Kisah cinta mama dan papa cukup membuatku percaya bahwa luka terkadang membawa hal manis, bagaimana mama pergi agar papa baik-baik saja, tanpa mama tahu, papa jauh lebih terluka sepeninggalnya.
Begitu juga dengan Tante Tania dan Appa Joon, tidak ada perpisahan yang baik-baik saja, tidak ada perpisahan yang benar-benar ikhlas. Bedanya mereka berakhir bersama, tidak seperti mama dan papaku yang harus berpisah oleh maut.
kukira kisah mereka sudah cukup untuk aku jadikan pelajaran, tapi tetap saja, aku penerus mereka dan semua ketololannya.
Aku, Davina David.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon timio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Closer
Pada awalnya Rocky biasa saja melihat kelakuan Davina yang menghindarinya terus menerus, padahal ia yakin tidak melakukan kesalahan apapun dan selalu berusaha se ramah mungkin tapi tetap saja Davina menanggapinya secukupnya dan langsung melarikan diri. Lama kelamaan ia juga illfeel sendiri, dan setelah ia perhatikan...
"Dia cantik banget ternyata... ", lirihnya menatap dari kejauhan.
Bersamaan dengan jam kerja yang berakhir, Davina keluar dari rumah sakit pada sore harinya.
"Dokter Davina... ", teriak seseorang dari kejauhan.
"Ah anjir lah.. ".
"Heheh dok, mau balik?".
"Iya, saya mau pulang sekarang. Ada yang bisa saya bantu?".
"Mau pulang bareng?", tanya Rocky lagi dengan girangnya.
"Ini anak paham konsep menjauh tidak sih? Papa pasti udah cerita garis besarnya, tapi kenapa dia ngga peka, jauh jauh aja kan bisa, malah disamperin segala." Batin Davina masih menatap Rocky.
"Dok, kok ngelamun? Saya ganteng ya?", tanya Rocky lagi dengan senyum lebarnya.
"Pin... Pin... "
Seruan di kejauhan yang sangat terdengar indah ditelinga Davina, itu mantan tersayang dan terkampret dan ter the bestnya dan bestienya. Ia langsung menoleh ke sumber suara, ditambah juga ia memang rindu manusia absurd ini.
"Aaaaaaarhhhg... Hansel... Anak setaaan.... ", teriaknya sambil berlari dan langsung menghambur ke gendongan Hansel.
.
.
Rocky pun melongo melihat kelakuan dokter wanita yang kelewat datar itu. Rupanya Davina punya sisi heboh yang seperti itu dan ia merasa di cubit sedikit sudut hatinya melihat adegan itu.
"Itu cowonya ya?".batinnya.
"Astaga kangen banget ya." Ledek Hansel, seketika pelukannya pada Davina spontan terlepas.
Netranya melebar ralat melotot, membulat sempurna melihat siapa yang berdiri dibelakang Davina.
Deg
"Pin... P-pin pin... A-ayo ki-kita ke ge-gereja...
K-kamu diikuti hantunya r-ricky... Aahh... Pin... Pin... Dia gerak. " Hansel sudah pucat pasi.
"Pfftt..." Tawa Davina terlepas sedikit. "AHAHAHAHAHAHA..... ", lalu benar-benar meledak. Diikuti ledakan kecil di hati Rocky melihat tawa indah yang baru pertama kali dilihatnya itu, tawa indah dari seorang wanita yang selalu memandangnya datar.
"Pin... Dia gerak pin... Malah ketawa, itu hantunya di belakang kamu, makin deket lagi", Hansel semakin kalang kabut. Tawa Davina juga semakin menjadi-jadi.
Tap... Telapak tangan Rocky mendarat di pundak Hansel.
"Huaaaa.... Haaaaa... Hantu... Huaaaaaa........Huaaaa... "
.
.
Brugh...
Davina terduduk saking tidak kuatnya lagi menahan tawanya.
