Ziel, seorang CEO muda yang tegas dan dingin, memutuskan pertunangannya setelah menemukan bukti perselingkuhan Nika. Namun, Nika menolak menerima kenyataan dan dengan cara licik, ia menjerat Ziel dalam perangkapnya. Ziel berhasil melarikan diri, tetapi dalam perjalanan, efek obat yang diberikan Nika mulai bekerja, membuatnya kehilangan fokus dan menabrak pohon.
Di tengah malam yang kelam, Mandara, seorang gadis sederhana, menemukan Ziel dalam kondisi setengah sadar. Namun, momen yang seharusnya menjadi pertolongan berubah menjadi tragedi yang mengubah hidup Dara selamanya. Beberapa bulan kemudian, mereka bertemu kembali di kota, tetapi Ziel tidak mengenalinya.
Terikat oleh rahasia masa lalu, Dara yang kini mengandung anak Ziel terjebak dalam dilema. Haruskah ia menuntut tanggung jawab, atau tetap menyembunyikan kebenaran dari pria yang tak lagi mengingatnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21. Ide Gila yang Muncul
Beberapa menit kemudian, Ziel sudah duduk di meja makan bersama Elin dan Zion. Makanan telah tersaji, dan aroma masakan rumah membuat suasana menjadi nyaman.
Elin memandangi putranya dengan penuh perhatian. "Sepertinya kamu merasa senang bekerja di luar kota kali ini. Kamu terlihat lebih segar. Tidak pucat seperti beberapa hari terakhir," katanya sambil meletakkan sup di piring Ziel.
Ziel mengambil sendoknya, mencoba menjawab santai. "Mungkin karena tidak hanya duduk bekerja di dalam ruangan saja, Ma."
Zion, yang duduk di ujung meja, menatap Ziel dengan pandangan tajam. Ia tidak berkata apa-apa, tetapi jelas ia mengamati putranya lebih dari biasanya.
Ziel mulai makan, tetapi setiap suapan terasa berat. Perasaan mual itu kembali muncul, seperti yang sudah ia duga. Ia berusaha menutupi rasa tidak nyamannya dengan makan lebih cepat dari biasanya.
"Mama perhatikan, kamu makan sangat sedikit, Ziel," kata Elin sambil menatapnya curiga.
Ziel segera menjawab, "Sebenarnya tadi sore aku sempat mampir ke restoran untuk makan, Ma."
Elin terdiam, meski tampak sedikit tidak puas dengan alasan Ziel. Zion tetap diam, tetapi kini ada kerutan kecil di dahinya. Matanya menyipit seolah mencoba memahami sesuatu yang tersembunyi di balik perilaku putranya.
Ziel mendorong kursinya ke belakang dan berdiri. "Permisi, Ma, Pa. Aku mau istirahat. Perjalanan hari ini cukup melelahkan."
Zion hanya mengangguk kecil tanpa berkata apa-apa, sedangkan Elin menghela napas. "Baiklah, tapi besok makan lebih banyak, ya."
Ziel tidak menjawab dan segera menuju kamarnya.
Di Kamar Ziel
Begitu pintu kamarnya tertutup, Ziel berlari ke kamar mandi. Perutnya tidak lagi bisa menahan. Semua makanan yang baru saja ia makan keluar begitu saja.
Ia menunduk di wastafel, wajahnya pucat, keringat dingin membasahi pelipisnya. "Sial," gumamnya dengan napas terengah. "Kenapa begini lagi? Seharian ini aku baik-baik saja. Apa ini benar-benar hanya karena Dara?"
Ziel menatap pantulan dirinya di cermin, matanya memancarkan kelelahan bercampur frustrasi. Ia membasuh wajahnya dengan air dingin, mencoba menenangkan diri.
Sementara itu, di ruang makan, Zion menatap ke arah pintu kamar Ziel yang sudah tertutup rapat. "Apa dia benar-benar baik-baik saja?" tanyanya pelan, lebih kepada dirinya sendiri.
Elin memandangi suaminya. "Ziel hanya lelah. Aku yakin dia akan baik-baik saja. Jangan terlalu khawatir." Elin terdengar meyakinkan Zion, namun nyatanya ia sendiri tidak merasa yakin dengan apa yang ia katakan barusan.
