Karena jebakan yang dilakukan oleh kakak tirinya, Pagi itu Anggun mendapati dirinya berada di dalam selimut yang sama di atas tempat tidur bersama dengan seorang CEO yang dia tahu berwatak kejam dan bengis.
Satu bulan kemudian Anggun mengetahui dirinya sedang hamil. Karena tidak ingin hidup dia dan juga Papanya berada dalam bahaya, Anggun memilih untuk pergi ke luar negeri. Dan di sanalah Anggun melahirkan seorang anak yang genius.
Tetapi Anggun memilih menyembunyikan identitas putranya, karena tidak ingin CEO yang kejam itu mengetahui keberadaannya yang mungkin akan berbahaya bagi nasib dia dan putranya
Enam tahun kemudian dia bertemu kembali dengan pria itu, yang ternyata juga mencarinya selama ini.
Bagaimana kelanjutan kisah mereka, Apakah keduanya bisa bersatu dan hidup dengan bahagia?
Ikuti kelanjutannya dalam ; CEO itu AYAH ANAKKU
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11
"Kurang ajar , !!" Tania melempar semua yang ada di atas mejanya, hingga berserak berantakan berhamburan di lantai. Dia benar-benar geram dengan apa yang baru saja terjadi di perusahaan.
"Dia benar benar pembawa sial dalam hidupku. Untuk apa dia kembali setelah pergi sekian lama. Seharusnya dia tetap bersembunyi saja, agar langkahku untuk menguasai harta Pak tua itu lebih mudah!"
Kemarahan benar benar menguasai hatinya. Karena perasaan iri, karena keinginan untuk memiliki sesuatu, yang sesungguhnya dia tahu memang bukan hak nya.
"Tania ...! Apa yang baru saja terjadi? Apa yang kau buat dengan kamarmu ini?" seru nyonya Bella. Dia sedang berada di ruang keluarga, saat telinganya mendengar suara barang barang pecah dari arah kamar Tania.
"Anak pelacur itu sudah menghancurkan semua impian ku. Apa Mama tahu?" jawab Tania dengan nafas memburu . kemarahan nya benar-benar telah sampai di puncak.
"Apa maksudmu sayang? Apa yang sudah di lakukan oleh anak sialan itu?" nyonya Bella menjadi ikut geram mendengar apa yang di katakan Tania.
"Dengan dia kembali ke rumah ini, itu sudah kesalahan, Apa lagi hari ini dia kembali ke perusahaan, Dan Papa memperkenalkan nya sebagai ahli warisnya nanti. Semua orang di perusahaan meng elu elu kan namanya. Dan mereka semua menggunjing ku di belakang punggung ku. Anak Pelacur itu membuat citraku jadi buruk!" terang Tania. membuat nyonya Bella menjadi semakin berang .
"Kurang ajar, susah payah aku menyingkir kan Kencana dari muka bumi ini. Apa gunanya jika putriku tetap tak bisa mendapatkan apapun. Aku harus melakukan sesuatu untuk menyingkirkan anak sial itu. Bukankah lebih baik kalau dia bisa bersatu dengan ibunya di alam baka?"
Seringai licik muncul dari tatap mata nyonya Bella. Otaknya sudah mulai di penuhi dengan rencana kotor, yang sudah bisa dipastikan, itu adalah hal yang buruk bagi Anggun.
*
Di tempat lain, di lobi perusahaan milik Tuan Ben .
"Hiks... hiks ...Mommy ...!"
"Mommy where are You ...?"
"Mommy ... hiks ... hiks ...!"
Seorang bocah menangis tersedu, hingga jadi kerumunan para karyawan dan karyawati yang berlalu lalang.
"Ada apa ini?" seru Tuan Ben yang kebetulan lewat, Dia baru saja hendak keluar untuk bertemu dengan klien nya.
"Ada seorang anak yang tersasar di tempat ini Tuan!" jawab seorang karyawan wanita kemudian menundukkan kepalanya. Aturan di perusahaan itu adalah, Seorang karyawan wanita dilarang keras untuk secara langsung memandang wajah Tuan Ben.
Jika dia melakukan nya maka itu akan di anggap lancang, atau melanggar peraturan. Dan hukuman terberat bisa saja yang bersangkutan akan di keluarkan dari perusahaan.
Sungguh aturan yang aneh 😆😆
Tuan Ben menoleh ke arah sumber suara tangis itu, yang terdengar sungguh menyayat hati.
"Siapa kau anak kecil? Kenapa bisa sampai di tempat ini?" tanya Tuan Ben dengan suaranya yang dengan suaranya yang datar.
Kevin yang ada di belakang nya hanya bisa tepuk jidat. Sungguh Tuannya ini benar-benar payah.
"Tidak tahukah dia bagaimana caranya bicara dengan seorang anak kecil?" gerutu Kevin yang hanya bisa tersampaikan dalam hati. Mana mungkin dia berani secara terang terangan mencemooh bosnya.
Anak kecil yang sedang menangis dengan memeluk lututnya spontan mengangkat kepalanya demi mendengar suara Tuan Ben.
"Uncle...!" suara bocah itu .
