Sekar ayu terpaksa harus jadi pengantin menggantikan kakaknya Rara Sita yang tak bertanggung jawab.Memilih kabur karena takut hidup miskin karena menikahi lelaki bernama Bara Hadi yang hanya buruh pabrik garmen biasa.
Namun semua kenyataan merubah segalanya setelah pernikahan terjadi?!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shania Nurhasanah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB LIMA
Bara dan Sekar telah sampai dikontrakkan yang terlihat gelap karena lupa dinyalakan, meskipun kecil namun sangat asri tertata bunga di pot juga pohon mangga depan menambah keindahan rumah rasanya Sekar tak sabar ingin segera melihat ke dalam rumah pasti bagus juga,pikirnya.
Saat bara mengeluarkan kunci dari dalam kantong celana lalu ia buka pintu kontrakan membuat Sekar yang kesenangan langsung memberengut kesal
"Bener bener dah, ini kontrakan apa kandang ayam jorok bener bungkusan jajan dimana mana, bantal juga selimut berantakan apalagi sisa rokok gak tau tempat. Astaga bikin jadi pengen hujat aja rasanya ganteng doang kalau jorok mah buat apaan dah percuma," julid Sekar dalam hati.
"Sorry masih berantakan gue lupa beresin tadi bangun kesiangan jadi gak sempet beresin."
"Tenang aja mas bara aku ngerti kok." Walau dalam hati ngomel.
"Lo, gapapa tinggal disini? soalnya duit gue gak cukup untuk kontrakan yang agak gede. Apalagi, gue makan pesan mulu gara gara gak bisa masak."
"Gak papa kok, kalau gitu aku beresin ini dulu mas Bara."
"Ya udah, gue ke kamar mandi bentar."
Lalu Sekar langsung membereskan tempat tinggal bara, saat asik beres beres ia melihat segitiga mengintip dibawah bantal membuat matanya jadi melotot lalu ia mengangkatnya sedikit keatas.
"ya ampun ternodai ini mata suci apalagi ukurannya gede, astaghfirullah sadar Sekar sadar jangan jadi mesum"
"Ngapain kamu?" ucap bara saat melihat apa yang dipegang Sekar buru buru ia mengambilnya.
"Saya saya gak sengaja, mas Bara. Tadi saya nemu dibawah bantal," ungkap Sekar dengan terbata bata menjelaskan.
"Oh ya udah, salah gue nyimpen sembarangan biar gue simpan di keranjang laundry dulu."
Mata Sekar terus mengikuti gerakan Bara, yang melangkah ke pojok ruangan dimana keranjang yang dimaksud Bara berada.
"Mas Bara suka ke laundry gak nyuci baju sendiri," cicitnya namun masih didengar Bara karena tempat yang kecil.
"Gak, enggak bisa gue, sejak kapan juga gue nyuci, biasanya dirumah suka pake pembantu sekarang aja yang gak pake mau beli mesin cuci males gak tau caranya."
"Kan ada tutorial di hp, mas. Belajar dari sana masa mas gak tau," heran, padahal katanya orang kaya masa gak tau ada Mbah Google.
"Lagian kalau gue beli juga, disini gue cuman enam bulan apalagi udah ke potong sebulan jadi tinggal sisa lima bulan lagi. Hah gak nyangka gue bisa juga hidup gini berat juga pingin cepat selesai rasanya"
"Mas, saya boleh tanya?"
"Tanya aja, asal jangan tanya aneh aneh."
"Itu pekarangan rumah siapa yang beresin, mas bara suka nyapu diluar?"
"Siapa bilang, bukan gue itu tetangga sebelah yang gue bayar. Katanya butuh tambahan duit ya gue tolong dengan syarat asal dia mau bersihin halaman. Kecuali di dalam rumah karena gue kurang suka kalau ada yang ganggu privasi gue."
"Oh gitu."
"Udah, beres beres nya"
"Belum, mas."
"Gue mau ngerokok diluar dulu kalau gitu," ucapnya, sambil mengambil korek dan rokok di dekat jendela langsung pergi keluar.
Ketika asyik dengan kesenangannya, Bara dikejutkan dengan kehadiran tetangganya yang tau tau nongol.
"Mas! yang tadi ikut siapa? pacar."
"Bukan, istri."
"Berarti pacar?"
"Ya itu istri gue lah" jawabnya nge gas
"Tadi, katanya bukan istri,"herannya.
"Astaga! kenapa gue tetanggaan sama lo sih bikin darah tinggi aja."
"Lah, kenapa nyalahin saya kan mas yang salah."
"Salah lo, nanya gue,"sarkas bara dengan nada tinggi
Sekar langsung keluar rumah karena mendengar suara adu urat untuk memeriksa keadaan takut terjadi keributan di depan.
