MUSUH Tapi MENITIPKAN BENIH

“Benarkah?!” Jordy berharap apa yang ia dengar adalah kenyataan dan ia tak sedang bermimpi.

Jordy yang bisa keluar dari tahanan pihak kepolisian dengan jaminan akan mengikuti semua prosedur dan tak pergi meninggalkan kota, merasa mendapat angin segar ketika mendengar ucapan Bram.

“Benar, Tuan. Ada seseorang yang menghubungi dan ingin menanamkan modal besar di Perusahaan ini,” kata Bram.

“Seberapa besar?” tanya Jordy.

“Besar sekali. Modal tersebut bisa anda gunakan untuk menutupi kerugian perusahaan yang terdahulu dan bahkan bisa membuat perusahaan berjalan normal selama setahun ke depan,” jawab Bram.

Tergiur dengan penawaran tersebut, Jordy pun tak segan-segan menerima.

“Tapi Tuan, ada sesuatu yang ia inginkan.”

“Apa yang ia minta? Aku pasti akan memberikannya,” kata Jordy tanpa berpikir lagi karena sudah membayangkan berapa banyak modal yang akan digelontorkan untuk perusahaannya.

“Pernikahan. Ia mau menikah dengan putri anda.”

“Putriku?” Jordy langsung membayangkan Diora. Putrinya itu pasti akan sangat nyaman dan terjamin hidupnya jika menikah dengan orang kaya.

“Ya, Tuan. Ia ingin menikah dengan putri anda. Tapi ada satu hal yang perlu anda ketahui, investor kita adalah seorang pria lumpuh yang duduk di atas kursi roda,” kata Bram.

Degggg

Jordy terdiam. Mana mungkin ia akan membiarkan putrinya menikah dengan seorang pria lumpuh, meskipun pria itu kaya. Selain itu, Diora pasti akan menolak secara terang-terangan. Bagaimana ini? Jordy mulai berpikir namun ia belum mendapatkan jalan keluar. Akhirnya ia pun memutuskan untuk pulang.

**

“Tidak!!” Devi langsung menentang keinginan Jordy. Ia tak akan membiarkan putrinya menikah dengan seorang pria lumpuh.

“Aku juga tak menginginkan hal ini, tapi itu satu-satunya jalan agar perusahaan bisa diselamatkan dan kita tak hidup terlunta-lunta di jalan,” ujar Jordy.

“Aku bilang tidak tetap tidak! Bagaimana bisa kamu membiarkan Diora hidup menderita dengan seorang pria lumpuh? Tidak!!” kata Devi.

Tiba-tiba sebuah ide kembali muncul di kepalanya, membuat ia tersenyum karena berhasil mendapatkan jalan keluar.

“Berikan saja anak pembawa siall itu padanya. Ia tak mengatakan bahwa harus Diora kan?”

“Jessica?” tanya Jordy.

“Ya! Siapa lagi di rumah ini yang membawa siall? Jika kita berhasil menikahkan dirinya dengan pria lumpuh itu, tentu perusahaan akan selamat dan Diora pun tak akan perlu menderita. Selain itu, kita akan terbebas dari kesiallan yang dibuat oleh gadis itu,”

Jordy pun terdiam kemudian ikut tersenyum, “kamu memang luar biasa, sayang. Terima kasih telah membantuku mendapatkan jalan keluar. Cuppp.”

Jordy langsung mengecup kening Devi. Ia langsung menghubungi Bram agar mengatur pertemuannya. Ia setuju dengan syarat yang diberikan oleh pria yang akan menjadi investornya itu. Jessica juga putrinya, meskipun bukan anak yang ia harapkan.

**

“Ia telah menyetujuinya, Tuan,” kata Jimmy, “ia juga meminta pertemuan dengan anda.”

Axel tersenyum tipis dan sinis saat mengetahui bahwa sebentar lagi ia akan membuat Jessica membayar semuanya.

“Kamu saja yang pergi, Jim. Tapi aku ingin kamu pastikan bahwa Tuan Jordy memberikan Jessica.”

“Aku yakin ia akan memberikan Nona Jessica, Tuan. Tak mungkin ia akan memberikan Nona Diora untuk anda nikahi.”