Zion sendiri juga tidak yakin. Ada sesuatu yang tidak beres, dan sebagai ayah, ia bisa merasakannya.
Di Kamar Ziel
Ziel membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Napasnya terdengar berat ketika ia menatap kosong ke langit-langit kamar, pikirannya dipenuhi oleh kekesalan dan kebingungan. Ia menghela napas kasar, lalu menutup matanya sejenak, mencoba menenangkan pikirannya.
Namun, bukannya menemukan ketenangan, pikirannya justru berputar-putar pada satu hal : bagaimana ia bisa menghindari makan malam bersama orang tuanya?
"Selama ini aku sudah berhasil menghindari sarapan dengan alasan makan di kantor," pikirnya. Tentu saja, itu pun dengan siasat tambahan. Karena Elin, ibunya, sering khawatir ia tidak benar-benar makan di kantor, Ziel sengaja meminta dibuatkan bekal. Dengan begitu, ibunya merasa tenang, dan Ziel bisa menyimpan makanan itu tanpa memakannya, memberikannya pada Pak Jojo.
Tapi makan malam? Itu masalah lain. Bagaimana mungkin ia terus menghindar tanpa alasan yang jelas? Ia tahu ibunya tidak akan membiarkan hal itu begitu saja, apalagi dengan ayahnya yang diam-diam selalu memerhatikan gerak-geriknya.
Ziel memijat pelipisnya, merasa frustrasi. "Kenapa hanya Dara yang bisa membuatku normal?" gumamnya dalam hati. Dara. Lagi-lagi Dara. Wanita itu entah bagaimana menjadi semacam "obat" untuk kondisinya yang aneh ini.
Berada di dekat Dara membuatnya bisa makan tanpa rasa mual, bahkan merasa lebih segar. Tapi apa artinya itu? Ziel mengerutkan kening, mencoba mencari penjelasan logis. Mungkin hanya kebetulan. Atau mungkin...
Tiba-tiba sebuah ide gila terlintas di kepalanya. Ziel membuka matanya dan menatap langit-langit kamar dengan tatapan tajam.
"Bagaimana kalau aku tinggal di apartemen dekat kantor? Dan... memaksa Dara tinggal bersamaku?"
Pikiran itu membuat Ziel terduduk di ranjang. Rasanya gila, bahkan bagi dirinya sendiri. Tapi semakin ia memikirkannya, semakin masuk akal ide itu. Jika Dara selalu ada di dekatnya, ia bisa makan normal, bekerja lebih produktif, dan tidak perlu berpura-pura di depan keluarganya.
"Tinggal di apartemen itu masuk akal," gumam Ziel pelan, seolah mencoba meyakinkan dirinya sendiri. "Tapi Dara? Bagaimana caranya aku membujuk dia?"
Ziel mulai memutar otak, mencari cara agar Dara setuju. Ia tahu Dara bukan tipe orang yang bisa dipaksa begitu saja. Wanita itu keras kepala, dan jika merasa terpojok, ia akan memberontak. Ziel harus menemukan alasan yang kuat, sesuatu yang masuk akal dan tidak membuat Dara curiga.
"Kalau aku bilang ini untuk kepentingan pekerjaan?" Ziel berpikir keras. "Aku bisa bilang kami perlu bekerja lebih intensif untuk proyek besar. Dengan tinggal di tempat yang sama, koordinasi jadi lebih mudah."
Senyum kecil terukir di wajahnya. Ide itu terdengar cukup masuk akal. Dara mungkin akan mengeluh atau bercanda seperti biasa, tetapi ia tidak akan punya alasan untuk menolak.
Namun, ada satu hal yang membuat Ziel ragu. "Apakah aku benar-benar ingin Dara tinggal bersamaku hanya karena soal penyakit aneh ini? Atau ada alasan lain yang bahkan aku sendiri belum siap mengakuinya?"
Ziel menggelengkan kepalanya, mencoba menyingkirkan pikiran itu. "Ini hanya soal kesehatan dan produktivitas," gumamnya meyakinkan diri.
Dengan keputusan itu, Ziel mengambil ponselnya dan mulai mencari apartemen yang sesuai. Dalam hati, ia bertekad bahwa apa pun yang terjadi, Dara harus setuju. Tidak peduli bagaimana caranya.
