Lelaki yang sangat ingin kuhindari justru menjadi suamiku?
•••
Kematian Devano dan pernikahan kedua sang Papa, membuat kehidupan Diandra Gautama Putri berubah. Penderitaannya bertambah ketika tiba-tiba menikah dengan laki-laki yang membencinya. Kaiser Blue Maverick.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tiatricky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 11
Lah? Ini beneran anak murid itu? Pak Anton menggelengkan kepala tidak percaya pada Kaiser.
Setelah selesai menulis di papan, barulah Kaiser kembali ke bangkunya dengan santai.
"Bos selalu wow!." Alaska memuji dengan berdecak kagum. "Gue kapan sepinter bos ya. "
Bug
Elang memukul kepala Alaska dengan perasaan puas. "Gak usah gonta-ganti pacar dulu. Fokus belajar biar otak Lo encer. "
Bug
Alaska yang tidak terima membalas dengan pukulan yang sama. Laki-laki itu melirik sinis Elang. "Lo malah nggak ada otak. Isinya kosong pala Lo!."
"Cih, sekarang Lo ngomongnya gitu ke gue. Belum tahu gue yang sebenarnya. " Elang berdecih dengan tangan mengelus kepalanya.
Dret
Ponsel milik Kaiser bergetar. Laki-laki itu segera membuka pola. Sebuah pesan dari Selena.
[Bunda: Kamu ajak Diandra pulang bareng ya.]
[Bunda: Bunda nggak peduli kalau pacar kamu nggak suka]
[Bunda: Jangan menolaknya!]
Kaiser mendengus kesal membacanya. Apa lagi sih?
[Anda: Nggak mau, Bun]
[Anda: Aku udah janjian kencan bareng Vanesa]
[Bunda: ATM kamu Bunda blokir gimana? ]
[Bunda: Mau kamu?]
[Bunda: Kamu pikir bunda nggak tahu pengeluaran keuangan kamu setiap bulan?]
[Bunda: Buat pacar kamu yang itu kan??]
Kaiser mengacak-acak rambutnya gusar. Apaan sih sampe ngancem segala!
[Anda: Jangan, Bun!]
[Anda: Aku turuti kemauan bunda ]
Butuh waktu beberapa detik kemudian Selena menjawab dengan senang.
[Bunda: Bagus. Bunda tunggu setelah pulang sekolah!.]
Kaiser pun berpindah ke kontak yang lain.
[Anda: Maaf, By. Hari ini aku nggak bisa pulang bareng aku kamunya]
[My love: Kenapa kamu?]
[My love: Kamu kan udah janji kencan bareng sama aku Jum'at ini?]
Kaiser menghela nafas panjang dengan jari telunjuk mengetuk meja berpikir. Gimana ya biar Vanesa nggak kesel sama gue? Gue gak mau dia tahu rencana perjodohan ini.
"Kenapa bos? Berat banget isi kepalanya. " Rival bercelatuk dengan sengaja.
Kaiser pun menoleh. "Gue disuruh nyokap buat pulang bareng sama cewek killer itu. Padahal gue punya janji sama Vanesa untuk kencan hari ini. "
Rival tampak berpikir keras. Lalu dia menjentikkan jarinya. "Bilang aja Lo mau temenin nyokap beli sesuatu apa gitu. Biasanya kan nyokap Lo suruh nganterin. "
Kaiser tampak berpikir dengan ujaran Rival. Namun beberapa saat kemudian dia mengangguk kepala. "Boljug. Thanks. "
Rival tersenyum bangga. "Nggak usah ngomong gitu, bos. "
Dret
[My love: Sayang]
[My love: Kamu masih ada di sana kan?]
[My love: Jangan cuekin aku dong!]
[Anda: Ada ]
[Anda: Aku disuruh Bunda nemenin belanja bulanan.]
[Anda: Nggak papa kan kamu pulangnya naik taksi?]
Ada jeda waktu beberapa saat. Kaiser dengan sabar menunggu jawaban dari kekasihnya.
[My love: Nggak papa, sayang.]
[My love: Kirim salam buat Bunda kamu ya.]
Kaiser tersenyum membacanya. Dia bisa bernafas lega sekarang.
[Anda: Iya, sayang. Bye!]
[My love: See you again my love.]
Sedangkan di kelas Vanesa, gadis itu tampak kesal membacanya. Dih! Lo pikir gue percaya sama cowok gampangan kaya Lo?
Namun tidak lama gadis itu tersenyum. Dia memilih salah satu kontak.
[Anda: By, kencan yuk!]
[Anda: Kita udah lama nggak berduaan loh.]
[My El: Yuk! ]
[My El: Aku juga kangen banget berduaan sama kamu.]
Vanesa seketika tersenyum sumringah membacanya.
[Anda: Sama. Aku juga kangen sama kamu. ]
•••
"Bos!." Seruan dari laki-laki menghentikan langkah kaki Kaiser. Dia menarik nafas dalam-dalam kemudian mengeluarkan perlahan.
Kaiser menaikkan sebelah alisnya bertanya. "Kenapa Lo?."
"Ada anggota kita yang diserang geng WALKER. Kabarnya, anggota kita mati ditangan mereka. Kita harus gimana bos?." Elga berujar dengan panik.
"Mereka lagi? Nggak bosen apa cari masalah terus sama kita. " Alaska berujar.
