Karya ini hanya fiksi bukan nyata. Tidak terkait dengan siapa dan apapun.
Elyra Celeste Vesellier, putri bungsu dari Kerajaan Eryndor. Lahir di tengah keretakan hubungan orang tuanya, ia selalu merasa seperti bayangan yang terabaikan.
Suatu hari, pernikahan nya dengan Pangeran dari kerajaan jauh yang miskin ditentukan. Pukulan terbesarnya saat dia mengetahui siapa gadis yang ada dihati suaminya. Namun, Elyra pantang menyerah. Dia akan membuktikan jika dialah yang pantas menjadi Ratu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rose Solace, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 32
Lyra terbangun dengan kepala yang sedikit berdenyut. Udara di sekitarnya terasa dingin dan lembap. Aroma kayu tua serta sedikit asap samar tercium di udara.
Ia membuka matanya perlahan, membiarkan penglihatan nya menyesuaikan cahaya remang yang berasal dari obor di dinding. Seketika, ia menyadari dirinya berada di sebuah ruangan batu yang asing, jauh dari kemewahan istana.
Tangan nya tidak diikat, tetapi pintu kayu besar di hadapan nya tertutup rapat dengan jeruji besi yang kokoh. Ia mendengar suara langkah kaki di luar, menandakan bahwa ia tidak sendirian.
Lyra tidak panik. Ia tahu bahwa kehilangan ketenangan hanya akan memperburuk keadaan. Sebaliknya, ia mulai memperhatikan setiap detail di ruangan itu.
Bentuk dindingnya, kelembapan udara, dan suara gemericik air di kejauhan. Itu berarti ia berada di tempat yang dekat dengan sumber air, mungkin gua atau penjara bawah tanah.
Ia mencoba mengingat kejadian terakhir sebelum pingsan. Ia menghadiri perjamuan kerajaan ketika tiba-tiba merasa pusing. Kemudian bayangan terakhirnya adalah wajah Sierra.
Lyra mengepalkan tangan nya. Dia yakin, pasti Sierra melakukan sesuatu padanya.
Lyra mengedarkan pandangan nya kembali. Seseorang pasti menginginkan sesuatu darinya, karena jika mereka ingin memb*nuhnya, mereka sudah melakukan nya sejak tadi.
Tak lama, suara derit pintu terbuka menarik perhatian nya. Seorang pria bertubuh tinggi, berjubah gelap, melangkah masuk dengan langkah tenang. Matanya tajam, menatap Lyra seakan menilainya.
...****************...
"Anda sudah sadar, Yang Mulia", ujarnya, suaranya rendah dan penuh perhitungan.
Lyra tidak langsung menjawab. Ia hanya duduk dengan tenang. Punggungnya tegak, memperlihatkan ketenangan yang luar biasa untuk seseorang dalam posisinya.
"Siapa kamu?", tanya Lyra akhirnya, nada suaranya datar tanpa ketakutan.
Pria itu tersenyum kecil, seolah menikmati sikapnya yang tidak biasa.
"Siapa saya itu tidak penting. Yang perlu anda tahu, saya ingin menggulingkan Raja dan Putra Mahkota... suami anda, Putra Mahkota Cedric", pria itu menyeringai.
Lyra menatap pria itu dalam diam, membiarkan kata-katanya menggantung di udara.
"Anda memiliki sesuatu yang berharga", lanjutnya, "bayi yang ada di perut anda, seorang pewaris tahta. Jika saya memiliki kalian berdua, maka saya memiliki alat tawar-menawar yang kuat".
Bukan nya ketakutan atau marah, Lyra malah tersenyum tipis. Itu cukup untuk membuat pria itu mengernyit.
"Kamu berpikir aku hanya pion yang bisa kamu manfaatkan?", tanya Lyra tenang.
"Kamu salah besar", Lyra menatap pria itu tak kalah tajam.
Pria itu menaikkan alis, tertarik mendengar perkataan Lyra.
Lyra melanjutkan, "aku bukan wanita lemah, dan... aku adalah Tuan Putri Kerajaan Eryndor. Eryndor tidak akan pernah tunduk pada Kerajaan kecil seperti Eldrath".
Pria itu menyipitkan matanya, "jadi anda bersedia bekerja sama dengan saya?.
Lyra tersenyum kecil, lalu berdiri dengan anggun.
"Katakan saja aku ingin mendengar tawaranmu. Namun, jika kamu berpikir aku akan begitu mudah dipermainkan, aku akan membuatmu menyesal".
Lyra melangkah perlahan, mendekati meja kecil di ruangan itu. Tangan nya mengambil cangkir kosong di sana, lalu memutar-mutar cangkir itu dengan santai.
"Aku ingin bukti bahwa kamu bukan hanya seorang pemberontak b*doh yang bermimpi besar", kata Lyra, "jika aku benar-benar mempertimbangkan ini, aku butuh sesuatu yang lebih dari sekadar kata-kata".
Pria itu mengamati Lyra dengan tatapan penuh pertimbangan. Ia tidak menyangka Putri ini akan begitu tenang dan penuh perhitungan dalam situasi seperti ini.
Pria ini kembali meragukan rumor yang terdengar di luar sana. Mengenai Tuan Putri lemah yang hanya bisa diam setiap saat.
"Menarik", ucap pria itu, "saya akan memberi anda bukti. Tapi jika anda mengkhianati saya, maka anda dan bayi anda tidak akan pernah keluar dari sini".
Lyra tersenyum tipis, "jika kamu mencoba menyakitiku, kamu akan kehilangan alat tawar-menawar terbesarmu".
...****************...
Setelah pria itu pergi, Lyra menarik napas dalam. Dia terduduk dengan lemas. Tangan nya bergetar hebat. Sejujurnya dia merasa ketakutan.
Lyra tahu bahwa ini adalah permainan yang berbahaya, tetapi ia tidak punya pilihan lain. Jika ia hanya menunggu untuk diselamatkan, maka ia akan kehilangan kendali.
Ia mulai mengamati sekelilingnya lagi, mencari celah untuk melarikan diri. Jika pria itu berniat memberikan bukti kepadanya, itu berarti ia akan memiliki akses ke informasi yang bisa ia manfaatkan. Sekarang, ia hanya perlu menunggu kesempatan yang tepat.
...****************...