Season dua dari novel "AKU KAH ANTAGONISNYA"
tentang perjalanan cinta Beatrice dan Sankara setelah menikah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chykara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32 Penjara bawah Tanah
Arthur dan Sankara berjalan menyusuri tangga sempit yang licin dan penuh lumut, udara terasa lembab,dan semakin lembab dengan semakin turun nya langkah kaki mereka menuju ujung tangga melingkar tersebut.
Mereka akhir nya sampai di ujung tangga melingkar ruangan tersebut cukup luas dengan banyak ruang ruang kecil di balik jeruji.
Cahaya temaram dari obor di dinding menjadi Satu satu nya sumber penerangan di sana.
Arthur meneruskan langkah menuju sebuah ruang dan berdiri di balik jeruji sebuah ruangan. Tatapan nya tajam menyorot seorang wanita yang duduk mengkerut di sudut ruangan dengan tubuh bergetar ketakutan.
"Apa kau sudah siap membuka suara?" suara Arthur terdengar kasar dan dingin, seakan udara dingin di dalam ruangan tersebut belum cukup dan semakin dingin dengan ucapan nya yang membekukan.
Tubuh gadis dengan pakaian pelayan tersebut semakin mengkerut ketakutan, tapi entah kenapa dia seperti tidak berniat membuka suara. Dia hanya menatap Arthur dengan mata penuh air mata.
"Jawab" sentak Arthur dan membuat gadis itu terperanjat.
"Yang mulia, tenang" ucap Sankara sambil mengusap lembut bahu Arthur untuk memberi nya sedikit ketenangan.
"Bagaimana bisa saya tenang di kondisi seperti ini, di saat anak dan istri saya kedua nya berada dalam bahaya." ucap Arthur dengan suara serak dan kering bercampur emosi penuh kemarahan.
"Karena itu lah yang mulia, anda harus waras dalam kondisi seperti ini, anda harus berfikir dengan tenang, menelaah segala kemungkinan yang ada untuk mencari orang orang yang mungkin terlibat dalam hal ini" ucap Sankara.
Arthur menghela nafas panjang berharap bisa menetralisir dan mendinginkan hati nya yang panas membara.
Dia sedikit mundur ke belakang dan duduk di sebuah kursi batu di sana yang terasa lembab.
"Izinkan saya mencoba yang mulia" ucap Sankara
"Silahkan..." ucap Putra mahkota sambil mengangguk kan kepala nya pada Sankara.
Sankara berjalan mendekati jeruji besi penuh karat kemerahan tersebut dan berjongkok untuk menyamakan tinggi tubuh nya dengan pelayan tersebut yang meringkuk di sudut ruangan satu setengah kali dua meter tersebut.
"Saya adalah orang yang kejam, akibat kelakuan mu pada yang mulia Putri mahkota, istri kesayangan saya meneteskan air mata, padahal saya sudah berjanji pada marquis Winfrey Tidak akan membiarkan air mata mencapai pipi putri kesayangan nya, Tapi apa, gara gara melihat kondisi kakak nya istri saya banjir air mata, jika kamu tidak ingin berkenalan dengan kekejaman saya, mungkin sekarang waktu yang tepat untuk membuka mulut," ucap Sankara
Gadis itu masih diam membisu dan menangis sesenggukan.
"Katakan siaga dalang nya, siapa saja yang terlibat dalam rencana ini dan apa ada bantuan dari pihak intern istana, cepat di jawab sebelum kesabaran saya habis" ucap Sankara
"Ampuni saya yang mulia, ampuni saya, silahkan bunuh saya, saya tidak apa apa, jika saya membuka mulut sekarang tidak cukup di tebus hanya dengan nyawa saya seorang," lirih ucapan gadis itu pada Sankara
"Yang mulia Archduke, jika saya bicara ayah ibu dan kedua adik saya yang saat ini di tangan bangsawan itu akan berakhir, Mereka berempat akan di habisi, dari pada yang meninggal empat orang lebih baik hanya saya seorang saja yang mati, lagi pula sejak awal saya tau perbuatan saya ini adalah hukuman mati untuk saya" ucap gadis itu di sela sedu sedan nya.
***