Hidup dalam takdir yang sulit membuat Meta menyimpan tiga rahasia besar terhadap dunia. Rasa sakit yang ia terima sejak lahir ke dunia membuatnya sekokoh baja. Perlakuan tidak adil dunia padanya, diterima Meta dengan sukarela. Kehilangan sosok yang ia harap mampu melindunginya, membuat hati Meta kian mati rasa.
Berbagai upaya telah Meta lakukan untuk bertahan. Dia menahan diri untuk tak lagi jatuh cinta. Ia juga menahan hatinya untuk tidak menjerit dan terbunuh sia-sia. Namun kehadiran Aksel merubah segalanya. Merubah pandangan Meta terhadap semesta dan seisinya.
Jika sudah dibuat terlena, apakah Meta bisa bertahan dalam dunianya, atau justru membiarkan Aksel masuk lebih jauh untuk membuatnya bernyawa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hytrrahmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21. Di Antara Mereka (a)
Hal yang Meta takutkan pun mulai menampakkan diri satu per satu, dan semua kekacauan itu berasal dari Aksel. Cowok yang katanya diskorsing tiga hari yang lalu, dan hari ini menambah waktu libur lagi mengingat bangkunya yang kosong sejak pagi. Bahkan sampai bel istirahat berbunyi. Perihal Aksel, Meta sudah tidak mau pusing, ia menganggap semua urusannya dengan cowok itu sudah selesai.
Saat ini yang menjadi fokus Meta adalah statusnya yang mulai terendus oleh siswa-siswi di sekolah, Meta tidak ingin hal yang menimpa Rega dulu ikut dialami olehnya. Meta tak dapat membayangkannya, hingga tak sanggup menjawab pertanyaan Renata pagi tadi. Sekarang malah ditagih, selepas batagor kuah yang mereka pesan sampai.
"Ta, kami sahabat lo, kami nggak akan menyulitkan lo dengan fakta yang akan kami terima dari lo. Please, Ta, jangan berjuang sendirian."
Itu suara Renata, merdu dan menenangkan, cewek itu duduk berhadapan dengan Meta. Menatap wajah tak bersemangat Meta lewat tatapan sedih yang dipancarkan matanya.
Melihat reaksi Meta yang keberatan untuk menjawab pertanyaan Renata, Kayla mengalihkan tatapannya pada mangkuk batagor. "Kalau nggak mau jawab, nggak usah dijawab," ujarnya sambil menyeruput kuah batagor dengan santai.
"Kalian semua lebih baik nggak usah temenan sama gue. Nanti ikutan kotor."
Mendengar perkataan Meta, Wulan menjadi kesal, langsung memberi Meta tatapan penolakan. "Mau bagaimanapun masa lalu lo, kalau saat temenan sama gue lo baik, lo akan tetap jadi temen gue, Ta!" serunya.
Renata mengangguk setuju di samping Wulan. "Gue nggak percaya rumor itu, gue cuma mau memastikan omongan sampah mereka itu salah, Ta. Gue nggak mau lo ngelawan mereka sendirian!"
"Lo kenapa, sih, ngomong kayak gitu? Rumornya beneran, ya?" Wulan mendapat senggolan kecil dari Renata, cewek itu memberi kode yang tidak Wulan mengerti. "Apa, sih? Pertanyaan gue salah?"
Kayla berdecak kesal setelah lama diam menikmati batagornya.
"Mulut lo mau gue masukin petasan, Lan?"
"Ih, enggak maulah, Kay! Nanti kalian kehilangan sahabat secantik secantik gue!"
Kayla langsung memasang ekspresi jijik melihat tingkah Wulan yang sepertinya sedang bahagia. Ya, hari-harinya mulai bahagia setelah berhasil meresmikan hubungannya dengan Benneth Hastanta. Anak orang kaya yang merupakan mantan anggota Destroyer.
"Lo pasti inget kejadian yang menimpa Bang Rega, kan, Ta? Gue cukup bisa diandalkan kalau lo butuh bantuan nanti."
"Masalahnya, gue lebih menjijikkan dari apa yang lo pikirin sekarang, Renata. Gue nggak pantas di antara orang-orang bermartabat kayak kalian."
"Bermartabat? Kayak gue, Ta, maksud lo?" sindir Wulan. "Lahir dari keluarga yang seperti itu juga bukan keinginan kita kali, Ta. Nggak ada yang sempurna selain kata sempurna itu sendiri."
Kayla mencibir. "Tumben lo waras," sambutnya.
"Ah, rese lo, Kayla! Nanti gue ngadu ke Nauval biar lo nggak ngeledek gue terus," ancam Wulan.
"Coba aja, nanti lo nggak bisa ketemu sama Bens lagi karena mati keracunan!"
Wulan bergidik mendengar perkataan Kayla. "Serem banget, lo ternyata lebih sadis dari Meta! Gila aja gue mati muda," decaknya.
"Kalian berdua berisik banget, sih, dari tadi! Gue mau ngomong serius sama Meta!" kesal Renata, jengah dengan drama Kayla dan Wulan disaat ia ingin membahas hal penting dengan Meta.
Renata langsung memasang wajah memelas, menatap Kayla dan Wulan bergantian. Untungnya dua sahabatnya itu tidak membentak balik, malah langsung bungkam dan menunduk patuh. Padahal niat Kayla hanya ingin meringankan situasi, jangan sampai desakan Renata membuat Meta tertekan.
Tanpa berbasa-basi lagi, Renata menatap Meta yang merasa tidak enak hati. "Jadi gimana, Ta? Lo masih belum mau jujur sama kami?" berangnya.
"Gue memang bukan anak kandung orang tua gue yang sekarang, cukup itu yang kalian tahu. Gue nggak suka kalian keras kepala kayak Aksel!"
"Oke! Tapi lo harus menerima bantuan dari kami tanpa penolakan. Gimana?"