***
Pagi itu, seperti biasa, Dara sudah sibuk bekerja sambil mengunyah makanan di mejanya. Fokusnya penuh pada layar laptop, tapi tangannya tetap sigap menyuapkan makanan ke mulut.
Ziel, yang duduk di kursinya, perlahan memutar posisi kursinya menghadap Dara. Wajahnya serius, tapi kali ini ada sedikit kesan santai yang jarang terlihat.
"Dara," panggil Ziel dengan nada datar namun tegas.
Dara langsung menoleh, mengangkat alis sambil menelan makanan yang ada di mulutnya. "Iya, Pak Bos?"
Ziel menyandarkan sebelah tangannya di atas meja, lalu menatap Dara. "Saya mau bicara soal sesuatu yang penting," katanya dengan nada yang lebih serius dari biasanya.
Dara langsung mengernyit. “Penting? Apa saya ada kesalahan, Pak Bos? Saya rasa laporan sudah selesai semua kemarin, deh.”
“Bukan soal laporan,” jawab Ziel cepat. Ia menarik napas sejenak, lalu menatap Dara tajam. “Mulai lusa, kamu akan tinggal di apartemen yang sudah saya siapkan.”
Dara melongo. “Hah? Apartemen? Untuk apa, Bos? Saya 'kan sudah punya kontrakan.”
Ziel menyandarkan punggungnya ke kursi. "Ini bukan soal nyaman atau nggaknya tinggal di kontrakan. Ini soal pekerjaan. Proyek besar kita membutuhkan koordinasi lebih cepat dan efisien. Kalau kamu tinggal di apartemen yang dekat kantor, kita bisa lebih mudah membahas sesuatu kapan pun dibutuhkan."
Dara mengerutkan keningnya. "Tunggu! Tunggu! Kita bisa lebih mudah membahas sesuatu kapan pun dibutuhkan? Maksud Pak Bos... kita tinggal bersama?"
"Yap," jawab Ziel tanpa ragu sedikit pun.
"Hah? Tinggal bersama? Kita berdua?" Dara memandang Ziel dengan ekspresi tak percaya.
"Hum," Ziel lagi-lagi mengangguk santai, seolah itu hal paling wajar di dunia.
Dara masih terlihat bingung. “Tapi, Pak Bos, rasanya nggak perlu sampai pindah segala, deh. Kalau ada apa-apa, 'kan bisa telepon atau meeting online…”
Ziel langsung memotong. "Masalahnya bukan cuma itu, Dara. Dengan kamu tinggal di apartemen, waktu perjalananmu juga akan lebih singkat. Kamu nggak bakal datang terlambat lagi karena alasan macet atau kesiangan.”
Dara memutar matanya. “Yee, saya cuma terlambat sekali minggu ini…”
“Dan itu cukup mengganggu,” sela Ziel dengan nada tegas.
Dara terdiam, mulutnya sedikit terbuka. Ia ingin membantah, tapi semua alasan Ziel terdengar masuk akal. "Tapi, Pak Bos..." gumamnya lirih, mencoba mencari celah untuk protes, tapi otaknya terasa buntu.
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
Semangat2 dara jgn punya pikiran mau menggugurkan kandunganmu itu
bayi itu tidak berdosa....
Seandainya suatu terbongkar dara hamidun sebaiknya jujur aja sm pak boss korban memperkosaan dara....
kasian jg jd dara hamil tidak tahu siapa pelakunya dan mau minta tanggungjawan sm siapa jg....
blm nanti omongan tmn2 Kantornya pd juling pasti dara hamil diluar nikah...
lanjut thor.....
Sabar dara anak itu titipan jaga dan rawat dia dan sayangi hrs menerima dgn ikhlas....
Pak bos seandainya tahu daralah perempuan yg dinodainya so pasti akan bertanggungjawab menikahinya...
Debay pgn dekat2 sm papanya dan papanya mengalami sindrom coudave....
Dara testpack dulu membuktikan lg hamil gak....
Sabar ya dara hasil garis dua hrs terima dgn ikhlas dan pasti dara bingung mau minta tanggungjawab sm siapa pria yg menghamilinya wajahnya samar2 dan tidak jelas....
sama dengan cover novel sebelah??
sama2 update juga,kirain novelnya error gak tau nya liat judul beda...
maaf ya kk Thor🙏🏻