Hitam tak selamanya buruk dan kotor, putih tak selamanya bersih dan suci. Hidup seorang diri membuat Letnan Rilanggana menjadi pribadi yang keras, dingin dan tidak mudah di taklukkan. Banyak yang tidak paham atau mengerti akan jalan pikir serta 'caranya bekerja'.
Berawal dari pertemuan pertama yang tak terduga, dirinya bertemu dengan adik kesayangan seniornya yang membuatnya kesal. Namun menang taruhan dengan rekannya membuat takdirnya harus mendekati gadis itu kembali.
Niatnya yang hanya bermain-main akhirnya menimbulkan perkara dan harus berhadapan langsung dengan seniornya tersebut. Hingga waktu berganti, kisah masa lalu di antara mereka membuat prahara.
KONFLIK, silakan SKIP bagi yang tidak tahan KONFLIK.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. Penolong baru ( 2 ).
Bang Riga membawa seekor tikus berukuran besar dari ruangan Danyon. Mbak Niken, Lira dan Shita masih gemetar melihat tikus tersebut.
"Kenapa bisa masuk sih, Bang?? Bukannya ruangan Abang ini selalu tertutup rapat??" Tanya Bang Rilo sembari mengusap perut Lira.
"Namanya 'maling' apa ada yang terang-terangan, Ril??" Jawab Bang Ribas.
"Kamu ini kenapa teriak begitu??? Jantung saya rasanya mau lepas." Kata Bang Bayu.
"Tau nih, Lira juga. Sampai rasanya 'tratapan' mikir Lira." Omel Bang Rilo.
"Maaf, Om."
"Om??? Oom?????? Hahahaha.. masih jadi om-om saja kalian???" Tawa Bang Riga renyah terdengar di telinga.
Bang Rilo dan Bang Bayu tidak menjawabnya, hanya saja wajah mereka sudah memerah seperti kepiting rebus.
Tawa Bang Riga masih terdengar nyaring hingga tidak sengaja dirinya menabrak seorang gadis cantik yang kemudian menunduk saat kedua bola mata mereka saling pandang.
"Waaahh.. haii.. siapa gadis cantik ini??" Goda Bang Riga.
"Rigaaa..!!!" Tegur Bang Ribas.
"Siap.. bercanda saja, Danyon..!!"
"Masuk sini Anriya..!!" Ajak Bang Ribas.
Tanpa sadar kaki Bang Riga mengikuti langkah Anriya.
"Kamu ada urusan apa, Rig??"
"Oohh.. aahh.. itu, Bang. Mau ambil permen." Tangan Bang Riga kemudian mengambil permen di dalam toples kecil pada meja kerja Bang Ribas.
Bang Rilo yang melihatnya sampai menggeleng melihat tingkah adiknya.
...
"Kamu jangan main perempuan lagi. Abang sudah malas betul, Rig." Bang Rilo sungguh menegur adiknya.
"Kapan saya main perempuan??? Mereka yang datang dan tergila-gila sama seragam saya, bukan sama saya." Kata Bang Riga.
"Rig, please..!! Abang minta tolong, Abang butuh bantuan mu. Abang punya masalah nggak remeh. Itu yang di perut ada keponakanmu. Tahan sedikit kelakuan minusmu kalau lihat perempuan."
"Abang lihat saya sebejat apa sih sampai bisa bilang begitu???? Saya juga bercita-cita dapat istri sholehah, Bang. Mau saya bengal sekalipun tetap ingin istri dan anak berbanding terbalik dengan kelakuan saya." Jawab Bang Riga kemudian meninggalkan Abangnya.
Bang Bayu yang tau juniornya itu sedang emosi segera mengejarnya.
"Eiitss.. jangan pemarah begitu. Abangmu bicara begitu bukan karena tidak suka. Suami mana yang tidak kepikiran istrinya apalagi sampai ada kejadian seperti ini. Tapi.. Abang mewakili Rilo juga mengucapkan banyak terima kasih banyak atas bantuanmu." Kata Bang Bayu sembari membujuk juniornya.
Bang Bayu merangkul juniornya dan mengajaknya kembali duduk. Secara pribadi memang dirinya salut dengan Letnan Auriga. Juniornya itu pernah mengikuti kegiatan beladiri dan menguasai 'ilmu kebatinan' dalam arti yang sesungguhnya. Kehidupan Rilo dan Riga di masa lalu memang sangat keras membuat mereka melakukan cara apapun untuk bertahan.
Jika saja saat itu tidak ada seorang anggota yang berbaik hati menyelamatkan Rilo dan Riga muda, mungkin mereka akan menggelandang dan menjadi sampah masyarakat tak terselamatkan.
Nama mereka pun pemberian dari orang tua angkat mereka, Letnan Decky.
Untuk menghilangkan jejak dari orang tidak bertanggung jawab. Letnan Decky yang saat itu masih berpangkat Pelda senior mengganti nama Elfarabi menjadi Rilanggana dan Elghiral menjadi Auriga, namun pada kenyataannya kini nama tersebut begitu melekat erat menjadikan kedua pria tersebut menjadi pria yang gagah, tangguh dan penuh wibawa.
"Tolong kami lah, saya juga sangat butuh bantuanmu. Rilo sudah 'stress' dengan keadaannya, hanya kamu yang bisa bantu." Bujuk Bang Bayu.
Bang Riga yang malas segera meninggalkan tempat.
Emosi Bang Bayu pun tersulut seketika. Ia balik menghampiri sahabatnya.
"Kau ini bagaimana, Ril??? Kita butuh bantuan Riga untuk membantu Lira dan Shita. Kenapa kamu malah membuat 'perang' sama Riga?"
"Riga memang ujung granat. Salah sentuh bisa meledak semua." Jawab Bang Rilo. "Sudahlah, nanti Lira dan Shita aku yang urus..!!" Jawab Bang Rilo.
"Aku tidak mau tau dia ujung granat atau pucuk petromax, mau itu meledak atau 'njebluk'.. bujuk adikmu..!! Kita butuh bantuan..!!!" Ucap tegas Bang Bayu.
//
"Anriya sama siapa kesini??" Goda Bang Riga.
"Sendiri, Om."
"Daritadi ko' belum kenalan ya??" Imbuh Bang Riga lagi.
"Kan sudah, Om. Namaku Anriya."
"Tapi kamu belum tau nama saya." Kata Bang Riga dengan senyum mencurigakan.
"Sudah.. itu.. Narotama." Jawab Anriya.
"Eiya ya.. tapi saya nggak pakai nama ini." Ujar Bang Riga.
"Siapa, Om?? Agus??????" Anriya mulai kesal menanggapi Bang Riga yang ribet.
"Hahahaha.. panggil saja begitu kalau kamu suka nama Agus." Senyum Bang Riga mengerjai Anriya.
"Anriya benci nama Agus. Biang kerusuhan."
Seketika tawa Bang Riga pun menghilang.
.
.
.
.
apa Lira dan Sitha ga bisa lepas dr Priyadi??
semoga menjadi Keluarga yg samawa yah Bang Rilo dan Bang Bayu😇
bikin penasaran...
lagi rame ini,
ayo lanjuuut kak 💪💪💪♥️♥️♥️