"Mas ada apa?" sambil melihat kearah dua orang tadi yang adu mulut.
Lalu bara menunjuk tetangganya, "dia bikin gue emosi pingin makan orang."
"Jangan mas saya cuman satu kasian ibu saya kalau saya gak ada" balasnya, sambil melindungi diri.
"Gak nanya gue, Supri."
"Nama saya Sutrisno, mas. Kok diganti jadi Supri?"
"Suka suka gue lah, udah lah gue kedalam aja pusing gue ladenin elo."
Setelahnya, Bara langsung masuk rumah. Lalu Sekar mendekat kearah tetangganya tersebut.
"Mas, saya minta maaf atas kelakuan suami saya yah."
"Ah, dah biasa mbak suaminya gitu gak aneh saya mah, untung mbak nya sabar cocok jadi air buat matiin api semoga langgeng yah nikah nya."
"Amin, mas."
"Kenapa masih ngobrol sama si Supri? ayo masuk kedalam."
"Iya, sebentar."
"Tuh, udah dipanggil suami buat malam pertama kayaknya hihi" sambil berlalu masuk rumahnya.
"Ada ada aja tetangga," ucap Sekar, sambil geleng-geleng kepala dengan pipi memerah.
"Kenapa pipi merah? sakit" tanya Bara khawatir, saat Sekar masuk juga ke rumah.
"Hah enggak kok, mas," sangkalnya sambil memegang kedua pipinya.
"Tapi pipi nya merah, masa lu salah tingkah gara gara si Supri," heran Bara melihat istri seperti kesenangan digodain Sutrisno.
"Udah, ah. Aku mau ke kamar mandi dulu" sambil melangkah ke kamar mandi.
"bukan sama Supri, tapi gara gara digoda hari ini malam pertama kita. Kenapa jadi mikir ke arah sana sih panas lagi kan pipiku" ucapnya dalam hati.
"Mas aku tidur dimana?" tanyanya, setelah keluar dari kamar mandi.
"Di sebelah gue nih" balasnya sambil menepuk nepuk kasur yang disebelah nya.
Lalu Sekar langsung merebahkan badannya perlahan di kasur sambil melirik ke sana kemari.
"Ngapain? tengok sana sini."
"Cari selimut, mas. Siapa tau masih ada."
"Gak bakal ada, dicari kemanapun juga soalnya cuman ada satu ini yang di pake." sambil memberi sebagian selimutnya
"O... o,gitu," ucapnya tergagap, lalu menarik selimut yang diberikan Bara. Terjadi kecanggungan diantara keduanya.
"Lo, jangan berharap gue bakal sentuh sekarang. Karena gue belum cinta sama lo, gak mungkin gue lakuin itu tampa perasaan," ungkapnya.
"Iya, mas Bara."
"Gue harap lo bisa ngerti."
"Aku ngerti kok."
"Ya udah, tinggal tidur sekarang," perintahnya, sambil membalikan badan memunggungi Sekar.
Sekar hanya mampu terdiam melihat punggung lebar Bara.
"Astaga kalau dipeluk pasti hangat itu, nyaman juga kayaknya. Badan aku yang kecil dilingkupi badan besar Bara. Jangan lama lama ya, cepat cinta sama aku biar kita bisa tidur sebenarnya. Ck ngomong apa aku," bisiknya dalam hati, segera ia merubah posisi memunggungi bara juga langsung jatuh tertidur.
Adzan subuh berkumandang, Sekar yang ingin bangun tertahankan. Badannya terasa berat karena ditimpa benda berat, saat membuka mata terlihat lengan Bara yang memeluknya erat. Membuat jantung Sekar dag dig dug tak karuan.
"Ngomong nya jangan deket-deket, tapi akhirnya di peluk juga aku, dasar manusia seribu gengsi," gerutu nya dalam hati
"Mas, mas," panggil Sekar sambil menggoyangkan badan Bara.
"Apa?" sambil tak sadar kembali mengeratkan pelukan yang sempat mengendur.
"Bangun, udah subuh, salat."
"Ya udah tinggal salat aja."
"Tangan mas bara lepasin."
"Orang gak ngapain juga," ucapnya masih tak sadar.
"Mas Bara meluk aku erat banget "
"Hah?! meluk." Saat membuka mata langsung tersadar apa yang ia lakukan lalu melepaskan.
"Maaf maaf gue gak sadar udah meluk elo, gak sengaja kayaknya waktu tidur," kilahnya sambil beranjak bangun, "kalau gitu gue ke kamar mandi duluan," tambahnya.
"Gak sadar katanya bilang aja nyaman gitu meluk aku alasan mulu huh," gerutunya pelan
paksa hancurkan pernikahan anaknya..