Nia tak pernah menduga jika ia akan menikah di usia 20 tahun. Menikah dengan seorang duda yang usianya 2 kali lipat darinya, 40 tahun.
Namun, ia tak bisa menolak saat sang ayah tiri sudah menerima lamaran dari kedua orang tua pria tersebut.
Seperti apa wajahnya? Siapa pria yang akan dinikahi? Nia sama sekali tak tahu, ia hanya pasrah dan menuruti apa yang diinginkan oleh sang ayah tiri.
Mengapa aku yang harus menikah? Mengapa bukan kakak tirinya yang usianya sudah 27 tahun? Pertanyaan itu yang ada di pikiran Nia. Namun, sedikit pun ia tak berani melontarkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon m anha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebahagiaan Faris
Saat ini Faris tengah menyiapkan beberapa keperluan yang akan digunakannya sesuai dengan petunjuk Nia, walau ia harus mengobrak-abrik dapur, akhirnya ia menemukan barang-barang yang dibutuhkannya. Seperti oven, mixer dan juga peralatannya lain yang dibutuhkan untuk membuat kue coklat yang di minta Nia.
"Oke, sekarang bahan-bahannya lagi," ucap Nia kemudian ia pun meminta Faris mencari beberapa bahan untuk membuat kue seperti tepung, gula, telur, coklat dan bahan-bahan kue yang lainnya.
Faris kembali mengacak-acak dapur mencari bahan yang di maksud Nia. Saat itu Nia bisa melihat semua itu ada di sana di mana koki yang bekerja di rumah itu selalu membuat menu-menu masakan berbeda, begitupun dengan dessertnya.
Setelah mencari, akhirnya Faris pun menemukannya. Sementara itu, Nia hanya duduk di kursi tinggi yang ada di meja dapur, lagi-lagi ia hanya memerintah, meminta Faris memasukkan gula dan juga telur ke dalam wadah dan meminta untuk mengocoknya.
Faris yang tak pernah mengocok menggunakan mixer langsung menggunakan putaran yang paling kencang, membuat telur itu kini berhamburan keluar dari wadah karena Faris menggunakan wadah yang cukup kecil. Bahkan, sebagian telur terpercik ke pakaiannya, Nia tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi suaminya.
"Ayo, Mas. Ambil telurnya lagi," ucap Nia menunjuk ke beberapa telur ya masih utuh di sampingnya. Faris kembali berusaha memecahkan telur itu dengan sempurna, setelah semua telur sudah kembali dipecahkannya dengan jumlah yang sesuai dengan yang di sebutkan Nia, Faris mengambil wadah yang lebih besar dan menukarnya dengan wadah yang tadi. Faris pun mulai mengocoknya dengan putaran pelan, kesalahan yang tadi kini diperbaikinya di percobaan kedua ini, Nia yang mengangguk-angguk melihat usaha suaminya.
"Iya, Mas. Seperti itu, kocok sampai adonannya mengembang," ucap Nia membuat Faris hanya memberi isyarat dengan membentuk huruf o dengan menautkan jari telunjuk dan ibu jarinya sambil terus mengocok adonan yang ada di depannya.
Bibi yang tidur di lantai 1 di dekat dapur mendengar kegaduhan yang terjadi di dapurnya, ia pun keluar dan alangkah terkejutnya dia melihat majikannya yang selama ini bahkan tak pernah menginjakkan kaki di dapur kini terlihat mengocok adonan kue. Ia pun menghampirinya dengan ragu-ragu.
"Bapak sedang apa?" tanyanya.
"Selamat malam, Bi. Maaf mengganggu tidur Bibi ya?" ucap Nia. Bibi langsung melihat ke arah Nia yang tadi tak sempat diperhatikannya.
Bibi sudah tahu jika majikannya itu sedang hamil dan mungkin saja ini adalah permintaan calon bayinya.
"Ibu mau makan sesuatu? Biar Bibi saja yang membuatnya," ucap bibi menawarkan diri. Namun, Nia menggeleng.
"Nggak usah, Bi. Bibi istirahat saja, aku sudah punya koki," ucap Nia menunjuk ke arah Faris yang tengah fokus pada adonan yang sudah mulai mengembang di depannya itu.
Bibi bingung harus bersikap seperti apa, apakah melakukan apa yang diminta Nia untuk kembali ke kamar dan beristirahat atau membantu majikannya itu. Tapi, setahu bibi biasanya sang istri tak ingin jika dibuatkan oleh yang lainnya, jika memang ia ingin dibuatkan oleh ayah dari bayinya.
Bibi yang bingung akhirnya memilih hanya berdiri di samping tuannya dan mengerjakan apa yang diminta oleh Faris. Seperti membersihkan telur dan gula yang tadi sempat tercecer saat percobaan pertama.