“Baiklah kalau begitu, lakukan semua sesuai rencana. Dan ingat! Jangan sampai kedua orang tuaku mengetahuinya!” Axel tak ingin kedua orang tuanya sampai tahu dan menghalanginya. Baginya kini, tujuan hidup hanyalah membalaskan dendam.

Jimmy pun segera keluar dari ruangan Axel. Rencananya sore ini ia akan menemui Tuan Jordy Adams dan membicarakan rencana pernikahan.

Eric tak mengetahui rencana Axel karena pria itu tengah disibukkan dengan beberapa rencana perjalanan bisnis Axel yang harus ia atur jadwalnya sedemikian rupa.

Sore harinya,

“Selamat sore, Tuan Jordy,” Jimmy bersalaman dengan Jordy di dalam ruang kerja pria paruh baya itu, di Kediaman Keluarga Adams.

“Selamat sore, Tuan Jimmy,” sapa Jordy. Pria itu melihat penampilan Jimmy dari atas ke bawah. Pria yang ternyata asisten pria lumpuh yang akan menjadi investornya itu terlihat begitu tampan dan gagah.

Ia terlihat lebih menjanjikan daripada pria lumpuh bukan? - batin Jordy.

Mereka pun duduk bersama dan mulai membicarakan kesepakatan.

“Kalau anda setuju dengan kesepakatan kita, maka saya akan langsung membawa putri anda. Dari sini, hubungan anda dan putri anda terputus karena kami tak membiarkan anda bertemu lagi dengannya, bahkan saat pernikahan nanti anda tak diizinkan untuk datang,” kata Jimmy.

“Tak masalah bagiku,” kata Jordy. Ia memang tak akan peduli lagi dengan apa yang terjadi pada Jessica. Setidaknya ia bisa mendapat keuntungan besar setelah merawat gadis itu sejak kecil, meskipun Jessica memang putri kandungnya juga.

“Kalau begitu, saya ingin bertemu dengan putri anda dan langsung membawanya saat ini juga.”

“Tapi bagaimana kalau anda berbohong dan kabur setelah membawa putri saya?” tanya Jordy yang tak ingin ditipu.

Jimmy mengeluarkan sebuah map di mana di dalamnya terdapat surat perjanjian antara keduanya. Tentu saja nama Axel disamarkan agar Jordy tak mengetahuinya dan menghancurkan nama Axel ke depannya.

“Setelah anda menandatangani perjanjian ini, maka dana akan langsung ditransfer ke rekening anda. Tapi sebelumnya saya ingin bertemu dengan putri anda untuk memastikan.”

Jordy mengangkat telepon dan meminta seseorang membawa Jessica ke ruang kerjanya. Tak lama pintu ruang kerja terbuka, sosok seorang wanita masuk ke dalam.

“Daddy memanggilku?” tanya Jessica yang sebenarnya sangat senang karena Jordy memanggil dirinya. Ia senang jika sang Daddy memperhatikannya.

“Kemari,” perintah Jordy.

Tanpa ragu Jessica berjalan mendekat. Ia melihat ada sosok pria yang duduk persis di hadapan Jordy. Jessica tersenyum saat melangkah mendekat. Namun senyum itu langsung menghilang ketika melihat sosok pria yang ada di hadapan Dad Jordy.

Apa yang dilakukannya di sini? - batin Jessica. Meskipun telah lewat enam tahun, tapi Jessica masih ingat dengan jelas sosok pria yang selalu ada di samping seorang pria yang menjebloskannya ke dalam penjara.

“Dia adalah putriku, Jessica Adams. Bagaimana?” tanya Jordy.

“Silakan tanda tangani ini, Tuan,” kata Jimmy.

Dengan cepat Jordy menandatangani surat kesepakatan mereka, bahkan tidak membacanya lagi. Yang terpenting baginya hanya uang, uang, dan uang.

Setelah itu, Jimmy pun menghubungi seseorang dengan mengetikkan sesuatu di ponselnya. Tak lama, ponsel Jordy berbunyi dan senyum langsung menghiasi wajahnya.

“Jessica! Ikutlah dengannya. Mulai saat ini kamu bukan putriku lagi.”

🌹🌹🌹