Mutia Muthii seorang ibu rumah tangga yang sudah menikah dengan seorang pria bernama Zulfikar Nizar selama 12 tahun dan mereka sudah dikaruniai 2 orang anak yang cantik. Zulfikar adalah doa Mutia untuk kelak menjadi pasangan hidupnya namun badai menerpa rumah tangga mereka di mana Zulfikar ketahuan selingkuh dengan seorang janda bernama Lestari Myra. Mutia menggugat cerai Zulfikar dan ia menyesal karena sudah menyebut nama Zulfikar dalam doanya. Saat itulah ia bertemu dengan seorang pemuda berusia 26 tahun bernama Dito Mahesa Suradji yang mengatakan ingin melamarnya. Bagaimanakah akhir kisah Mutia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perkenalan
Mutia terus saja belari mengejar copet namun tidak ada satu orang pun yang membantunya di sana hingga secara tiba-tiba ada seorang pria yang membantunya melawan copet dan membuat copet itu tidak berdaya. Pria itu menyerahkan dompet pada Mutia.
"Ini dompet kamu, coba kamu cek lagi apakah ada yang hilang atau nggak," ujar pria itu menyerahkan dompet pada Mutia.
Mutia segera memeriksa dompetnya apakah ada yang hilang atau tidak uangnya rupanya semua masih utuh. Mutia berterima kasih pada pria ini yang sudah mau membantunya. Pria itu nampak tersenyum simpul dan kemudian ia membawa copet ke kantor polisi. Mutia gegas pulang ke rumah dan kemudian tidur karena besok pagi ia harus bangun dan mulai menyiapkan dagangannya. Ketika hari masih sangat gelap dan masih pukul 2 dini hari, Mutia sudah bangun dan melakukan salat tahajud. Ia meminta pada Tuhan supaya hari ini diberikan kemudahan dalam mencari rezeki.
"Hamba percaya bahwa engkau akan membantu hamba, maka tolonglah hamba."
Setelah salat, Mutia gegas ke dapur dan mulai sibuk menyiapkan bahan dagangannya mulai dari nasi uduk hingga gorengan. Semua ia siapkan seorang diri dan berharap hari ini akan menjadi hari yang baik untuknya dan anak-anak. Saat adzan subuh berkumandang maka Mutia menyelesaikan pekerjaannya dan membangunkan kedua anaknya.
"Sephia, Sania, ayo bangun. Sudah subuh."
Mutia dengan lembut dan perlahan mulai membangunkan kedua anaknya dan membuat Sephia dan Sania bangun. Mereka pergi ke kamar mandi dengan wajah masih mengantuk sebelum mengambil air wudhu. Mereka kemudian salat subuh berjamaah sebelum akhirnya mereka sarapan dan mandi.
****
Saat sedang sarapan itu, Sephia bertanya kapan mereka akan pulang ke rumah lama mereka lagi dan Mutia nampak menghela napasnya panjang. Mutia kembali menjelaskan bahwa mereka selamanya akan tinggal di sini.
"Ibu dan ayah sudah berpisah, kami gak mungkin satu rumah lagi."
"Kenapa Ibu dan ayah berpisah?"
"Kelak kamu sudah dewasa akan paham sendiri. Sudah sekarang yang penting kalian habiskan makanan ini dan kemudian siap-siap ke sekolah."
Sephia dan Sania kemudian tidak banyak bertanya lagi pada Mutia dan mereka melakukan seperti apa yang dikatakan oleh Mutia barusan. Dalam hati, Mutia merasa sedih tentu saja dengan jalan hidupnya ini. Ia merasa bahwa sudah gagal dalam memberikan rumah tangga yang baik pada kedua anaknya namun tentu saja ia tidak bisa mempertahankan rumah tangganya dengan Zulfikar setelah ia sudah tahu apa yang dilakukan oleh sang suami selama ini di belakangnya.
"Maafkan Bunda," lirih Mutia.
Mutia kemudian mengantarkan kedua anaknya sampai depan rumah saja karena ia harus mulai berjualan. Sephia dan Sania paham dengan apa yang ibu mereka katakan, mereka pamit berangkat ke sekolah pada Mutia. Mereka berjalan bersama ke sekolah sementara Mutia mulai sibuk dalam melayani pelanggan yang silih berganti datang ke warung nasi miliknya. Walau tempatnya sangat sederhana namun warung nasi ini selalu saja tidak pernah sepi pembeli setiap harinya. Hari ini saja tidak sampai 2 jam, semua dagangan Mutia sudah ludes terjual dan Mutia sangat bersyukur untuk hal itu.
