Tak ada yang bisa menebak akhir dari sebuah perjalanan Cinta, bahkan kadang buta akan Serigala berbulu Domba.
Tak pernah menyangka akan akhir yang begitu tragis, sebuah pengkhianatan dari orang yang dicintai, bahkan bertahun-tahun menjalin ikatan, namun nyatanya hanya sebuah tipuan.
Apalagi kalau bukan demi harta dan tahta, itulah yang menjadi tujuan utama, tidak perduli akan kasih dan sayang yang di utarakan, dan Luka akan tetap Sakit pada Akhirnya.
Jangan bilang Tuhan tidak pernah adil pada kehidupan, pada kenyataannya DIA membuat apa yang di Tanam akan di Tuai, Sakit yang dirasakan tak akan sia-sia, luka yang tertoreh pasti akan ada obatnya, terkadang rasa sakit membuat kita menjadi Luar biasa.
Begitulah keajaiban kehidupan, akan tertulis dalam Novel you're AMAZING, perjalanan seorang wanita dengan semua lukanya, mampu bangkit dan berdiri kembali bersama dengan Laki-laki yang luar Biasa.
Salam sehat, semangat dan jangan lupa bahagia...Sinho.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sinho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kepanikan
Sifa segera membuka pintu, ditemani Than yang rupanya sudah ada di belakangnya.
"Terimakasih" ucap Sifa setelah menerima banyaknya bungkusan yang tidak dia duga.
Than segera sigap membantu, mengambil bungkusan besar yang lebih berat untuk di bawa kemeja dapur bersama dengan Sifa.
"Banyak sekali, kita mau buka warung?" Tanya Sifa menoleh sejenak ke arah Than sambil menggelengkan kepalanya.
"Than hanya tersenyum tipis, lalu melihat semua isi kantong yang dipegangnya, dan memastikan isinya benar sesuai yang dia pesan sebelumnya.
"Lemari Es mu kosong, sekalian aku belikan stock, bisa digunakan kapanpun kamu merasa kelaparan"
"Tapi tidak sebanyak ini juga honey"
"Kalau begitu bisa kau masak untuk dua orang"
"Dua orang?"
"Hem, aku akan mampir untuk makan bersamamu disini, bagaimana?"
"Apa?!" Sifa terkejut dengan ide gila Than, apa kata orang jika Than sering bolak balik ke Apartemennya, dikira kumpul kebo malahan.
"Tidak bisa, aku jarang makan di Apartemen, paling-paling setelah masak aku bawa ke kantor saat memakannya, waktunya tidak cukup kalau sarapan disini"
Than tak menjawab, hanya melihat sekejap, dan kembali ke ruang Utama, duduk tenang disana.
Sedangkan Sifa tengah memandangi dua porsi menu yang sudah siap saji, awalnya bingung, kenapa ada dua, baru kemudian Sifa mengerti.
"Pasti dia ingin ikut makan disini" gumamnya lirih, lalu menyajikan dalam piring dan ditaruh di atas meja makan.
"Makan malam siap!" Teriak Sifa.
Tanpa diminta, Than pun kembali bangkit, menuju ke ruang makan, duduk di depan Sifa, dan akhirnya makan bersama.
"Terimakasih" ucap Sifa lagi, setelah selesai makan dan menuangkan air putih ke dalam gelas Than.
Than hanya mengangguk pelan, menghabiskan sedikit sisa makannya, lalu kemudian melihat kembali Sifa yang membereskan semuanya.
"Bagaimana Tawaranku?" Tanya Than membuka percakapan kembali.
Sifa menghentikan langkahnya, lalu duduk tepat di depan Than, melihat dengan serius dan menghembuskan nafas dalamnya.
"Apa kamu sudah memikirkan dengan matang?" Tanya Sifa.
"Keputusan ku masih sama" ucap Than.
"Kenapa?" Tanya Sifa.
Than tak menjawab, hanya menatap Sifa dengan lekat, membuat wanita di depannya akhirnya mengalihkan pandangan darinya.
Bukannya menjelaskan, Than justru kini berdiri, membuat Sifa terkejut dan segera mengikuti langkahnya dari belakang.
"Aku pergi, dan segera lakukan tugasmu, aku tidak menerima penolakan apapun, dan jangan lakukan hal itu jika hidupmu tidak mau lebih repot lagi"
"What?!, dasar!" Batin Sifa yang lagi-lagi kesal akan jawaban Than.
Lalu melihat pintu Apartemennya tertutup rapat kembali, hening, sepi dan Sifa menghempaskan tubuhnya diatas sofa dengan malas, terkadang menghadapi Than memang butuh ekstra kesabaran, dan dia harus berakhir hidup bersama?
"My God,aku bis gila!"
Berulang kali Sifa berguling di atas sofa untuk menenangkan hati dan pikirannya, berusaha menerima kenyataan jika memang tak bisa lagi menolak keinginan Than.
*
*
Waktu semakin cepat, seminggu berlalu, dan Sifa masih disibukkan dengan mengurus perusahaan TRULA GROUP, dikira Than akan mengembalikan posisinya setelah semua selesai, nyatanya justru Than seolah menggemblengnya untuk terus berada di sana sebagai pimpinan tertinggi.
Siang itu Sifa merasa kurang enak badan, hingga memutuskan untuk pulang lebih cepat, beristirahat di Apartemen adalah langkah terbaik untuk memulihkan kondisinya.
