Aurora, merupakan gadis cantik yang berusia 21th, dia dijual oleh Ayah kandungnya sendiri untuk menutupi kerugian perusahaanya, akibat hasutan dari ibu dan anak tirinya.
Kevin Alexander, Ceo tampan dan kaya raya, rela membayar Mahal Aurora dari Ayahnya karena ingin memilikinya.
Kevin mengikat Aurora dengan pernikahan tanpa cinta dan sebagai pelampiasan nafsunya saja.
Akankah Aurora bisa lepas dari jerat Ceo bastard itu atau justru mencintainya?
Yuk simak kelanjutan ceritanya......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kikoaiko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 19
"Ayo kita ke tempat lain, aku ada janji dengan teman-temanku untuk makan siang" ajak Kevin sambil menggandeng tangan Aurora.
"Terus aku gimana" tanya Aurora menunjuk dirinya sendiri.
"Tentu saja ikut, memangnya kamu mau kemana" tanya Kevin.
"Tidak kemana-mana, aku mau pulang aja" ucap Aurora.
"Tidak boleh, kamu juga harus ikut aku menemui teman-temanku. Sekalian kita makan siang" ucap Kevin.
"Tapi aku malu, aku tidak kenal dengan mereka" keluh Aurora.
Dia terlalu malas ikut Kevin menemui teman-temannya, Aurora tidak mengenalnya, nanti dia bingung harus ngapain disana.
"Jangan banyak protes, ikut saja kenapa sih" kesal Axel melihat Aurora yang kekeuh tak mau ikut.
"Iya" ucap Aurora akhirnya.
Mereka berdua melangkahkan kakinya menuju ke parkiran dimana mobilnya berada. Kevin membukakan pintu untuk istrinya.
"Terima kasih" ucap Aurora dan masuk kedalam mobil.
Setelah memastikan Aurora duduk dengan nyaman, barulah Kevin menutup pintu mobilnya. Dia memutari mobilnya, dan membuka pintu mobil samping kemudi. Dia duduk di bagian kemudi dan menyalakan mesinnya.
perlahan Kevin melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang sambil menikmati jalanan yang sedikit ramai, sesekali Kevin melirik ke arah istrinya yang sedang menatap keluar melalui kaca jendela.
"Kenapa diam aja" tanya Kevin.
"Memangnya harus ngomong apa" tanya Aurora bingung, ia takut kalau dirinya banyak bicara akan membuat Kevin kesal.
"Apa aja kek, yang penting mobil ini tidak sepi seperti kuburan" ucap Kevin alasan, padahalkan dia bisa saja menyalakan musik untuk menemani perjalanan mereka.
"Bilang aja kamu ingin mengajakku ngobrol" ucap Aurora.
"Itu tahu, kamunya aja yang dari tadi tidak peka" kesal Kevin.
"Apa salahnya ngomong, aku bukan paranormal, mana ngerti kamu pengen apa" mereka berdua malah berdebat tidak jelas.
Membuat Kevin gemes, dan menekan kepala istrinya dengan tangan kirinya.
"Kenapa sekarang kamu pintar berdebat, tidak seperti dulu yang malu-malu jika berhadapan dengan ku" sindir Kevin.
Aurora membuang wajahnya kesamping, dulu dia belum mengenal Kevin, itu mengapa dia takut berhadapan dengan pria itu. Berbeda dengan sekarang, dia sudah terbiasa menghadapi Kevin, sehingga dia sedikit berani dengan suaminya itu.
"Soalnya wajahmu menakutkan" lirih Aurora yang masih dapat di dengar oleh telinga Kevin.
"Enak saja, wajahku ini sangat tampan, banyak perempuan yang mengejarku" seru Kevin.
"Tampan sih tampan, tapi tetep aja menakutkan," Aurora yang sadar telah bicara tanpa pikir, langsung menutup mulutnya dengan tangan, matanya membulat ketakutan melihat reaksi suaminya.
Ketegangan meningkat saat Kevin tiba-tiba menghentikan mobilnya di bahu jalan, dia melepas seatbelt dan memiringkan tubuhnya mendekati Aurora. Napas Aurora tercekat, dia tidak tahu apa yang akan Kevin lakukan padanya.
Tiba-tiba, dengan gerakan yang cepat, Kevin meraih kepala Aurora. Aurora yang semakin panik hanya bisa pasrah, namun apa yang terjadi selanjutnya sungguh di luar dugaan. Kevin, dengan penuh ga irah, melumat bibir Aurora dengan ciuman yang mendalam. Tangan Kevin yang lain mengelus lembut rambut Aurora, menyisirnya dengan perasaan yang campur aduk.
