Sinopsis: Namaku Ebby Zahran. aku seorang OB di sebuah rumah sakit besar, aku selalu di salahkan oleh kakak tiriku, bahkan aku selalu di jadikan layak nya seorang babu. padahal aku putra kandung keluarga mamah. aku putra kedua dari mamah, papah ku sudah tiada, aku kira setelah mamah menikah lagi aku akan bahagia mempunyai kakak tiri . kakak tiriku putra kandung dari papah tiriku. mamah dan papah tiriku belum di karuniai anak.
aku juga belum pernah mendapatkan kebahagiaan dari kakak ku. dia selalu acuh, aku tak tau apa yg membuat nya seperti itu.
Ikuti kisah ku ini, semua tak mudah untukku.
hanya untuk hiburan semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon delita bae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ep 16" Hujan
Aku terjebak hujan saat ingin kembali ke rumah sakit, aku kira hujan nya tidak semakin deras ternyata aku salah, diriku masuk ke warung nasi yg ada di pinggir jalan, belanjaan ku aku bawa masuk
Jderrr!!" petir mulai menyambar ,membuat kilatan terlihat jelas aku berkedip sedikit terkejut, seketika tubuh ku bergetar, rasa takut dan kaget menjadi satu. Aku duduk di bangku panjang sambil memeluk lutut.
bukan tanpa alasan aku takut dengan petir, karna ada kejadian kelam yg pernah terjadi pada ku.
Keringat dingin mulai keluar, membasahi wajah ku, rintik hujan yg tadinya hanya satu tetes kini berubah menjadi deras.
" Nak, nggak papa kan?" Suara pria setengah baya mendekat, lalu menepuk pelan pundak ku, aku pun langsung menoleh.
" Nggak pak, aku hanya kaget aja" Aku menjawab dengan bergetar.rupa nya beliau pemilik warung itu.
" Syukur lah, sementara ujan nya belum reda kamu di sini aja dulu, takut nya hal nggak di inginkan terjadi" Ucap nya sambil menarik satu pintu yg tadi nya terbuka lebar kini hanya tinggal sebagian saja.
" Makasih pak" aku tersenyum, plastik berisi belanjaan itu aku dekat kan lagi. Tak terasa dua butiran bening jatuh tanpa permisi. Aku mengingat saat aku lihat seorang anak kecil yg ketakutan waktu hujan deras bersama mamah nya, hingga sang mamah memberikan pelukan hangat untuk nya , aku ingin seperti itu, tapi nyatanya tidak terjadi.
Aku hanya bisa meratapi semua nya dengan air mata ku yg tak lagi bisa menjadi penarik hati mamah .
Satu jam berlalu, hujan masih deras, bahkan petir itu kembali menyambar pohon yg besar di seberang jalan.
Jderrr!!" suara itu makin kencang, membuat ku terlonjak kaget, aku mengeratkan lulut ku agar tidak takut.
Lalu seorang pria dengan jalan yg mengendap - endap mendekati ku, dia memakai jas hujan berwarna coklat, sandal warna biru, aku lihat peragai nya sudah tidak asing buat ku, tapi aku belum bisa melihat jelas nya karna pria itu memakai helm.
" Ayo sayang!" Suara itu mulai terdengar, aku langsung beranjak dari duduk ku, tak lupa membawa belanjaan itu.
" Papah" Aku memeluk nya dengan erat, ternyata itu papah, beliau memang tau kalau aku sangat takut dengan petir.
Papah hanya tersenyum, merangkul pinggang ku, dengan cepat beliau membawa ku ke motor nya.
" Pah ,kok naik motor sih?" aku memecahkan keheningan sambil naik ke motor trail hitam itu.
" Hehehe.....papah lagi pengen naik motor, jadi inget masa muda dulu" papah memasang jas hujan warna abu itu ke tubuh ku.
" Oh, ayo kita pulang! Aku udah nggak kuat pengen salin dingin soal nya" Aku sudah duduk manis di motor sambil mendekap kuat perut nya.
" Oke" papah langsung tancap gas, dengan cepat sudah sampai di rumah. Pintu sudah terbuka, aku segera turun dan masuk.
" Anak kesayangan emang gini ya, bisa nya bikin susah aja!!" celetuk kak Adi sambil nyemil snack kesukaan nya .
" Udah, jangan di denger , ayo kita masuk" papah merangkul ku sambil mempercepat langkah nya, kak Adi hanya diam sambil melangkah kembali menuju sofa ruang tamu.
Aku sudah sampai di kamar, aku dengan cepat membuka jas hujan yg basah itu lalu meraih handuk yg tersampir di kapstok.
Air hangat sudah siap, di kamar mandi, rupanya yg memasak air itu adalah nenek. beliau tidak mau kalau aku sampai sakit.
Aku mandi dengan cepat, setelah mandi aku melangkah ke dekat lemari.
Setelah salin aku duduk menyandar ke ranjang, memandangi foto keluarga, rasa nya hati ini sudah tidak sanggup untuk menerima kenyataan yg begitu pahit .