halah, gue tahu Lo bohong. "
Diandra mengeluarkan ponselnya. Dia memilah aplikasi galeri. Scroll ke bawah dan menemukan sebuah foto. "Ini buktinya kalau kamu nggak percaya. Aku dan Abang ada di rumah sakit waktu itu. "
"Diandra Gautama Putri, Kiara Lovina Andrian, dan Eza Parawansa, silahkan maju ke depan. Ada yang mau saya bicarakan pada kalian bertiga. " Bu guru berujar.
Mereka bertiga segera menuju kearah depan.
"Kok bukan saya Bu?." Tanya Indar yang berdiri di samping Bu guru. Dia merasa dikalahkan oleh mereka bertiga.
Bu guru menghela nafas berat. "Saya hanya memilih mereka bertiga teratas berdasarkan hasil ujian harian. Diandra mendapatkan nilai seratus mapel matematika. Kiara sembilan puluh lima fisika. Dan Eza sembilan puluh biologi."
Kiara membulatkan matanya. Gue dapet nilai segitu? Nggak mungkin.
"Dan kamu Indar..." Wanita itu menjeda ucapannya. "Kamu tidak pernah mengerjakan tugas ujian harian secara teratur. Itu penting, Indar. "
Brak
Gadis itu menggebrak meja. "Apaan sih, Bu! Saya setiap hari mengerjakan tugas dari guru. Bagaimana bisa tidak ada?."
"Gue kan udah bilang sama Lo buat ngerjain tugas ujian harian. Tapi kenyataannya Lo gak mau. Terima aja resikonya. " Eza melirik dengan sinis.
"Gue setiap hari ngumpulin tugas. Pasti kerjaan cewek killer ini. Iya kan?." Tuding Indar menunjuk kearah Diandra.
Kiara mencekal lengan Indar. "Lo gak pernah ngerjain tugas ujian harian itu. Jangan nyalahin orang lain. "
"Sudah jangan ribut. Yang dikatakan Kiara benar. Saya tahu seperti apa tulisan kamu itu. " Bu guru menengahi.
Indar pergi menuju kearah bangkunya dengan menghentakkan kakinya. Dia mengepalkan tangan dengan kuat.
•••
"Ibu nggak salah bicara kan?."
Bu Indah menggelengkan kepalanya tersenyum. "Semakin hari kamu semakin meningkat nilainya. Saya yakin kamu bisa juara olimpiade kali ini. "
Diandra tersenyum mendengarnya. "Selamat, Kia. Kamu menjadi peserta olimpiade tahun ini. "
Kiara yang mendengar itu seketika memerah merona. "Eh, em makasih ya. Lo Lo jangan geer. Gu gue—."
"Kamu malu?." Bu Indah berujar dengan tersenyum sumringah.
Kiara mengibaskan tangannya di depan. Gadis itu menggelengkan kepalanya kuat. "Ti tidak, Bu. Sa saya biasa aja. "
Rasanya sesuatu yang hilang itu datang kembali. Seandainya yang memuji itu Ayah atau kakak. Kiara membatin dengan miris.
"Fighting, Kia. Kamu bisa kok kalahin aku. " Diandra tersenyum menyemangati Kiara.
"Jadi kapan olimpiade diadakan Bu?." Eza pun bertanya.
"Bulan depan kira-kira. Kalian akan berangkat ke ibukota bersama anak kelas XII IPS 1. " Bu guru menyahut.
Eza menaikkan sebelah alisnya. Dia lalu tersenyum. "Lola ikut nggak Bu?."
Bu guru tersenyum mendengar pertanyaan itu. "Kamu suka sama Lola ya? Penasaran banget. "
Eza menggelengkan kepalanya. "Enggak juga, Bu. Saya kebetulan kagum sama Lola. "
Bu guru mengangguk kepala mengiyakan. Dia pun mengeluarkan kertas tebal itu. "Ini kisi-kisi soal olimpiade tahun ini. Mohon dipahami setiap penjelasan yang ada. "
"Baik, Bu. " Serentak ketiga murid itu menyahut.
•••
"Val, kapan sih Lo pinter nya? Gimana jadi suami gue coba?." Chika yang duduk di samping kekasihnya berujar dengan kesal.
"Belum juga nikah udah banyak ujiannya. " Elang tersenyum geli.
"Beban Lo banyak banget dah, Val. " Alaska terkekeh geli.
