MY DEAR KARENINA

Setelah mengantarkan Nina ke rumahnya, Bisma pun kembali ke toko karena waktu masih siang sayang jika harus tutup lebih awal. Sesampainya di depan toko, betapa terkejutnya Bisma saat melihat dua orang pria yang berusaha menghancurkan toko. Nadira pun ada di sana karena memang dia yang membayar dua orang itu.

"Apa yang kalian lakukan!" teriak Bisma.

Nadira begitu kaget dengan kedatangan Bisma. Dia memang dari tadi memantau toko Bisma, dia mengira kalau Bisma dan Nina pulang dan tidak akan kembali lagi ke toko. Tapi nyatanya Bisma kembali lagi dan itu membuat Nadira panik.

Nadira hendak kabur namun Bisma mengejarnya dan menarik tangan Nadira. Sedangkan kedua orang suruhan Nadira sudah kabur begitu Bisma datang. "Mau ke mana kamu?" geram Bisma.

"Lepaskan aku Bisma," ucap Nadira.

"Jadi selama ini kamu yang sudah mencoba menghancurkan usaha aku dan juga Nina. Aku memang selama ini sudah menduga jika kamu pelakunya namun aku tidak punya bukti untuk melaporkan kamu ke polisi dan sekarang aku sudah punya buktinya. Sekarang juga ikut aku," ucap Bisma dengan menyeret Nadira.

"Mau ke mana, Bisma?"

"Kita ke kantor polisi, kamu harus dihukum karena sudah membuat kerugian dan ini juga merupakan tindakan kejahatan," sahut Bisma.

"Tidak, aku tidak mau dipenjara," teriak Nadira.

Bisma tidak mendengarkan teriakan Nadira, Bisma pun memaksa Nadira untuk masuk ke dalam mobilnya. Bisma mengambil paksa kunci mobil Nadira dan segera melajukan mobil itu menuju kantor polisi. Selama dalam perjalanan, Nadira terus saja memberontak bahkan dia memaksa Bisma untuk menghentikan mobilnya.

"Diam kamu Nadira, kita bisa celaka!" bentak Bisma.

"Biarkan saja, lebih baik aku kita mati daripada aku harus di penjara dan tidak bisa bersama kamu," sahut Nadira.

Nadira terus saja memaksa Bisma untuk menghentikan mobilnya membuat laju mobil itu oleng tak terkendali. Bisma semakin panik, dia berusaha menghentikan aksi Nadira namun Nadira tidak mau kalah. Hingga pada saat perseteruannya di dalam mobil, terlihat dari arah berlawanan sebuah truk berjalan dengan kecepatan tinggi.

"Awas Nadira!" teriak Bisma.

"Aaaaaaa..... "

Bisma membanting setir ke kanan dan berniat menabrakan mobil itu ke pohon.

Bruuuuuaaaakkkkk......

Mobil itu menabrak pohon namun sayang saking kencangnya tabrakan itu, mobil yang dikemudikan Busma justru berguling-guling sampai tiga kali di jalanan. Mobil itu terbalik, dan mulai mengeluarkan asap sedangkan Nadira dan Bisma sudah tidak sadarkan diri di dalam mobil dengan bersimbah darah. Orang-orang mulai berdatangan dan langsung menghubungi polisi.

"Bismaaaaaaa!!!!"

Nina terbangun dengan wajah yang dipenuhi dengan keringat. "Ada apa, Nak?" Venna berlari masuk ke dalam kamar anaknya itu.

"Ma, barusan Nina mimpi buruk," sahut Nina dengan napas yang ngos-ngosan seperti habis maraton.

"Istighfar Nak, ini minum dulu." Venna memberikan segelas air minum kepada Nina.

Nina meneguk air minum itu sampai habis. "Perasaan Nina gak enak Ma, Nina takut terjadi kenapa-napa sama Bisma," ucap Nina.

"Jangan macam-macam, bukannya Bisma kembali ke toko?" sahut Mama Venna.

"Iya, tapi entah kenapa perasaan Nina gak enak."

"Ya, sudah kamu telepon dulu Bisma untuk memastikan jika dia baik-baik saja," ucap Mama Venna.