"Sejak awal yang cari masalah sana. Sampai kapan ini masalah selesai heh. Gue kan nggak bisa tenang. Apalagi pacar gue jadi sasaran juga. " Rival tampak gusar.
"Orang iri emang gitu. " Elang berujar dengan gelengan kepala.
Mereka saat ini berada di atap sekolah sembari menunggu bel berbunyi.
"Pertama-tama, kita bikin rencana dulu. Jangan asal ambil keputusan. Yang ada anggota lain HORIZON bakal ditahan sama mereka. " Kaiser berujar dengan tegas.
"Emang siapa sih yang mati?." Alaska penasaran sekali.
"Jackson. " Elga menjawab dengan singkat. "Gue udah bilang sebelumnya ke dia buat diem dulu tapi dianya ngeyel. Kan ini akibatnya. "
Yang lain pun mendengus dingin.
"Jackson dasarnya emang beban buat kita semua. Tapi setidaknya sekarang tuh cowok mati. " Elang berucap dengan kesal.
Grap
Alaska mencekal bahu Elang. "Lo jangan ngomong kek gitu. Meskipun beban, setidaknya Jackson udah berani ngelawan mereka. "
"Nah, iya. Gue juga pernah hampir dibunuh sama gengnya Rafael. Kebetulan banget Jackson nggak jauh dari lokasi. Gue di tolongin deh. " Rival menimpali.
"Oke. Untuk rencananya kita bicarakan di grup. Gue ada urusan mendadak." Dengan tergesa-gesa, laki-laki itu beranjak pergi meninggalkan mereka.
•••
Di parkiran motor SMA ANDROMAX..
"Ada pacar Lo, Nes!." Teman Vanesa berujar.
Vanesa seketika menoleh dan tersenyum. "Hai, sayang. "
Kaiser membalas dengan senyuman manis di bibirnya. "Kamu sudah pesan taksi belum?. "
Vanesa mengangguk kepalanya. Dia memegang tangan kekasihnya dengan manja. "Jangan khawatir gitu ke aku. Aku udah pesen taksi kok. "
Kaiser mengangguk kepala. "Aku bayarin ya. "
"Boleh kalau kamu maksa. " Vanesa tersenyum dan bersorak-sorai dalam hati. Yes. Duit gue bisa buat shopping lagi deh.
Kaiser mengelus kepala kekasihnya. "Ini uangnya buat bayar taksi. Kembalian ambil aja. " Menyodorkan uang warna merah tiga.
Vanesa menerima dengan senang hati. "Makasih sayang. Muachh."
"Iya." Kaiser memberikan ciuman sekilas di punggung tangan Vanesa.
•••
Beberapa menit kemudian sekolah mulai sepi. Kaiser pun masih menunggu kedatangan Diandra. Saat melihat, dia segera menahan tangan gadis itu. "Nyokap gue nyuruh gue pulang bareng Lo. "
Diandra tersentak kaget karena tiba-tiba memegang pergelangan tangannya. "Kamu nggak bohong kan sama aku?."
Laki-laki itu seketika berdecak kesal. Dia sedikit mengeratkan pegangan. "Gue gak bohong sama Lo. Udahlah, cepetan naik. Gue gak bakal ngapa-ngapain Lo."
Diandra meringis merasakan sakit. Gadis itu terlihat bersedih. "Kamu nggak bisa gitu lembut sama aku?."
Kaiser meraup wajahnya gusar. Dia menatap malas calon istrinya. "Nggak usah banyak nanya. Cepetan naik!."
Diandra masih berpikir keras. Apakah ini benar? Bagaimana jika dia membunuhku? Tuhan, selamatkan aku.
Pletak
Diandra memegangi kepalanya yang disentil Kaiser. Gadis itu tampak berkaca-kaca sekarang. "Ini sakit, Kai. Tangan kamu nakal banget. "
"Naik!." Suara Kaiser berubah dingin dengan tatapan tajam.
Mau tidak mau Diandra menaiki motor besar calon suaminya. Dia berusaha untuk menggapai tanpa memegang bahu Kaiser.
"Ck! Pegang tangan gue. " Kaiser mengulurkan tangannya memberikan bantuan.
Diandra menatap tangan itu dan mendongak. Dia pun mengangguk kepala. Dan berhasil menaiki motor itu. "Makasih. "
"Pake. " Kaiser menyerahkan helm yang satunya.
Diandra pun menerima dan memakainya. "Udah. "
Lelaki itu celingukan dan bernafas lega. Semoga aja nggak ada yang ngelihatin gue.
Motor itu mulai keluar dari gerbang sekolah menuju ke rumah kediaman keluarga Maverick.
Reflek Diandra memeluk pinggang Kaiser. Dia merasakan angin berhembus membelai wajahnya. "Jangan cepat-cepat, Kai! Aku takut!." Sedikit berteriak.
Alih-alih memperlambat lajunya, Kaiser justru mempercepat laju motornya. Dia tersenyum puas. "Lemah Lo cepu! Ini gak seberapa dibandingkan gue balapan!."
Gadis itu memejamkan matanya. "Memangnya kenapa kalau aku lemah? Kamu keterlaluan banget sama aku!."
Kaiser seketika tertawa dibalik helmnya. Seru juga ngerjain ni cewek. Gue lakuin lagi aja kapan-kapan.
Diandra terisak dengan sedikit airmata.
Bersambung...