Boy Alexander, pria berusia 28 tahun itu adalah seorang asisten yang sudah mendedikasikan hidupnya untuk mengabdi kepada keluarga Keano. Selain itu, dia juga adalah pemimpin tim keamanan dari semua pengawal di keluarga Keano.
Sebelum diadopsi, dia tinggal di panti asuhan, sehingga dia tidak tahu siapa orang tuanya dan dia tidak tahu tentang jati diri dia yang sebenarnya.
Sebuah kesalahpahaman membuat dia harus menikah dengan sang nona muda, membuat Boy dipandang rendah oleh mertuanya, mengingat status Boy hanyalah seorang asisten.
Siapa sangka ternyata Boy adalah seorang pewaris yang berasal dari keluarga terpandang. Ketika Boy baru saja dilahirkan, ayahnya sudah tiada. Boy telah dibuang oleh kakeknya ke panti asuhan karena tidak ingin memiliki cucu yang berasal dari darah orang miskin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Door...
Door...
Door...
Suara bising pistol terdengar menggema di sebuah ruangan yang menjadi tempat latihan menembak, tepatnya tempat tersebut tak jauh di belakang mansion. Karena mansion milik Nenek Margaretha memang memiliki wilayah yang cukup luas.
Sebagai pemimpin tim keamanan di keluarga Keano, saat ini Boy sedang mengajarkan beberapa anak buahnya untuk latihan menembak. Perusahaan sekelas Keano pasti memiliki banyak musuh, sehingga mereka harus memastikan keselamatan semua anggota dari keluarga Keano.
Beberapa peluru terus menghantam papan kayu, karena dijadikan target dalam latihan penembakan ini. Semua tim keamanan menggunakan headphone, guna untuk melindungi telinga dari bisingnya suara tembakan yang memantul. Serta kacamata keamanan yang berfungsi untuk melindungi mata dari selongsong yang beterbangan.
"Latihan hari ini dicukupkan sekian. Sebagai tim keamanan, kita sudah disumpah untuk terus mengabdi kepada keluarga Keano. Bahkan kita harus siap mati demi melindungi semua anggota keluarga Keano." Boy berkata dengan tegas dan penuh wibawa.
Semua tim keamanan pun segera menanggapi perkataan Boy dengan serentak, "Baik, Ketua."
"Sekarang kalian boleh kembali bertugas!" Boy memerintahkan semua anak buahnya untuk kembali bertugas sebagai seorang pengawal.
"Siap, Ketua."
Setelah berkata seperti itu, semua pengawal pun segera keluar dari tempat latihan menembak. Kemudian terdengar suara tepukan tangan ketika Maxime masuk ke dalam ruangan tersebut.
Prok...
Prok...
Prok...
"Boy, kamu benar-benar keren. Kesuksesan yang aku raih tidak lepas dari pengaruh pekerjaan kamu juga." Maxime berkata sambil tersenyum memandangi sepatu yang dipakai oleh Boy. Sebuah sepatu limited edition, di dunia ini hanya ada 5 orang yang memiliki sepatu seharga 80 juta tersebut. Sebagai kado ulang tahun darinya untuk Boy.
"Itu karena Tuan Maxime memang seorang pemimpin perusahaan Keano yang sangat hebat. Emm... Terimakasih atas sepatunya, Tuan." Boy berkata sambil sedikit merendahkan suaranya.
"Iya, sama-sama. Hm, sepertinya Alexa belum pulang? Apa mungkin hari ini dia pulang ke mansion ayahnya?"
Tiba-tiba saja Maxime menyinggung soal Alexa, membuat Boy teringat dengan pesan yang dikirim oleh Alexa yang mengajaknya untuk makan malam bersama, sambil bertemu dengan pemilik sapu tangan yang telah dia temukan. Sampai kini Boy belum membalas pesan dari Alexa, karena dia tidak tahu harus bertemu dengan siapa malam ini. Alexa atau Claudya?
Setelah Maxime pergi, Boy pun terduduk di kursi yang terdapat di ruangan tersebut. Kemudian dia meneguk satu botol air mineral sampai habis.
Pria tampan itu pun menghela nafas dengan panjang. Mengapa Claudya dan Alexa harus mengajaknya bertemu di waktu yang bersamaan. Hal tersebut membuat Boy menjadi bimbang. Yang satu statusnya calon istri. Dan yang satunya lagi statusnya sebagai sang nona muda.
"Lebih baik aku bertemu dengan Claudya." Sepertinya Boy sudah memutuskan untuk bertemu dengan Claudya.
Pria itu pun segera merogoh ponsel di saku celananya, dia ingin membalas pesan dari Claudya, karena tadi sore dia tidak sempat membalas pesan dari wanita itu.
[Baiklah, mari kita bertemu _
Boy berhenti mengetik ketika dia teringat bahwa masalahnya dengan Alexa belum kelar. Dia benar-benar ingin segera menyelesaikan masalahnya dengan gadis yang selalu membuat onar itu. Satu-satunya cara meyakinkan semua orang bahwa diantara mereka tidak terjadi apa-apa adalah dengan melakukan pemeriksaan ginekologis terhadap Alexa. Karena percuma saja dia berbicara sampai mulutnya berbusa, tidak akan ada yang mau mendengarkan penjelasannya. Bagaimana kalau ayahnya Alexa memutuskan untuk menikahkan dia dengan gadis tengil itu?
Sehingga Boy memutuskan untuk bertemu Alexa malam ini, sekalian bertemu dengan pemilik sapu tangan yang berwarna biru itu.
[Baiklah, mari kita bertemu malam ini.]
semoga itu boy bukan si asisten Rozi 😬😬
Alexa cuma cocoknya sama Boy😘😁