Nina pun mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi Bisma namun panggilan Nina tidak diangkat sama sekali. "Tidak di angkat, Ma," ucap Nina khawatir.

"Mungkin Bisma sedang melayani pembeli," sahut Mama Venna menenangkan anaknya.

"Perasaan Nina semakin tidak enak Ma, biasanya Bisma tidak seperti ini. Dia akan selalu mengangkat teleponnya walaupun sedang sibuk, Nina harus ke toko untuk memastikan jika Bisma baik-baik saja," ucap Nina dengan bangkit dari tidurnya.

"Nina, tapi kamu sedang sakit, Nak," ucap Mama Venna.

"Tidak, Nina baik-baik saja kok," sahut Nina.

Nina pun segera melangkahkan kakinya, tapi baru saja dia sampai di depan pintu tiba-tiba ponselnya berdering. Tertera nama Bisma di sana dan sebuah senyuman tersungging di wajah cantiknya. Dengan cepat dia pun mengangkat telepon dari suami tercintanya itu.

"Hallo, sayang. Kamu di mana, kenapa telepon aku gak diangkat?" tanya Nina dengan senyumannya.

"Maaf, Mbak. Ini saya dari pihak kepolisian," sahut seseorang diseberang telepon sana.

Seketika senyum Nina menghilang dan mengerutkan keningnya, lalu Nina pun melihat ponselnya dan itu memang benar nomor suaminya. "Maaf Pak, ini nomor ponsel suami saya 'kan?" tanya Nina bingung.

"Iya Mbak, suami anda mengalami kecelakaan dan saat ini sedang berada di rumah sakit xxx, mohon Mbak segera ke sini," sahut Polisi.

Seketika dunia Nina seakan hancur, tubuh Nina lemas dia pun terduduk di kursi dan itu membuat Venna panik. "Baik Pak, saya akan segera ke sana," lirih Nina dengan menutup sambungan teleponnya.

"Ada apa, Nak?" tanya Mama Venna khawatir.

Air mata Nina menetes. "Bisma kecelakaan Ma," sahut Nina dengan bibir yang bergetar.

"Apa?"

"Sekarang kita harus segera ke rumah sakit, Mama tolong hubungi Mama Rani untuk ke rumah sakit juga," lirih Nina.

"Baiklah, Mama telepon Rani dulu."

Venna segera menghubungi Rani dan Rani tidak kalah terkejut dengan berita yang dia Terima dari besannya itu. Ketiganya langsung pergi ke rumah sakit menggunakan taksi online. Selama dalam perjalanan, Nina tidak henti-hentinya menangis membuat Venna dan Rani harus ekstra menenangkan Nina.

Beberapa saat kemudian, mereka pun sampai di rumah sakit. Ada pihak polisi di sana dan Nina segera menghampiri polisi itu. "Maaf Pak, saya istrinya Bisma, bagaimana keadaan suami saya?" tanya Nina dengan deraian air matanya.

"Suami anda sedang dalam penanganan dokter, sedangkan korban satunya lagi saat ini sedang dalam kondisi kritis karena terjepit badan mobil," sahut Polisi.

Nina kaget. "Korban satunya lagi? maksud Pak Polisi apa? jadi suami saya pakai mobil dan mengalami kecelakaan bersama temannya?" tanya Nina bingung.

"Iya, temannya seorang wanita dan setelah kami cek namanya Nadira," sahut Pak Polisi.

Nina membelalakkan matanya, begitu pun dengan Venna dan juga Rani. "Ini ponsel suami anda beserta dompetnya, dan ini barang-barang wanita yang bersama suami anda. Kalau begitu, kami pamit semoga korban cepat sembuh dan kami akan menyelidiki apa penyebab kecelakaan itu," ucap Pak Polisi.

"Baik, terima kasih, Pak," ucap Mama Venna.

Nina terdiam dengan air mata yang terus mengalir di pipinya. Dia memperhatikan kantong plastik yang berisi tas, dompet, dan juga sepatu milik Nadira. Nina merasa tidak percaya dengan semua ini, seketika otaknya mulai berpikir yang macam-macam.

"Kenapa Bisma bisa bersama Nadira? bukannya tadi dia izin mau ke toko?" batin Nina dengan deraian air matanya.