"Hansel... Astaga... Huahahahaha... Ahahahha... Ahahhah... ". Sekali lagi ledakan di hati Rocky kian membesar melihat tawa lepas dokter wanita yang sedikit membuatnya penasaran itu dan sepertinya penasarannya tidak sedikit lagi.
"Mas, saya manusia, bukan hantu."
"HAH?!".
"HAHAHAHAHAHA..... "
Yang satu kalang kabut saking takutnya, yang satu merasa lucu luar biasa, yang satu bingung. Hingga akhirnya ketiganya berakhir di sebuah cafe didepan rumah sakit Emery. Hansel tetap tidak percaya dan terus waspada didepan hantu atau manusia yang mirip Ricky itu.
"Mirip banget ya dok?". tanya Rocky.
"Lu beneran manusia?", frontal Hansel.
"Kamu, bukan elu." Koreksi Davina.
"Ngga papa dok, biar akrab."
"Beneran manusia bukan lu? ", Hansel ngotot.
"Astaga Hansel, aku udah ekspek sih bakal kayak gini. Awalnya aku juga gitu, malah lebih parah." Lirih Davina di akhir kalimatnya. Tersungging sedikit senyum di bibir Rocky.
"Namanya Rocky, dokter Rocky, ahli bedah jantung yang baru, dibawah bimbingan papa aku. Ini Hansel, orang yang ikut jadi relawan bareng saya dok dan juga dokter Ricky waktu itu." Davina saling memperkenalkan keduanya.
"Bisa jangan saya saya ngga? Aku kamu aja, kita ngga jauhan kan umurnya." Seru Rocky pada akhirnya.
"Dih.. Sokap banget lu." Frontal Hansel.
Tuk... Davina menepuk punggung tangan Hansel.
"Maaf ya dokter Rocky, maaf buat selama ini. Aku memang menghindar, aku belum terbiasa sama wujud kamu yang sama persis sama dia. Beda di rambut doang. Tapi aku berusaha kok, karena gimana juga kita kerja di tempat yang sama."
"Iya ngga papa."
Hati Rocky menghangat, sepertinya wanita ini memang tidak se kaku kelihatannya. Sekarang ia melihat ada sorot sedih di mata Davina yang selalu tanpa ekspresi itu. Meski awalnya saling ejek dan lempar hujatan, dua pria itu sepertinya cocok, keduanya sama berisik dan narsisnya.
"Ke tempat dokter Claren yuk, ajak nih bocah kayaknya seru ", tawar Hansel.
"Ah ngga. Kamu ngide nya agak manusiawi dikit bisa ngga. Ntar dia kaget tiba-tiba lahiran gimana?".
"Dokter Claren itu siapa lagi?", tanya Rocky tidak tahu apa-apa.
"Jelasin Hans."
"Gini cok... " Bla bla bla bla bla bla... Sekitar lima belas menit Hansel menceritakan siapa itu Claren dan apa hubungannya, dan segala-galanya.
"Rumit bener jir... ", satu seruan gaya bebas keluar dari mulut Rocky yang kelihatan kalem itu.
"Bener kan cok, apa gua bilang. Mau ketemu ngga lu sama dia?."
yang satu cok, yang satu jir
"Ogah ah, ntar gua dikira Ricky beneran terus minta gua nikahin gimana. Ga mau ah gua."
"Dih, pede banget kamu. Tapi ntar aja deh Hans, udah larut juga kan. Dok Rocky, Kamu tinggal dimana?", tanya Davina.
"Di hotel, aku belum ketemu tempat tinggal yang pas."
"Udah hampir dua minggu dok, belum dapet tempat tinggal?".
"Hm, belum... ".
"Aku punya apartemen deket sini, jarang banget aku tinggalin. Itu keliatan kan disana, Sky Palace Tower namanya. Kalau ngga keberatan, kamu mau ngga tinggal disana? Tempatnya lumayan luas, fasilitasnya udah dilengkapin papa, paling tinggal kita isi barang dikit. Mau liat dulu?", tawar Davina.
"Ngga ngerepotin? " Tanya Rocky basa basi.