Aurora, yang awalnya kaku, perlahan-lahan membalas ciuman tersebut, tangannya yang gemetar mulai meraih bahu Kevin. Di dalam ciuman yang penuh dengan emosi itu, tercampur rasa marah, cinta, dan maaf yang mereka rasakan satu sama lain. Meski kata-katanya sempat melukai, ciuman itu seolah menjadi penawar, mengikat kembali serpihan-serpihan emosi yang sempat pecah.
Aurora merasakan bibir Kevin yang lembut beralih dari bibirnya ke leher, meninggalkan sensasi hangat seolah menandai teritorinya. Perlahan namun pasti, ciuman itu turun semakin dalam, hingga berhenti di bagian da da Aurora yang masih terbungkus kaos tipis.
Genggaman Kevin semakin erat, me re mas dengan intensitas yang mengundang desa han pelan dari Aurora. "Akh... sayang," erangnya, suara penuh ga irah terbungkus kelembutan.
Kedua mata mereka bertemu, saling memancarkan hasr*t yang tak terbendung. Kevin menyingkap kaos istrinya ke atas dan memperlihatkan da da Aurora yang masih terbungkus kain berbentuk kaca mata. Kevin yang sudah lihai dalam hal buka membuka, dengan sekali gerakan kaitan kain tersebut langsung terlepas. Hingga membuat da da Aurora menyembul ke atas.
"Sayang, berhenti, nanti ada yang lihat" ucap Aurora dengan tatapan sayu yang sudah di penuhi kabut ga irah.
Kevin tidak perduli, dia menundukkan kepalanya, dia memasukkan da da istrinya kedalam mulut. Kevin menyusu seperti bayi, dia memainkan lidahnya dibagian ujung. sementara tangannya yang satu me re mas da da nya yang satunya lagi.
"Akh.... " lagi-lagi Aurora men de sah, ia mendongak ke atas menikmati permainan Kevin, tangannya me re mas kepala suaminya itu.
Kevin mengulum da da istrinya secara bergantian, perlahan tangannya turun ke bawah membuka resleting celana istrinya. Kevin menelusupkan tangannya ke dalam ce lana istrinya, menyentuh milik Aurora.
"Akh..... "
"Milikmu sudah basah baby" ucap Kevin tersenyum smirk, ternyata sang istri menikmati permainannya.
Tanpa aba-aba, Kevin memasukkan kedua jarinya ke dalam goa istrinya.
Aurora terpekik terkejut karena kaget, "Akhh.... kevin"
"Nikmatilah baby" ucapnya sambil menggerakkan jemarinya keluar masuk di dalam lembah istrinya yang sudah becek.
Aurora menggigit bibir bawahnya, untuk menahan suaranya, dia takut suara de sa hannya akan keluar dari di dengar oleh orang yang sedang melintas.
Kevin merasakan milik istrinya berkedut, dia pun segera mempercepat gerakannya.
"Akh.... akh.... akh.... sayang" Aurora yang mencoba menahan suara akhirnya tidak bisa, dia terus men desah tidak perduli jika orang lain akan mendengar suaranya.
Selang berapa lama terdengar jeritan dari Aurora. "Akhh......" Aurora mencapai klimaks, cairan kental keluar dari lembah miliknya.
Kevin tersenyum berhasil mengerjai istrinya sampai org*sme, dia mencabut kedua jarinya dan melumatnya. "Manis" ucap Kevin.
Aurora mendengus sebal, ia menundukkan wajahnya yang merona sambil memperbaiki penampilannya yang berantakan akibat ulah suaminya.
Kevin tertawa kecil melihat wajah kesal istrinya, dia kembali membenarkan duduknya sambil memakai seatbeltnya kembali.
Perlahan Kevin mulai melanjukan mobilnya, melanjutkan perjalanannya kembali. Suasan di dalam mobil terlihat hening, Aurora yang kedal tidak mau menatap ke depan, dia melihat kesamping memunggungi suaminya.
"Setelah ini, apa yang ingin kamu lakukan terhadap keluargamu? " tanya Kevin membuka obrolan.
Aurora menghela nafas dalam, dia menoleh melihat ke arah suaminya.
