Umar yang menikahi sekarang gadis karena insiden yang dialami keduanya, kisah cinta rumit keduanya karena ternyata sang Istri memiliki orang yang dia cintai
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana pernikahan Aryan dan Arjun
Ketiganya memberontak tak ingin dibawah. Tapi mereka tidak bisa karena tangannya sudah diborgol oleh ketiganya dibantu dengan beberapa polisi dan tentara pasukan Utsman dan Ukasyah.
"Ayah, ayah kumohon selamatkan aku, aku tak mau masuk penjara ayah". Teriaknya memegang kaki ayahnya agar menyelamatkannya.
"Pak Ahmad tolong jangan seperti ini, tolong bicarakan dengan baik-baik".
"Tapi sayangnya saya tidak punya waktu bernegosiasi". Ucap Ahmad dengan dingin.
"Bagaimana jika itu menimpa anak anda tuan, tolong jangan lakukan itu". Ucap orangtua anak lelaki itu dengan penuh emosi
"Jika itu anakku, aku akan mengirimnya ke penjara untuk menebus apa yang mereka lakukan pada orang lain". Ucapnya dengan dingin.
"Tapi pak tolong, jangan lakukan ini pada putra kami, tolong".
"Kalian bisa membantunya mencari pengacara dan mari kita lihat bagaimana persidangan nanti".
"Ayo". Mereka dibawah paksa oleh petugas.
"Kalau seperti ini untuk apa anda memanggil kami kesini, Anda sengaja menjebak anak kami". Teriaknya kemudian berusaha menyerang Ahmad, dia tidak terima anak kesayangannya masuk kedalam penjara.
Tapi pukulannya meleset karena Ahmad langsung menangkap tangannya dan memelintirnya kemudian mendorongnya dengan kasar sampai terjerembab di lantai.
"Anda bukan tandingan saya jika urusan berkelahi, jadi jangan buat saya melakukan hal yang tidak kalian pikirkan". Ucap Ahmad dengan tajam dan dingin.
"Saya tidak menjebak kalian, tadinya saya ingin berdiskusi tentang anak kalian tapi melihat sikap sombong kalian yang seolah-olah tidak bersalah membuat saya mengurungkan niat saya berbicara dengan kalian dengan bahasa baik-baik".
Keempatnya menunduk mendengar penjelasan Ahmad, benar sejak tadi mereka tidak merasa sama sekali, mereka semua sengaja memukul anak mereka hanya agar Ahmad percaya jika mereka sudah menghajar anak-anak padahal jangankan mereka dipukul bekas-bekas yang ada pada mereka itu adalah karya salon.
"Jangan kalian kira apa yang kalian lakukan sebelum kesini, aku bukan orang yang bisa kalian bodohi dengan mudah, aku punya banyak mata dan telinga diluar sana dan kalian pikir aku akan diam saja??
"Bagaimana dengan Tania dan Aisyah mereka harus dinikahkan dengan Aryan dan Arjun karena biar bagaimanapun mereka berhubungan badan". Ucap Ayah Tania dengan kesal.
"Tentu saja, tapi kami tidak akan menyambutnya seperti ketiga menantu kami, silahkan tentukan tanggalnya dan kami nikahkan mereka dengan apa adanya tanpa undangan apalagi mas kawin". Ucap Ahmad dengan dingin
"Itu keterlaluan, anda tidak bisa seenaknya seperti itu hanya karena anda berkuasa". Hardik ayah Tania tidak terima dengan keputusan sepihak itu.
"Itu bukan urusan saya, anak kalian sendiri menyerahkan diri dan menjebak anak saya, kalau mau di nikahkan ya seperti itu saja, ksrena kami memang tak berniat menyambut mereka dirumah kami".
"Abi, jangan seperti itu". Tegur sang istri kepada Ahmad.
"Baiklah, jika memang seperti itu nikahkan saja mereka setelah itu buat mereka bercerai". Sungut Ayah Tania dengan sangat kesal.
"Sombong sekali mentang-mentang lebih banyak uang dan berkuasa daripada kami jadi Seenaknya". Ucapan nya dalam hati menatap tajam Ahmad dengan perasaan dendam.
"Sudah-sudah silahkan duduk kembali bapak-bapak, kita bahas masalah kita tapi jika kalian ingin pulang silahkan saja, tapi untuk anda ayah Tania, silahkan tinggal karena kami akan membahas putri anda". Shofiyah menengahi perdebatan yang tak berujung ini karena sejak tadi hanya pertengkaran yang terjadi.