"Badanku semakin demam" gumam Sifa sesaat setelah turun dari mobilnya dan kini berjalan menuju ke lift sambil sesekali memegang keningnya sendiri.
Siang itu Apartemen begitu sepi, mungkin memang masih jam kerja, jadi banyak pemilik apartemen yang masih sibuk di luar sana melakukan aktifitas pekerjaan.
"Kenapa lama sekali?" Gumam Sifa lagi yang sudah tak sabar ingin segera kembali ke Kamarnya.
Akhirnya sampai juga, pintu lift berhenti di lantai yang diinginkan, lalu Sifa segera keluar, tak langsung melangkah, Sifa justru di kejutkan dengan kedatangan seseorang.
"Kau_!?" Sifa sampai membuka mata begitu lebar akan reaksi keterkejutannya.
Tangan Sifa segera meraih tombol pintu lift ingin segera menutup kembali, sayang sekali terlambat, tangan seseorang sudah lebih dulu mencekal dan menyeretnya keluar.
Sifa berusaha melawan, namun yang terjadi diluar dugaan, ada satu orang lagi dengan lincah menyergapnya, Sifa tak bisa memberontak lagi, dan dipaksa untuk membuka pintu Apartemennya.
"Lepaskan!" Teriak Sifa yang hampir saja terjungkal saat pegangan kasar itu di lepaskan begitu saja, dan kini ketiganya sudah berada di dalam Apartemennya.
"Apa maumu?!" Teriak Sifa kini berhasil menjaga jaraknya.
Tidak ada jawaban, justru laki-laki yang ditatapnya tajam, kini malah melihat sekeliling, sambil tersenyum miring.
"Berapa kali kau sudah melayani Tuan Than di Apartemen mewah ini?"
"Apa?!, kau gila!" Jawaban Sifa yang merasa terkejut akan pertanyaan yang lebih mirip sebuah tuduhan keji padanya.
"Jawab saja, dasar wanita munafik, tidak mau disentuh selama bertahun-tahun denganku, aku kira kau wanita yang memang menjaga harga dirimu, tapi rupanya, kau wanita yang tamak juga, mencari mangsa yang lebih kaya"
"Cukup Hans!, omonganmu semakin ngawur, kau menuduh tanpa bukti" Sifa tak terima.
"Bukti katamu?, apa semua yang dengan mudah kau nikmati ini belum cukup sebagai bukti?, mobil mewah, jabatan tinggi, dan Apartemen yang megah, ini semua bukti bahwa kau ja-lang yang melemparkan tubuhmu untuk kau jual kepada Than, demi kesenangan hidup bukan, kau sama saja dengan wanita murahan lainnya"
"Kau salah, aku mendapatkan semuanya karena kerja keras, setelah apa yang kalian lakukan padaku, jadi pergi dari Apartemen ku sekarang juga!" Teriak Sifa dengan keras mengusir Hans dan satu orang lagi yang kelihatan berjaga.
Hans tertawa, lalu dengan berani melangkah mendekati, Sifa pun bergerak mundur, namun Hans akan menangkapnya.
Entah kejadiannya secepat apa, dengan kode yang di berikan, orang satu lagi mengikuti kode Hans dan melesat menangkap Sifa dan kini melemparkan diatas kasurnya.
Sifa terkejut, berusaha bangkit, namun tangannya langsung di ikat di pinggiran tempat tidur, kini dirinya tak bisa berkutik, berusaha meronta, namun yang didapat semakin merasakan nyeri di tangannya.
"Kau pergi dan berjaga di pintu, aku akan bersenang-senang dengan mantan kekasihku, jangan menggangguku, mengerti?" Ucap Hans dengan senyuman yang menjijikkan.
Laki-laki itupun patuh, dan Sifa semakin panik saat pintu kamarnya tertutup rapat, kakinya berusaha menendang Hans, namun apalah daya, selain keadaan nya yang sedang sakit, tangannya juga terikat, gerakannya sangat terbatas.
"Jangan macam-macam Hans, jangan berani mendekat!" Teriak Sifa.
"Memangnya kenapa?, kau yang menjebakku dengan wanita penyakitan itu bukan, dan bisa dipastikan aku juga akan tertular penyakit lak-nat itu, tapi aku tidak akan merasakan hal itu sendiri, kau juga akan merasakan hal yang sama"
"Jangan berani kurang ajar Hans!" Sifa semakin teriak, saat Hans memberi tahu niat be-jatnya.
Tangan Hans tak sabar lagi, segera memegang baju atas Sifa, dengan paksa berusaha melepaskan nya.
Sifa tak tinggal diam, kakinya berusaha terus bergerak dan menendang Hans walaupun hasilnya akan percuma.
"Reflek Sifa berteriak sekencangnya, meminta tolong dengan kepanikan luar biasa, dan Hans justru tertawa.
Disaat yang sama, terdengar suara gaduh diluar sana, dan kini pintu kamar Sifa tiba-tiba saja melesat cukup keras dan terlepas.
Apa yang akan terjadi berikutnya?, yuk KOMENnya, LIKE, VOTE, HADIAH dan tonton IKLANNYA.
Bersambung.
msh hrs nyembuhin traumanya 😁
kan kubilang syifa hrs pakai pengawal