Tuan Ben terkesiap mengetahui siapa bocah yang ada di hadapannya. Bukankah dia... Dia .. bocah bermasker itu ... bocah yang dia ketemui beberapa waktu yang lalu di bandara. Bocah itu adalah..
ARTHUR JORDI
"ANAKKU....!" gumamnya
"Uncle... !" bocah itu berdiri dan berlari ke arahnya.
"Bruk..!" dan kini serta merta memeluknya kaki panjang nya.
"Uncle yang menolongku waktu di bandara kan?" tanya Arthur saat mereka sudah berhadapan. Benyamin hanya mengangguk, masih tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Hal yang di hadapinya saat ini sangat mengejutkan baginya.
"Uncle... aku tersesat!" Arthur memeluk kakinya erat, "Aku lupa tidak membawa catatan alamat yang di berikan oleh Mommy. Dan sopir taksi tidak mau menolongku, huu huu ...!" Arthur mengusap air mata palsunya.
Tuan Ben mengurai pelukan Arthur. Lalu menekuk kakinya agar sejajar dengan tinggi badan Arthur.
"Kenapa berkeliaran sendiri? Di mana Mommy? Kenapa dia melepaskan mu sendirian? Kenapa dia ceroboh sekali?" tanya Ben. Dia kesal membayangkan putranya sampai tersasar seperti itu. Bagaimana jika putranya bertemu dengan orang jahat
"Aku tidak berkeliaran!" ucap Arthur sambil bersedekap, lagak marahnya terlihat lucu di mata Ben, " Aku bersekolah!" lanjutnya lagi .
"Baiklah baiklah, kau bersekolah. kenapa tidak di antar oleh suster? kenapa Mommy mu begitu ceroboh , bagaimana jika kau di culik?" Ben mengalah.
" Mommy tidak ceroboh ..!" bentak Arthur tidak terima. Tapi kemudian dia tersengal memegangi dadanya. Dan tampak kesulitan bernafas, hal itu membuat Ben menjadi panik .
"Buka maskernya Tuan !" saran Kevin
Tuan Ben melakukan nya, dan tampak Arthur sedikit lega .
"Tapi Mommy bilang aku tidak boleh membuka masker jika berada di luar rumah!" Arthur berbicara pelan ,
"Kenapa?" tanya Ben .
"Kata Mommy, khawatir kalau aku terkena polusi udara!" jawab Arthur .
"Mommy juga bilang aku tidak boleh pergi bermain ke manapun, karena takut aku diculik!" lanjut Arthur.
"Rupanya kau bekerja keras untuk menyembunyikan nya dariku Anggun. Baiklah bagaimana jika aku memberimu kejutan yang manis?" seringai licik muncul di bibir Tuan Ben .
"Uncle!" panggil Arthur karena Ben masih saja diam. Ben menatapnya.
"Uncle, sebenarnya aku tadi kabur dari sekolah. Aku bosan hanya bermain sendiri di rumah." bisik Arthur di telinganya. Membuat Ben menatapnya kaget .
"Kau benar benar putraku." gumam Ben dalam hati sambil mengusap kepala Arthur
"Tapi aku lupa jalan pulang, kertas yang diberikan Mommy hilang!" lanjut Arthur sambil menunduk sedih .
"Baiklah Daddy akan mengantarmu pulang!" sahut Ben dengan senyum manisnya
"Daddy?" tanya Arthur bingung, " Tapi kata Mommy, Daddy Arthur sedang pergi jauh!" ucap arthur sambil melambungkan tangannya. Arthur sedih
"Iya .. kau boleh memanggilku Daddy jika mau!" Ben tersenyum.
"Horreeee Arthur sekarang punya Daddy." Arthur bertepuk tangan girang. lagi lagi Ben tersenyum melihatnya .
"Kita berangkat sekarang?" tanya Ben lagi .
"Apa Daddy tahu rumah Mommy?" Arthur berlagak bodoh
"Bagaimana kalau kita buat kejutan di perusahaan Mommy?" Ben menyeringai licik.
"Waah ... pasti Mommy benar-benar terkejut. Tapi Daddy tidak boleh bilang kalau tadi Arthur kabur yaa!" Arthur berkacak pinggang dengan sebelah tangan, sedang sebelah lagi dengan menggoyangkan jari telunjuk nya di depan wajah Ben .
Ben tertawa mendengar ucapan bocah yang sudah dia yakini jika itu adalah putranya. Lalu mengangguk kan kepala.
"Daddy janji ??!" Arthur menyodorkan kelingkingnya
"Janji!" Ben menyambut kelingking Arthur dengan kelingkingnya juga
"Yeeaah...!" seru Arthur .
"Let's go ..!" Ben mengangkat Arthur kemudian menggendongnya di depan. Arthur melingkar kan dua tangannya di leher Ben. Demi bisa membuat kejutan untuk ibu dari anaknya, bahkan Ben rela membatalkan janji temu dengan klien . biar Kevin saja yang mengurusnya seorang diri.
Kemudian mereka pun berlalu. Tak menghiraukan tatapan para karyawan yang sungguh keheranan
"Siapa bocah itu hingga bisa menarik perhatian Tuan Ben?"
Begitu kira kira suara hati para karyawan.