"Halah.. Basi bener lu. Gas aja hayo, kita selametan pindahan langsung sekarang. Pake mobil gua aja." Cetus Hansel dan begitulah mereka bertiga pergi ke tempat yang disarankan Davina.
"Agak berdebu dikit ngga papa ya, kan ngga ada yang nempatin."
"Iya ngga papa dok, eh Vin."
🍁🍁
"Ini anak sekalinya dateng masalah aku selesai semua. Plong aja, berguna bener ini makhluk hidup sekarang." batin Davina melihat Hansel dan Rocky sibuk sekali dengan troli belanjaan. Malam itu juga Rocky pindah ke apartemen Davina. Mereka bertiga berbelanja melengkapi kebutuhan Rocky di rumah baru. Dan hatinya terasa lebih nyaman sekarang.
.
.
Bryan tersenyum sepertinya anaknya mulai berdamai dengan dirinya sendiri.
🍁🍁
Sejak hari itu keadaan membaik di Emery Hospital, tidak ada lagi Davina spek kucing introvert yang menghindari area atau pekerjaan tertentu. Ia menjadi seperti sedia kala, bahkan ia mulai dekat dengan Rocky, hampir seperti Hansel. Dan pria itu juga berkunjung sesekali ke apartemen Davina yang dihuni Rocky, ajaibnya keduanya malah berteman dekat dengan Davina di antara mereka.
Bulan pun berganti lagi, tepatnya bulan ke tiga kembalinya ia ke Emery dan tidak pernah sekalipun melihat, mendengar atau pun tahu menahu tentang kabarnya Kai. Sesekali ia juga teringat tapi apa boleh buat, dan untuk apa juga ia harus mengingat-ingat.
Luka tidak boleh dikenang kan? Seindah apapun kalau di akhir menyakitkan sebaiknya dilupakan sesegera mungkin, begitu kan? Meski sugesti itu sama sekali tidak berhasil untuknya, ia tetap berusaha. Bayangan pria jangkung tampan itu masih memenuhi relung hatinya, tidak semua tentang Kau buruk tapi yang buruknya keterlaluan sekali, belum lagi ia teringat wajah Nadine.
"Aoh.. ".
"Kenapa kamu?". Seru Rocky yang terkejut karena tiba-tiba saja Davina mendengus padahal mereka sedang anteng-antengnya makan siang bersama.
"Hah? Ahh teringat aja sama pasien aku."
"Oh... Jalan bareng yuk, besok. Itupun kalau kamu libur. "
"Aku free sore harinya, paginya aku ada operasi."
"Deal."
"Mau kemana?".
"Jalan aja, stok kemeja aku udah agak usang, mau nemenin kan?".
"Boleh, traktir ice cream ya." Goda Davina dengan senyum lebarnya.
"Boleh cantik... ", balas Rocky sambil mengedipkan satu matanya.
Deg
"Woah... Lama-lama aku beneran ngerasa bareng mendiang deh, jangankan badan sama muka, flirtynya juga sama." Keluh Davina menatap Rocky.
"Bukan urusan saya mba, saya diciptain begini, dan saya ngga kenal mendiang itu." jawab Rocky santai masih melayangkan senyumnya yang membentuk dimple indah di pipinya.
🍁🍁
Tidak ada yang terlalu istimewa acara jalan dadakan dengan dalih nyari kemeja itu, padahal ia hanya ingin jalan berdua saja dengan wanita yang saat ini lebih hangat dan luwes dari pada awal-awal dulu. Berkali Rocky menatap ke bawah melihat tangan Davina berayun ke kiri dan kanan ketika ia berjalan, ingin sekali Rocky meraih tangan itu agar diam di tempatnya, tapi kesannya nanti dirinya keterlaluan kan?
Ia menahan diri untuk melakukannya, lagi pula ia sadar dirinya hanyalah Rocky, yang mirip sahabat Davina dulu. Tapi lama kelamaan ia agak kesal jika Davina berdekatan dengan pria lain, dan ia mulai sedikit takut kehilangan.
"Vina... Would you be mine?"
.
.
.
TBC... 🍁