"Aku belum memikirkannya, menurutmu aku harus bagaimana?" Aurora yang belum memiliki rencaan justru bertanya kepada suaminya.
"Bagaimana dengan perasaan mu? apa kamu tidak sakit hati dengan perlakuan keluargamu kemrin malam?" tanya Kevin yang ingin tahu tentang perasaan istrinya.
"Sakit hati itu sudah aku rasakan sejak lama, sampai membuatku seperti mati rasa" jawab Aurora sambil menatap ke depan.
Orang yang sering mengalami sakit hati pasti lama-lama akan terbiasa dengan sendirinya. Sampai akhirnya dia tidak bisa merasakan apa-apa lagi.
Kevin tahu istrinya itu merasa kecewa dengan keluarganya, dia dulu juga merasakan rasanya di abaikan orang tuanya sendiri karena alasan pekerjaan. Kevin sempat marah kepada orang tuanya, namun seiring berjalannya waktu dia baru mengerti. Semua yang kedua orang tuanya lakukan itu untuk masa depannya.
"Jika kamu ingin membalasnya aku akan selalu mendukungmu" ucap Kevin.
Aurora mengangguk, dia akan mempertimbangkan penawaran suaminya itu nanti.
*******
Kevin menggandeng tangan Aurora masuk kedalam restoran, terlihat di sudut ruangan Felix dan Marcel sudah menunggunya dengan wanita bayarannya.
"Kau kemana aja sih Vin, kenapa lama sekali" tanya Felix kesal, sudah hampir satu jam mereka menunggu Kevin.
Kevin tidak langsung menjawab, dia menarik kursi kosong dan meminta Aurora untuk duduk. "Aku baru saja menemani istriku jalan-jalan" ucap Kevin sambil mendudukkan tubuhnya di samping Aurora.
Felix dan Marcel membulatkan mulutnya membentuk huruf o, mereka baru sadar temannya itu sudah mengakui statusnya.
"Kau tidak ingin memperkenalkan istrimu kepada kami" tanya Marcel.
"Tidak akan, tanpa aku memperkenalkannya pun kalian sudah tahu kalau dia istriku" ucap Kevin sinis.
Kevin sudah tahu otak mesum kedua temannya itu, itu mengapa dia tidak ingin memperkenalkan istrinya kepada mereka.
"Tapi kita kan kita belum pernah berkenalan langsung, siapa tahu istrimu juga ingin berkenalan dengan kita" ucap Felix.
"Diam atau gue akan menghancurkan perusahaan kalian" ancam Kevin.
"Santai bro, jangan terlalu emosian gak baik buat kesehatan jantung. Kita cuma bercanda kok" Ucap Felix yang suka menggoda Kevin, pria itu memiliki tempramen yang buruk.
"Hai nona, siapa namamu" tanya Marcel tidak perduli dengan wajah masam Kevin.
"Nama saya Aurora tuan" ucap Aurora memperkenalkan diri.
"Panggil saja Marcel, jangan tuan" ucap Marcel yang dapat anggukan dari Aurora.
"Mana minumanku, sudah menyuruhku datang kesini tapi tidak memesanku apa-apa" ucap Kevin sengaja mengalihkan obrolan mereka, dia tidak mau sang istri terlalu akrab dengan kedua temannya.
"Rora mau minum apa?" Kevin semakin kesal dengan kelakuan temannya itu, bukan dirinya yang di tanya melainkan istrinya.
"Samakan saja" jawab Aurora dengan suara lembutnya.
"Haisss... Suaranya membuatku ingin mengajaknya ke pelaminan" seloro Marcel yang langsung mendapat lemparan bantal dari Kevin.
"Ingat! dia istriku, kalau lo mau menikah lebih baik cari wanita lain jangan istri orang" sungut Kevin.
"Kenapa kau marah-marah sih Vin, Auroranya aja santai kok." ucap Marcel.
"Tentu saja dia biasa saja, karena dia belum tau sifat asli kalian" balas Kevin yang tak mau kalah.
"Diam lah Cel, mending lo pesan minuman, jangan sampai membuat Aurora kehausan" ucap Felix.
Kedua wanita yang ada di samping Felix dan Marcel menatap Aurora dengan tatapan sinis, mereka seolah cemburu dengan sosok Aurora yang menjadi rebutan mereka bertiga.
Mereka yang di bayar justru di abaikan begitu saja.
----------
dari semalam di tolak terus.
sabar dikit lagi ketika Kevin menyadari perasaannya padamu semua akan baik baik saja..