"Pertama, harus ngumpulin duit seratus juta lebih. Kedua, punya apartemen atau rumah sendiri sebelum nikah. Dan ketiga, ranking kelas harus naik. Ckckck. " Vanesa menggelengkan kepalanya.
Rival mengerucutkan bibirnya. "Sayang, permintaanya dikurangi aja bisa kan?."
Chika mendengus dan menepis tangan Rival. "Nggak bisa. Lagian apa susahnya sih gue minta tiga hal itu. Nggak susah kok. "
"Otak Rival mah cuma cipok doang. " Kaiser menimpali dengan santai.
Mereka saat ini berada di kantin sekolah.
Vanesa menyuapi Kaiser dengan telaten.
Diandra masuk ke dalam kantin sekolah. Dia datang bersama dengan Kenzie. Kaiser yang melihat hanya mendengus dingin.
"Eh, kamu nggak usah repot-repot beliin aku makanan. " Diandra tidak enak hati melihat dua mangkok bakso di depannya.
Laki-laki itu mendengus dingin. "Makan. "
"Tap—."
Kenzie langsung menyuapi mulut gadis itu dengan bakso kecil. "Kunyah. "
Diandra mengangguk kepala dengan patuh. Dia mengunyah makanan dengan pelan. Menelannya hingga tandas. "Makasih. Kamu baik banget sama aku. "
Bruk
"Gak ada bangku kosong. " Kiara berucap sebelum kedua insan berbeda kelamin itu bertanya.
Diandra mengangguk kepala. "Iya. Kamu boleh duduk bareng aku. Yuk, dimakan. "
Mereka bertiga menikmati makan siang dalam diam.
"Gue ikut olimpiade tahun ini. " Kenzie berucap setelah memakan habis baksonya.
Kiara menoleh.
"Kalau nggak salah kamu selalu juara dua ya. " Diandra menebak dengan benar. "Sama dong kaya Kiara. Dia juga ranking dua di kelas. "
Kiara terburu-buru meneguk minumannya. "Apaan sih Lo? Masih pinteran Lo ya. Gue mah biasa aja. Haha. " Tertawa hambar.
Kenzie mengangguk kepala. "Gue ajak ke toko buku mau?."
Diandra menghentikan aktivitas makannya. Dia pun menghela nafas panjang. "Aku ijin dulu sama Bunda mertua. Kamu tunggu keputusannya. "
Bunda mertua? Kiara bertanya-tanya seketika. "Bunda mertua maksud Lo?."
"Eh? Bukan apa-apa. Maksudnya Bundaku. Iya Bundaku. " Diandra seketika gelagapan.
Kenzie mendekatkan wajahnya pada Kiara. Gadis itu seketika menoleh dan terdiam membatu. Jantungnya berdegup kencang sekarang.
"Kaiser sama Diandra udah nikah. Gue harap Lo jaga rahasia ini. " Kenzie berbisik dengan tatapan dingin. Lalu dia kembali duduk dengan tegak.
Kiara menelan ludahnya sendiri. Jantung gue deg-degan banget anjirrr. Ini pasti gue jatuh cinta. Tapi kok bisa sih?
"Kai sayang. Kamu kenapa sih lihatin sana terus? Aku nggak suka loh. Tega banget sih sama aku. " Vanesa bertanya dengan memasang wajah sok memelas.
Kaiser menoleh dan tersenyum. Meraih kedua tangan gadis itu. Tatapannya terlihat tulus. "Maafin aku ya. Aku hanya sedang terpikirkan sesuatu. "
Alis Vanesa menyatu. "Mikirin apa sih?. "
"Mikirin pernikahan kita nanti. Kamu tahu sendiri kalau aku sangat mencintaimu. Jadi aku perlu memikirkan sesuatu yang berhubungan dengan masa depan kita ke depannya. " Kaiser berbohong.
Vanesa pun memeluk kekasihnya dengan erat. Gadis itu terlihat puas sekali. "Ihhh, romantis banget sih kamu. "
Kaiser tanpa ragu membalasnya. Maafkan aku berbohong padamu.
Cih! Siapa juga yang mau nikah sama gembel kaya Lo? Suami masa depan gue itu El. Bukan Lo. Lo bukan siapa-siapa bagi gue. Lo itu cuma boneka gue. Vanesa membatin dengan sinis.
Kring
"Las, anterin gue ke toilet yuk! Kebelet banget nihh. " Rival menarik tangan Alaska.
Alaska memutar bola matanya jengah. Dia pun berdiri dengan tegak. "Kebiasaan banget pacar Lo, Chik. "
Bersambung...