Sinopsis:
Melia Aluna Anderson, seorang manajer desain yang tangguh dan mandiri, kecewa berat ketika pacarnya, Arvin Avano, mulai mengabaikannya demi sekretaris barunya, Keyla.
Hubungan yang telah dibina selama lima tahun hancur di ulang tahun Melia, saat Arvin justru merayakan ulang tahun Keyla dan memberinya hadiah yang pernah Melia impikan.
Sakit hati, Melia memutuskan untuk mengakhiri segalanya dan menerima perjodohan dengan Gabriel Azkana Smith, CEO sukses sekaligus teman masa kecilnya yang mencintainya sejak dulu.
Tanpa pamit, Melia pergi ke kota kelahirannya dan menikahi Gabriel, yang berjanji membahagiakannya.
Sementara itu, Arvin baru menyadari kesalahannya ketika semuanya telah terlambat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kehancuran Karir
Pagi itu, Arvin melangkah ke kantornya dengan kepala berat. Selama beberapa minggu terakhir, ia merasa ada sesuatu yang salah, tetapi tidak bisa menunjuk apa. Pekerjaannya semakin menumpuk, laporan-laporan yang seharusnya selesai tepat waktu terlambat masuk, dan ada beberapa klien besar yang mulai mengeluhkan pelayanan perusahaan.
Namun, di tengah kekacauan itu, ia tetap mengandalkan Keyla, sekretarisnya, untuk membantu mengatur segalanya. Keyla selalu tampak siap membantu, memberikan senyum manis yang membuat Arvin berpikir ia adalah satu-satunya orang yang bisa ia percaya.
Tapi kenyataan mulai berbicara lain.
---
Siang itu, Arvin dipanggil oleh CEO perusahaan tempatnya bekerja, Mr. Bernard. Suara dingin asisten CEO di telepon sudah membuatnya gelisah.
Ketika ia masuk ke ruang rapat, Mr. Bernard sudah duduk di kursinya, bersama beberapa anggota dewan direksi. Ekspresi mereka serius, tidak ada tanda-tanda ramah seperti biasanya.
“Arvin, duduk,” kata Mr. Bernard dengan nada tegas.
Arvin merasa sesuatu yang besar akan terjadi. Ia duduk, mencoba menjaga wajah tetap tenang.
“Arvin, kami telah menerima laporan tentang beberapa pelanggaran serius dalam proyek yang kamu tangani,” kata Mr. Bernard tanpa basa-basi.
Arvin terkejut. “Pelanggaran, Pak? Maksud Anda apa? Semua proyek yang saya tangani berjalan sesuai prosedur.”
Mr. Bernard menyerahkan setumpuk dokumen ke meja. “Ini laporan yang kami terima. Ada penyimpangan keuangan yang signifikan dalam dua proyek besar. Klien juga mengeluhkan adanya informasi rahasia perusahaan yang bocor.”
---
Arvin membaca dokumen-dokumen itu dengan cepat, keringat mulai bercucuran di dahinya. Semua bukti mengarah pada satu hal: penyimpangan ini seolah-olah dilakukan atas instruksinya.
Namun, saat membaca lebih dalam, ia menemukan sesuatu yang mencurigakan. Ada tanda tangan elektroniknya di beberapa dokumen, tetapi ia yakin tidak pernah menandatanganinya.
“Pak, ini tidak mungkin. Saya tidak pernah menandatangani dokumen-dokumen ini,” kata Arvin dengan suara bergetar.
“Saya harap kamu bisa memberikan penjelasan, Arvin,” jawab Mr. Bernard, nadanya masih dingin.
Saat itu juga, Arvin teringat pada Keyla. Sebagai sekretaris, Keyla memiliki akses ke semua dokumen pentingnya. Ia juga yang mengatur banyak hal, termasuk mengirimkan laporan-laporan.
“Pak, saya perlu waktu untuk menyelidiki ini lebih lanjut. Saya yakin ada kesalahan, dan saya curiga seseorang menyalahgunakan akses mereka,” kata Arvin, mencoba tetap tenang.
---
Arvin kembali ke ruang kerjanya dengan perasaan kacau. Ia memanggil Keyla, yang datang dengan senyum manis seperti biasa.
“Ada apa, Pak?” tanya Keyla dengan nada lembut.
Arvin memandangnya tajam. “Keyla, aku ingin kamu jujur. Apakah kamu tahu sesuatu tentang penyimpangan di proyek-proyek yang sedang kita tangani?”
Wajah Keyla berubah sedikit, tetapi ia cepat-cepat menutupinya dengan senyuman. “Tentu saja tidak, Pak. Saya hanya melakukan tugas saya.”
Namun, Arvin tidak bodoh. Ia mulai menyadari bahwa ada sesuatu yang disembunyikan Keyla.
“Keyla, aku ingin kamu menyerahkan semua dokumen asli dari proyek itu. Sekarang,” kata Arvin, nadanya tegas.
Keyla terlihat gugup. “Pak, dokumen-dokumen itu ada di komputer Anda. Saya hanya mengirimkannya sesuai arahan Anda.”
“Arahan dariku?” Arvin menyipitkan matanya. “Jangan coba-coba memutarbalikkan fakta, Keyla. Aku tahu kamu punya akses ke semua ini.”
Merasa terpojok, Keyla akhirnya menunjukkan sisi aslinya. Ia tersenyum sinis. “Baiklah, Pak Arvin. Apa gunanya saya menjelaskan, kalau pada akhirnya Anda juga akan disalahkan?”
“Jadi, benar kamu yang melakukan ini?” tanya Arvin dengan nada marah.
Keyla menyilangkan tangan di dadanya. “Saya hanya memanfaatkan kesempatan, Pak. Anda terlalu sibuk dengan urusan pribadi, bahkan tidak memperhatikan apa yang saya lakukan. Semua ini kesalahan Anda juga.”
---
Kemarahan Arvin memuncak, tetapi sebelum ia sempat bertindak lebih jauh, Keyla meninggalkan ruangannya dengan penuh percaya diri.
Arvin merasa hancur. Ia tahu bahwa Keyla telah mengkhianatinya, tetapi ia juga sadar bahwa posisinya dalam perusahaan sekarang berada di ujung tanduk.
Keesokan harinya, Arvin dipanggil kembali ke ruang rapat. Kali ini, keputusan berat diambil.
“Arvin, setelah mempertimbangkan semua bukti, kami memutuskan untuk menghentikan sementara jabatanmu sebagai manajer. Kami akan melakukan investigasi lebih lanjut,” kata Mr. Bernard dengan nada dingin.
Arvin tidak bisa berkata apa-apa. Semua yang telah ia bangun selama bertahun-tahun hancur dalam sekejap.
---
Saat meninggalkan kantor, Arvin merasa dunia runtuh di sekelilingnya. Ia berjalan tanpa tujuan, mencoba memahami apa yang baru saja terjadi.
Ia tidak hanya kehilangan pekerjaannya, tetapi juga kehilangan Melia. Dan sekarang, ia sadar bahwa semua ini terjadi karena keputusannya yang salah: membiarkan Keyla masuk ke dalam hidupnya dan mengabaikan orang yang benar-benar mencintainya.
Malam itu, Arvin duduk sendirian di apartemennya. Ia menatap foto-foto lama bersama Melia yang masih tersimpan di ponselnya.
"Melia, aku benar-benar bodoh. Aku telah menyia-nyiakanmu," pikirnya sambil menahan air mata.
Penyesalan mulai menghantuinya, tetapi ia tahu bahwa semuanya mungkin sudah terlambat untuk diperbaiki.
To Be Continued...