Dijual oleh ibu tiri ke pada seorang duda kaya berumur 40 tahun tidak serta merta membuat Citara bahagia.
Kekejaman pria beranak dua itu menjadikan Citara sebagai pelampiasan hasratnya.
Sampai sebuah fakta mengejutkan diketahui oleh Citara. Jika, pria yang dinikahinya bukan pria biasa.
Sisi gelap dari pria itu membuat Citara menjulukinya dengan sebutan Monster Salju. Pemarah, dingin, misterius dan mengerikan.
Akankah Citara mampu meluluhkah hati ayah dan anak itu? Simak kisahnya hanya di "Pelampiasan Hasrat Suami Kejam "
Author : Kacan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kacan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PHSK 19
Setelah menempuh perjalanan beberapa jam, akhirnya mobil yang dinaiki oleh Varen dan Citara berhenti di sebuah tempat sepi yang berada di antara rindangnya pohon besar nan tinggi.
Citara semakin gemetaran melihat tempat yang didatangi mereka jauh dari keramaian, bahkan minim penerangan.
"Pastikan selama perjalanan ke markas tidak ada musuh yang mengikuti!" perintah Varen pada orang kepercayaannya.
"Para anak buah sudah memastikan jika tidak ada yang menyadari kedatangan kita ke markas, Tuan. Namun, saya akan memastikannya kembali," sahut Arya.
"Pastikan semua bersih seperti biasa," ucap Varen tegas.
"Baik, Tuan."
Citara diam-diam memperhatikan interaksi antara paman Arya dengan suaminya.
Wanita itu heran, sebenarnya suaminya ini bekerja sebagai apa? Kenapa ada banyak penjaga, semua terasa aneh bagi Citara yang sebelumnya memiliki kehidupan normal. Ya ... walau tidak bahagia seperti keluarga pada umumnya.
Arya bersama supir turun untuk membukakan pintu. Citara merasa canggung diperlakukan seperti itu. Tapi, ia tidak bisa menolak karena bisa-bisa Monster Salju itu mengamuk dan menghukum pekerja yang tidak bersalah.
Varen turun bersama istrinya. Tidak ingin diseret seperti sebelumnya menjadikan Citara jalan lebih cepat.
Wanita itu mengabaikan rasa sakit di area selangka-ngannya daripada harus menambah rasa sakit di bagian tubuh lainnya.
"T-tuan, saya takut." Tanpa sadar Citara meraih tangan Varen ke dalam genggamannya.
Tempat yang disebut sebagai markas oleh Varen terlihat sangat mengerikan di mata Citara. Padahal Citara baru melihat dari luar saja, tapi sudah setakut itu.
Varen sempat terkejut dengan aksi Citara yang tiba-tiba. Namun, ia begitu handal dalam menutupinya sehingga tidak ada yang menyadari termasuk Citara.
Pria itu kembali melangkahkan kaki.
Mereka berjalan beriringan, Citara masih mengenggam tangan suaminya, terlihat jelas jika wanita itu sangat takut.
Arya ikut menyusul tuannya setelah memastikan jika kedatangan mereka ke markas tidak diuntit oleh siapa pun.
Anak buah Varen berjejer rapi menyambut kedatangannya dengan hormat.
Citara semakin mengeratkan pegangannya pada lengan Varen. Pria berseragam hitam bersenjata tampak sedikit membungkukkan badan.
"K-kenapa di sini orang-orang juga memanggilnya tuan? Mereka terlihat misterius, astaga! Apa jangan-jangan Monster Salju kejam ini adalah seorang pemimpin sekte sesat?" batin Citara berseru ketakutan.
Dua pria berbadan kekar berjalan maju, lalu membukakan pintu untuk tuan serta nyonya mereka.
Citara dapat melihat isi dari bangunan menyeramkan ini lebih terang dibanding dengan tampilan luarnya. Namun, penerangan cahaya yang lebih memadai tidak membuat bagian dalam bangunan itu terlihat biasa saja, sebab Citara mendapati banyak senjata di sepanjang dinding itu.
"Belum waktunya kau takut," ledek Varen dengan seringainya yang tajam.
Ingin rasanya Citara kabur dari tempat menyeramkan ini secepat mungkin. Tempat yang dimasukinya saat ini seperti tempat untuk mengeksekusi mati seseorang di mata Citara.
"Arya siapkan pisau bedah yang baru," titah Varen.
Dengan sigap Arya membawakan benda favorit tuannya, lalu memberikan pisau bedah yang masih mengkilap itu pada tuannya.
Varen menerimanya dengan santai. Tapi, tidak dengan Citara yang dibuat semakin ketakutan.
Isi kepalanya sudah dipenuhi dengan dugaan-dugaan gila. Wanita itu berpikir dirinya akan dimutilasi malam ini juga.
"Apa itu arti dari ucapannya? Aku tidak akan berani lagi untuk kabur karena aku akan gentayangan di mansionnya," ucap Citara.
Sontak Citara melepaskan genggamannya dari tangan Varen.
Wanita itu mundur selangkah, memberi jarak dari pria yang berhasil membuatnya merinding.
Varen membalik badan, dilihatnya Citara ketakutan dengan tubuh terlihat bergetar.
"Mendekat!" perintah Varen.
Arya dan anak buah yang lainnya berdiri tegak tanpa melakukan apa pun sebelum Varen memerintahkannya.
Para anggota X Black berlakon layaknya patung, mereka tidak ikut mencampuri urusan tuan dan nyonya-nya.
Citara tidak bergeming sedikit pun, wanita itu tetap berdiri di tempat tanpa mau maju mendekat ke pada Monster Salju yang saat ini menatapnya tajam.
"Apa perkataanku kurang jelas?" Varen mengangkat kedua alisnya, menyudutkan keberanian Citara dengan memanikan pisau bedahnya.
Kepala Citara menggeleng, perkataan Monster Salju itu sangat jelas, jelas menakutkan!
"Tutup mata kalian!" seru Varen dengan suara beratnya yang menggelegar.
Semua anggota X Black yang berada di dalam ruangan itu menutup mata sesuai dengan perintah dari tuannya.
Tidak ada yang bertanya, mereka semua bertindak tanpa berucap.
Citara semakin ketakutan, Varen mendekatinya. Pria itu menarik pinggang Citara, lalu menunduk dan berbisik.
"Jangan pernah membantahku!" bisik Varen penuh penekanan.
Wanita itu mengangkat kepala saat Varen hendak menjauhkan kepalanya yang membuat mereka berdua beradu tatap.
Bola mata Citara terlihat hitam jernih, Varen merasa tertarik hingga ke dasar bola mata indah itu. Varen si Monster Salju tersadar, ia membentengi dirinya dengan kebencian agar tidak jatuh ke pada pesona Citara.
"Jangan pernah menatap mataku! Aku benci warna bola mata milikmu, jelek!" cela Varen.
Citara terhenyak, ia rasa tidak ada yang salah dengan warna matanya.
"B-baik, Tuan." Citara berucap pelan.
Niat awal ingin meraup bibir sang istri harus urung karena tatapan mata wanita itu menggangu perasaannya.
"Buka mata kalian!" perintah Varen.
Layaknya robot mereka membuka mata sesuai perintah tanpa membantah.
"Kau dan kau, bawa salah satu anggota Benzena ke ruang introgasi!" Varen menunjuk dua anggota X Black.
"Baik, Tuan."
Varen menarik tangan Citara, ia membawa wanita itu ke sebuah tempat yang tidak disangka-sangka.
Bersambung ....