.
.
.
Queen Adena Sasikirana Arundati,
seorang gadis cantik hidup di desa, tidak ada yang tau identitas sebenarnya kecuali sang ibu kandungnya saja (Dewi mustika), misteri kisah Dewi itu disimpan serapat-rapatnya.
mereka bahagia hidup di desa terpencil, berteman dengan binatang buas dan bergaul dengan alam.
suatu hari terjadi masalah yang membuat Nana harus ke Kota dan tujuan utama Nana adalah mencari tau siapa Papa kandungnya, Nana tidak suka konspirasi yang membuat hidup Mamanya menderita, mudah bagi gadis itu menemukan identitas Ayah kandungnya.
gadis yang tangguh, siapa Pria yang tidak akan jatuh hati padanya? Tuan Muda Arkatama jatuh cinta pada Gadis itu terlebih lagi saat tau identitas gadis tersembunyi di desa itu.
Nana kembali ingin membalas orang yang berani menyakiti hati Mamanya, Nana adalah gadis Ceria dan periang tapi jika dirinya sudah diusik, dendam !! Nana gadis yang sangat pendendam hingga bertekad untuk membalas perbuatan orang yang menyakiti ibu nya.
.
.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sucii Amidasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
pura-pura lupa
.
.
.
selama beberapa hari Nana merawat Pria misterius itu, ia mencari tau identitas Pria itu dengan kemampuan Peretasnya yang patut diacungi jempol.
"Devano? Tuan Muda Devano Darendra Arkatama? woww..! dia orang hebat". gumam Nana tersenyum tipis saat tau identitas Pria yang ia tolong.
"Nana? ". panggil seorang Pria pemilik Komputer yang disentuh Nana.
Nana mematikan semua komputer milik Uzi, ia juga sudah menghapus jejak surelnya.
"kamu cari apa sih? ". tanya Uzi penasaran sambil celingukan melihat komputernya
"aku mencari seseorang". jawab Nana tersenyum cerah
"apa kamu menemukannya? ". tanya Uzi
"iya". jawab Nana tersenyum
"siapa sih? ". tanya Uzi
"ingin tau aja urusan orang dewasa, ya sudah ya? terimakasih pinjamanmu, aku pulang Byee...!! ". Nana melambaikan tangannya lalu berlari meninggalkan Uzi
"enak aja.. woii... aku sudah berumur 18 tahun". teriak Uzi tak terima disebut anak kecil oleh Nana padahal mereka hanya selisih 1 tahun saja.
Nana mengetuk-ngetuk keningnya saat berjalan pulang menuju gubuk tempat tinggalnya, baik Dewi maupun Nana jarang di gubuk itu.
Nana sering bermain kesana-kemari sedangkan Dewi bekerja mengurus Sapi-sapi orang, kini Dewi sudah memiliki 2 ekor sapi dari upahnya menjaga sapi-sapi milik atasannya itu.
"apa aku pura-pura nggak tau aja identitasnya ya? ". gumam Nana
"sepertinya dia punya masalah serius hingga dibunuh oleh orang itu dan dibuang ke hutan, kalau nggak ada aku mungkin dia sudah mati dimakan hewan buas". gumam Nana lagi
Nana berlari ke Gubuknya, ia mencari keberadaan Mamanya.
"Mama?? ". teriak Nana
"....? ". tak ada sahutan yang artinya tidak ada orang.
"Apa mama masih jaga Sapi ya? ". gumam Nana menggaruk kepalanya ia berjalan cepat masuk ke Kamarnya dan terkejut melihat Pria yang ia tolong sudah membuka matanya.
"hei.. mayat kau sudah bangun? ". senyum lebar Nana hendak memegang kening Pria itu tapi dengan cepat Pria tampan itu menepisnya.
"hei.. aku menolongmu..! inikah balasan dari kebaikanku hehh? ". tanya Nana dengan tatapan tajamnya.
hilang sudah kekaguman Nana pada sosok Pria tampan ini sejak mendapat respon tak baik dari Pria itu.
"siapa kau? ". tanya Pria itu yang tak lain adalah Devano
"aku..? kau cari tau sendiri". jawab Nana berubah ketus
Devano hendak berbicara lagi tapi Nana memukul wajah Pria itu hingga kembali tak sadarkan diri.
"huuh..! dasar Pria menyebalkan, aku menolongnya berhari-hari merawatnya karna kurang kerjaan tapi dia malah menepis tangan dewaku... dasar Pria tak tau terimakasih". omel Nana menatap tajam Pria yang kini sedang tak sadarkan diri itu.
"terima saja pukulan marahku". ucap Nana sinis
"ternyata apa yang mama katakan memang benar, Pria berkuasa itu sangat sombong dan tidak tau terimakasih". gerutu Nana kembali mengobati luka di dada Devano yang kembali berdarah.
Nana memukulnya dengan separuh kekuatannya, bagaimana tidak? Nana merawat Pria itu berhari-hari sampai ia tidur dilantai kedinginan, tak disangka balasan pria itu saat bangun yaitu menepis tangannya saat memeriksa suhu tubuhnya.
.
malam harinya.