"Kami akan pulang saja, kami harus mengurus anak-anak kami yang kalian penjarakan". Sinisnya dengan berdiri dan melangkah keluar tanpa menoleh dan berjalan dengan penuh keseimbangan.
"Kalau begitu saya pamit dulu pak, bu, kami minta maaf sekali lagi atas perbuatan anak kami". Ucap salah satu lagi mengikuti temannya keluar dan yang terkahir berjalan begitu saja tanpa sepatah kata pun.
Shofiyah hanya tersenyum tipis dibalik cacarnya melihat mereka meninggalnya dengan sifat congkak dan penuh kesombongan.
"Maafkan perkataan suami saya pak, beliau sedang dilanda emosi karena dia memang sangat marah karena anak anda melakukan hal seperti kepada kedua anak kebanggaan kami. apalagi kedua anak kembar itu bungsu lelaki di keluarga kami".
"Iya bu, aku lah yang harus minta maaf, aku sebenarnya tidak bermaksud emosi dan marah hanya saja, aku juga seorang ayah yang sangat mencintai putrinya, anak saya dikatai seperti itu itu menyakitkan hati saya".
Dia benar kecewa dengan semua ini, hanya saja dia begitu emosi mendengar penghinaan Ahmad kepada putri kesayangannya itu, dia bahkan tak pernah mengasari apalagi mengatai anak kesayangannya itu dengan kalimat menyakitkan.
"Iya pak, mari kita bicarakan dengan dingin setelah ini".
Mereka semua mengangguk dengan perkataan Shofiyah yang tenang.
"Begini pak, sebenarnya saya akan memberitahu kondisi mental anak saya pasca kejadian itu, saya hanya khawatir jika nantinya mereka menikah dan satu rumah dengan kondisi mental yang belum bai betul, takutnya anak saya melah melukai anak anda apalagi kejadian itulah yang membuat mereka trauma".
"Maafkan saya tante jika saya memotong perkataan ta te, tolong izinkan saya menebus kesalahan saya kepadanya, saya tahu dan menyadari perbuatan saya sangat keterlaluan apalagi aku memang tahu jika anak tante itu tidak pernah bersentuhan dengan orang lain apalagi perempuan saking menjaga dirinya, aku sangat ingat bagaimana dia hampir saja memotong kemaluannya agar tidak menyentuhmu, itulah yang membuat saya nekat meminta pertanggungjawaban ". Tania menunduk menangis.
Dia menyesali perbuatannya, perbuatan Arjun yang menyakiti dirinya sendiri terputar-putar dikepalanya membuatnya merasa bersalah berkepanjangan.
"Kamu yakin nak, kamu siap dengan segala konsekuensi yang kamu dapatkan nanti, setahu anak ummi tidak sampai memasukkannya kan??
"Tidak Tante". Tania menggelengkan kepalanya karena itulah kebenarannya.
"Jujur saja ummi takut dia melukai kamu dan kembali trauma ketika mereka menikahkan kalian".
"Tidak apa tante itu salah saya dan Aisyah, jadi kami akan Menanggung konsekuensi dari perbuatan kami tante, masalah per nikahan tolong setidaknya biar kan ada pesta karena kami juga banyak keluarga besar dan juga teman-teman".
"Baiklah jika seperti itu menurutmu, kami akan melakukannya, tante hanya memintamu sabar jika seandainya kalian nanti ada masalah kamu bisa a konsultasikan pada Tante".
"Terima kasih tante atas kebijakannya, maafkan atas perbuatanku pada putra kalian".
"Udah, tidak apa-apa, itu sudah terjadi semuanya jadi biar siapapun tetap saja berbekas".
"Iya tante maafkan aku". Tania menunduk dalam menyesali perbuatannya.
"Jadi memang kamu yang salah dalam hal ini?? ". Ucap Ayah Tania yang mulai mengamuk.
"Maafkan aku ayah, ayah bisa membunuhku jima mau". Ucap Ta ia melihat ayahnya ingin menamparnya
"Kamu keterlaluan Tania, ayah sangat malu punya anak seperti kamu, sungguh-sungguh memalukan"
Kalau boleh kasih masukan dikit, Umar nyelamatin si wanita yang mau bundir di jembatan atau dimana lah. Si wanita depresi karena cowoknya. Karena kasihan dan ingin mengayomi takut kejadian terulang, Umar ngelamar wanita itu. Nah.. di situ tuh.. baru jalan cerita lika-liku ketulusan Umar menyadarkan isterinya sembari mencoba meraih hatinya. Maaf ya mbak, aku sok-sokan ngasih saran segala. Moga sehat dan sukse selalu. Semangat!