Zetian seorang karyawan perusahaan, ketika ingin beristirahat setelah menyelesaikan pekerjaannya, tanpa disadari jiwanya dipindahkan kedunia kultivator dan masukkan ketubuh Wang Peng seorang pangeran dari kerajaan api yang saat itu tengah dalam keadaan kritis.
Akankah ia berkembang di dunia yang kejam itu dan menjadi kuat atau menjadi sampah yang tidak berguna dan diinjak injak orang lain.
Ikuti petualangannya di immortal universe
Follow Ig Author (@catur_arjer)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon catur Wahyudi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch. 30 Kitab Sejuta Kenangan
" Ini perpustakaan atau pemakaman? kenapa disini sepi sekali?" Ucap Wang Peng keheranan, dilihat darimanapun perpustakaan sakte lebih besar dan luas dibandingkan dengan perpustakaan di kerajaan, akan tetapi hanya ada beberapa orang saja yang saat ini tengah santai membaca buku.
" Mungkin karena mayoritas penghuni disakte ini adalah kultivator jadi mungkin mereka terlalu sibuk untuk meningkatkan kultivasi mereka Peng gege" Ucap Xin Rou sambil memperhatikan sekeliling.
" Hahh.... Padahal buku merupakan jendela ilmu, Apakah mereka melupakan akan hal itu" Ucap Wang Peng menghela nafas panjang.
" Kau benar anak muda, sebenarnya ilmu lebih hebat daripada kuktivasi tetapi kebanyakan orang melupakan akan hal yang amat penting tersebut" Ucap Seorang pria sepuh yang yang bertugas sebagai pustakawan di sana.
" Maaf, Kakek siapa ya?" Tanya Wang Peng pada pria sepuh itu.
" Oh maaf aku lupa memperkenalkan diriku, namaku Za Hailong tetua ke 21" Ucap pria sepuh itu memperkenalkan dirinya.
" Maaf tetua, aku tidak mengetahui bahwa anda adalah seorang tetua" Ucap Wang Peng menangkupkan tangannya meminta maaf.
" Tidak masalah, Aku mengharapkan semua murid disini memiliki minat baca yang tinggi sepertimu nak..., Ehh siapa namamu?"
" Nama saya Wang Peng tetua dan dia bernama Xin Rou" Ucap Wang Peng memperkenalkan diri.
" Wang Peng sepertinya aku pernah dengar nama itu" Ucap tetua Za Hailong sambil mengelus dagunya mencoba memikirkan sesuatu.
" Ah... kau orang yang memiliki seratus persen qi murni" Ucap Tetua Za Hailong.
Wang Peng yang mendengar itu sampai tersedak ludahnya sendiri, bagaimanapun dia tidak pernah memberitahukan hal ini kepada orang lain selain kedua orang tuanya.
" Ba...bagaimana kau bisa tahu tetua?" Ucap Wang Peng menjadi salah tingkah.
" Semua tetua sudah tahu akan hal tersebut, dan kau tak perlu khawatir akan ada yang membahayakan dirimu disakte" Ucap tetua Za Hailong mencoba menenangkan Wang Peng yang sudah mulai panik.
Xin Rou yang tidak mengerti apa yang mereka bicarakan menjadi tertarik untuk mengetahuinya.
" Peng gege apa itu qi murni?" Tanya Xin Rou.
" Ti....Tidak ada apa apa Rou'er, mari kita memilih buku untuk dibaca" Ucap Wang Peng segera menarik tangan Xin Rou.
" Dasar anak muda zaman sekarang" Ucap tetua Za Hailong kemudian kembali menyusun beberapa buku.
Sebenarnya Wang Peng masih ingin tahu dari mana para tetua mengetahui tentang qi murni yang dimilikinya, tetapi ia mengurungkan niatnya sebab ada Xin Rou bersamanya.
" Disini tidak ada kitab jurus sama sekali, mungkin itu alasannya sedikit orang yang datang ke perpustakaan ini" Guman Wang Peng sambil mengelus dagunya.
Wang Peng menelusuri beberapa buku hingga pandangannya mengarah pada sebuah buku yang sudah nampak usang.
Entah kenapa Wang Peng justru lebih tertarik dengan buku yang usang, mungkin karena sebelumnya ia mendapatkan harta yang tak bernilai harganya dari sebuah buku yang nampak usang.
Wang Peng mengambil buku itu dan melihat judul yang terdapat pada halaman depan buku itu.
" 'Kitab sejuta Kenangan' Huruf ini dari bumi, apakah mungkin?" Ucap Wang Peng memperhatikan buku yang ada ditangannya, kemudian membalik halaman demi halaman untuk melihat huruf pada buku tersebut.
" Tidak salah lagi, ini pasti hari keberuntunganku" Guman Wang Peng.
" Tetapi kenapa ada kitab jurus disini" Guman Wang Peng.
" Ah...lupakan mungkin karena tidak ada yang bisa membacanya makanya mereka menyimpannya disini" kemudian Wang berjalanmenghampiri Xin Rou yang sedang memilih buku.
####
" Sebenarnya apa yang dibicarakan tetua Za Hailong dengan Peng gege" Guman Xin Rou sambil mencari buku yang membuatnya tertarik.
" Rou'er apakah kau sudah memilih buku?" Tanya p emuda yang sedang berjalan menghampirinya yang tak lain adalah Wang Peng.
" Aku belum menemukan buku yang kuinginkan" Ucapnya sambil memilih buku.
" Ketemu" Ucap Xin Rou menunjukkan buku itu kepada Wang Peng.
" Buku resep?"
" Hmm... aku ingin belajar memasak saat ini!" Ucap Xin Rou menganggukkan kepalanya dengan semangat.
" Baiklah mari kita temui tetua Za untuk meminjam buku ini" Ucap Wang Peng.
Mereka segera pergi menemui tetua Za Hailong untuk meminjam buku yang mereka pilih.
Setelah meminjam buku, Wang Peng dan Xin Rou berpisah untuk kembali menuju kamar masing-masing.
Didalam kamar Wang Peng segera menutup pintu dan menguncinya ia tidak ingin ada yang menganggunya saat ia sedang membaca buku.
" Baiklah buku seperti apa kali ini" Ucap Wang Peng mulai membolak-balikkan halaman demi halaman.
Ketika Wang Peng membalik balikkan halaman ia mengerutkan keningnya, pasalnya tiap halaman pada buku memiliki isi yang sama persis.
" Apa-apaan ini, kenapa halamannya sama persis, ah sudahlah lebih baik aku baca saja" Ucap Wang Peng kemudian mulai membaca buku itu.
" Kuikat ilmu menjadi satu untaian buku, pelita penerang kala dilanda kegelapan, ilmu lebih tajam daripada pedang, lebih kuat daripada berlian, keindahannya melebihi syurga, keberuntungan bagi yang mendapatkan, kuwariskan ingatan tentang kehidupan kepada orang yang ditakdirkan" Demikian isi dari buku tersebut.
Setelah selesai membaca buku kepala Wang Peng seakan mau pecah karena dimasuki oleh jutaan pengetahuan.
"Arggggg!!!!" Wang Peng berteriak sangat keras menahan rasa sakit dikepalanya, saat semua pengetahuan itu masuk kedalam kepalanya.
Proses itu berlangsung selama beberapa menit.
Ketika proses itu selesai Wang Peng Segera terjatuh tak sadarkan diri di kasurnya.
🔥 🔥 🔥
jika kalian suka dengan immortal universe jangan lupa like, komen dan vote ya
**TERIMAKASIH**