"Wah sudah habis lagi, Bu?" tanya seorang pelanggan yang baru datang dengan wajah kecewa.
"Iya Bu, semua sudah habis padahal ini sudah saya lebihkan porsinya dari hari kemarin."
****
Hari ini entah kebetulan atau apa, Mutia bertemu dengan pria yang semalam menolongnya dari copet, pria itu katanya tidak sengaja melihat Mutia saat sedang melintas bersama mobilnya maka ia putuskan untuk mampir dan melihat rumah Mutia.
"Jadi ini rumah kamu?"
"Iya, ini rumah yang saya huni dengan kedua anak saya."
"Oh, saya lupa untuk berkenalan, nama saya Dito, kalau kamu?"
"Saya Mutia."
Dito nampak menganggukan kepala, ia senang akhirnya bisa tahu juga nama wanita yang semalam sudah ditolong olehnya. Mereka nampak berbincang mengenai beberapa hal dan sebenarnya Dito mau berbincang lebih banyak lagi dengan Mutia andai kata ponselnya tidak berdering dan kala itu ia melihat ada nama asisten pribadinya menelpon dan mengatakan bahwa ia harus segera kembali ke kantor.
"Maaf sepertinya saya harus segera kembali ke kantor karena ada urusan penting yang harus saya selesaikan."
"Oh iya, silakan saja."
"Kalau begitu saya permisi."
Dito gegas masuk kembali ke dalam mobil mewahnya, Mutia hanya diam dari tempatnya dan memerhatikan Dito dari jauh. Ia terus menatap ke arah mobil mewah itu hingga akhirnya mobil tersebut pun menghilang juga dari pandangannya. Mutia menghela napas dan kemudian kembali merapihkan dagangannya.
****
Semenjak bertemu dengan Mutia, Dito jadi lebih sering senyum-senyum sendiri. Ia merasa kagum dengan Mutia yang berjualan untuk menghidupi dirinya dan kedua anaknya. Kisah hidup Mutia yang sudah ia cari tahu membuatnya merasa tersentuh dan iba. Dito rasanya ingin melamar Mutia dan mengajak wanita itu untuk membina rumah tangga.
"Dito, Mama perhatikan kamu belakangan ini sepertinya bahagia sekali, boleh Mama tahu apakah yang membuat kamu begini?" tanya Luluk sang mama lembut.
"Iya Ma, belakangan ini memang ada hal yang membuatku bahagia, aku bertemu dengan seorang wanita dan aku berpikir bahwa sepertinya aku sudah jatuh cinta padanya."
Mendengar hal itu sontak saja membuat Luluk jadi penasaran dengan seperti apa sosok wanita yang sudah berhasil membuat putra kesayangannya ini jatuh cinta.
"Kalau Mama boleh tahu, seperti apa wanita yang sudah membuat kamu jatuh cinta?"
Maka dengan penuh semangat, Dito menceritakan soal Mutia. Dito dengan semangat menceritakan kisah hidup wanita yang baru beberapa hari ia kenal itu dan ia merasa bahwa pilihannya sudah tepat dan ia ingin sekali melamar Mutia. Luluk nampak terkejut dengan semua ucapan Dito barusan, dirinya tak menyangka bahwa Dito menyukai seorang janda.
"Ma, kok ekspresi Mama jadi berubah setelah aku menceritakan soal dia?"
"Oh, bukan apa-apa. Hanya saja Mama gak menyangka kalau kamu akan tertarik sama janda."
****
Luluk tentu saja tidak setuju dengan apa yang diinginkan oleh Dito untuk menikahi seorang janda apalagi sudah punya dua anak dan usianya jauh lebih tua dari Dito. Luluk tidak langsung mengutarakan rasa tidak setujunya dengan calon pilihan anaknya namun ia memutuskan memberitahu dan memberi pemahaman pada Dito mengenai pandangannya soal Mutia.
"Dito, ada hal yang mau Mama bicarakan sama kamu."
"Ada apa, Ma?"
Luluk duduk di dekat Dito dan kemudian dengan nada lembut dan penuh pengertian maka Luluk menjelaskan bahwa ia tidak setuju dengan Dito yang ingin menikahi seorang janda. Tentu saja Dito sedih bukan main mendengar itu, ia mengatakan bahwa Mutia bukanlah seorang janda yang materialistis.
"Memangnya kamu sudah lama kenal sama dia?"