"Mas, sepertinya itu sudah mengembang, masukkan terigu dan coklatnya," ucap Nia menunjuk kedua bahan yang ada di sampingnya. Nia tadi sudah membantu menakar kedua bahan tersebut, sehingga Faris hanya tinggal menambahkannya ke adonan dan sambil terus mengocoknya.
Sementara itu, bibi yang melihat cetakan kue yang sudah disiapkan oleh tuannya berinisiatif sendiri untuk mengolesi mentega agar saat memasak kuenya nanti ke dalam cetakan tersebut adonannya tak akan melekat saat setelah matang.
"Ini apa lagi?" tanya Faris setelah dirasanya adonan tersebut sudah tercampur sempurna.
Nia hanya menunjuk cetakan yang dipegang oleh bibi.
"Itu sudah selesai, Bi?" tanya Faris saat melihat apa yang dilakukan bibi pada cetakannya.
"Iya, ini sudah selesai,Pak" ucap bibi memberikan cetakan tersebut dan membantu Faris untuk meratakan adonan yang tadi telah dikocoknya dan di masukkan ke dalam cetakan tersebut, bibi juga sudah memanaskan oven untuk memanggangnya.
"Ini sudah selesai, tinggal dipanggang kan?" ucap Faris membuat Nia pun mengangguk.
"Bi, ada hiasan kue lain, tidak?" tanya Nia membuat bibi pun mengambil beberapa hiasan kue dan memberikannya di atas adonan tersebut, tak lupa dia juga meminta Faris untuk membuat jus setelah memasukkan adonan kue tersebut ke dalam oven.
"Kamu mau jus apa?" tanya Faris, karena biasanya jika Nia memakan kue itu akan ditemani oleh jus apel.
"Ada buah apel nggak. Bi?" tanya Nia membuat bibi dengan sigap mengambil beberapa buah apel yang diinginkan Nia.
"Ini, Bu. Ada beberapa," ucap bibi membawa 5 buah apel yang tersisa di dalam kulkas.
"Biar saya buatkan Bu," ucap bibi.
"Nggak usah, biar saya saja yang buat kan," ucap Faris mengambil buah tersebut, mencuci dan mulai membuat jus. Tentu saja bibi tak tinggal diam, ia membantu mengambilkan bahan-bahan yang lainnya yang dibutuhkan dan juga menyiapkan gelas.
Jus sudah selesai, Faris meletakkannya di depannya. Nia mencicipinya dan memberikan jempol kepada Faris, mereka pun terus berbincang-bincang sambil menunggu kue coklat yang dipanggangnya.
Bibi bantu membereskan kekacauan yang dibuat oleh Faris dan begitu kuenya matang, bibi kembali mengangkat dan meletakkannya di piring kue yang diinginkan Nia. Mata Nia pun jadi berbinar senang saat bibi meletakkannya di depannya.
"Wah, rasanya pasti enak," ucap Nia yang mengibas-ngibas aroma kue tersebut untuk menghirupnya.
Faris mengambil pisau yang diberikan oleh bibi dan 2 buah piring, Faris mengiris dua potong kue tersebut dan memberikannya kepada Nia dan untuknya. Tiba-tiba, ia juga ingin makan apa yang tadi telah dibuatnya dengan susah payah, begitu keduanya bersama-sama mencoba keduanya saling menatap.
"Rasanya enak, ya," ucap Faris membuat Nia pun menggangguk.
"Iya, rasanya Enak, Mas." Keduanya pun makan kue coklat itu sambil terus mengobrol dengan ditemani jus apel. Bibi yang melihat majikannya nya itu tak memiliki minuman, berinisiatif untuk membuat kopi dan meletakkannya di depan majikannya.
"Bibi tidur saja, ini sudah larut malam, Bi," ucapnya membuat bibi pun mengangguk dan berjalan masuk ke kamarnya.
Bibi sesekali ia melihat ke arah Faris dan juga Nia. Bibi sudah lama bekerja di rumah itu bahkan saat Faris belum menikah dengan Raya, ia tahu betul seperti apa kehidupan di rumah itu dan ia ikut bahagia saat melihat salah satu majikannya itu kembali bahagia setelah mengalami masa sulit yang menimpa pernikahannya terdahulu.
Setelah menghabiskan sepotong kue coklat yang tadi dibuat Faris, keduanya pun kembali ke kamar mereka.
Setelah berhasil memakan makanan yang di inginkannya. Barulah Nia bisa tidur dengan nyenyak,
Faris ikut berbaring sambil terus mengusap perut istrinya. Ia sudah tak sabar ingin bertemu dengan bayi mereka, hari ini kehamilan sang istri merupakan kabar bahagia untuknya.
sukses selalu author