"kau sadar..? ". Nana berkata dengan datar
"sial.. kenapa kau memukulku? ". tanya Devano dengan marah
"kau marah? aku menolongmu berhari-hari hingga aku tidak punya tempat tidur, tapi apa balasanmu hah? kau malah menepis tanganku saat aku memeriksa keadaanmu". jawab Nana berkacak pinggang.
Devano terdiam, "itu gerakan refleksku". jawabnya membuang muka
"itu juga gerakan refleksku. ! aku sangat pendendam". kata Nana dengan santai membuat mata Devano melihat kearahnya
"siapa kau? ". tanya Devano serius.
"seharusnya aku yang bertanya padamu Mayat, siapa kau? kenapa kau bisa dibuang ke Hutan oleh mereka? jika saja aku tidak melihatmu mungkin kau sudah mati disana". omel Nana balik
Devano memegang keningnya, "kenapa kau menyebutku mayat? ".
"kau memang mayat". jawab Nana dengan santai
"jangan buat aku menanyakan hal yang sama, katakan siapa kau? dimana aku? ". desis Devano dengan menahan marah.
"Aku..? Nana, kau sekarang ada di desa Kawang". jawab Nana singkat.
"desa kawang? dimana itu? ". tanya Devano yang tidak tau ada desa terpencil.
"issh.. kau diamlah..! lihatlah itu apa yang aku buatkan untukmu". Nana mengambil sebuah kalung dengan bahan tali hitam kuat berisikan 3 mata peluru yang sudah dibolongi oleh Nana.
"apa ini? ". tanya Devano
"itu jumlah peluru yang bersarang di tubuhmu, aku berhasil mengeluarkannya". jawab Nana dengan santai melemparnya ke Devano
Devano menangkapnya dan melihat kalung aneh itu.
"kenapa kau membuatnya seperti ini? apa kau kurang kerjaan? ". tanya Devano
"iya.. aku memang kurang kerjaan, karna itulah aku menolongmu jika aku sibuk maka kau sudah mati dihutan sana". jawab Nana berjalan pergi meninggalkan Devano
Devano meremas peluru itu, entah mengapa ia malah mengalungkan peluru itu dilehernya ia memperhatikan tubuhnya yang banyak perban.
.
hei... ga.. eh... Nana? bisakah kau carikan aku baju?? aku mau mandi, dimana kamar mandi nya? ". teriak Devano
Devano berusaha bangkit tapi nyatanya keadaannya belum sembuh total, ia terpaksa berdiam diri setelah mendengar teriakan Nana bahwa ia tidak boleh bergerak.
.
.
.
pagi-pagi
"jadi orang itu sudah bangun sayang? ". tanya Dewi melihat seorang Pria tampan dengan memakai celana pendek dan baju kaus milik Nana menatap pemandangan desa.
"iya Ma.. apa mama mau ke kandang sapi lagi? ". tanya Nana
"iya sayang.. Mama tidak mengerti kenapa sapi-sapi nya pak Junet semakin lengket sama Mama dan tidak mau mama pergi". keluh Dewi
"mungkin mereka tau Mama lah yang paling tulus menyayangi mereka". jawab Nana tersenyum tulus
"ya sudah.. nanti petik aja kangkung dibelakang sana sayang, mama tidak bisa masak kamu masak sendiri ya? ". Dewi mengelus kepala Nana
"iya Ma.. iya.. Sana Mama pergi aja urus sapi-sapi manja itu". kekeh Nana
Dewi tertawa pun pergi meninggalkan Nana, Nana menatap kesal ke arah Devano.
"hei.. Mayat siapa namamu? ". tanya Nana berkacak pinggang.
Devano menoleh dan menjawab, "Devano". jawabnya singkat.
Nana menjatuhkan rahangnya, "dasar orang sombong, aku tau Namamu DeVano Derendra Arkatama tapi enteng sekali kau jawab dengan nama singkatmu itu". batin Nana
"katakan alamat tempat tinggalmu, pergilah dari sini aku sudah melakukan tugasku sebagai dokter kampung terbaik disini". Nana
"kau dokter?". tanya Devano
"iya aku dokter, kenapa? kau mau tanya baju dokterku? tidak ada, aku dokter-dokteran disini". jawab Nana yang tau isi pikiran Devano
"apa kau pikir nyawa manusia mainan? ". tanya Devano dengan tatapan tajam
"simpan tatapan tidak tau terimakasihmu itu, sekarang kau pulanglah ke Rumahmu, aku tidak tau siapa kau dan aku tidak ingin menambah beban mamaku dengan mengurus mayat tak berguna sepertimu". ucap pedas Nana
"aku bukan Mayat bodoh". marah Devano tak terima dikatakan tidak berguna.
"kau memang mayat, sana pergi..! ". usir Nana berbalik
"aku tidak ingat tempat tinggalku". ucap Devano dengan pelan
Nana membulatkan matanya dan berbalik menatap tajam Devano, "dasar Mayat !! dia pikir aku sama dengan gadis desa disini yang bisa dibodohi? awas aja, akan aku siksa dia disini". batin Nana yang tau Devano berbohong.
.
.
.
tapi lanjut