Shakila Anara Ainur adalah gadis yang sedang dalam proses hijrah.
Demi memenuhi permintaan wanita yang sedang berjuang melawan penyakitnya, Shakila terpaksa menjadi istri kedua dai muda bernama Abian Devan Sanjaya.
Bagaimana kehidupan Shakila setelah menikahi Abian? ikuti terus ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Alquinsha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 : Pemakaman Zahra
"Tidak, bukan kamu yang gagal. Mamah yang gagal," ucap Annisa membela Adam.
Meskipun tadi Annisa menampar Adam karena Adam memberitahu keadaan Shakila pada Abian, tapi Annisa tidak ingin Adam disalahkan oleh Abian. Bagaimanapun Adam juga anak yang dikandung sembilan bulan olehnya. Annisa juga menyayangi Adam.
"Shakila mengalami semua itu di rumah mamah, tapi mamah tidak bisa melindunginya," tambahnya.
Abian tidak mengerti yang mamahnya bicarakan. Apa yang sebenarnya Shakila alami di rumah sampai membuat Shakila koma?
"Shakila dianiaya oleh Nyai Aisyah di rumah kita dan didorong dari tangga, tapi saat itu kami tidak ada disana. Kami baru pulang saat tubuh Shakila jatuh menuruni anak tangga," jelas Annisa.
Abian menggeleng. Ia tidak percaya Shakila mengalami semua itu. Istrinya pasti baik-baik saja sekarang.
"Apa yang kamu bicarakan, besan?" Kyai Ihsan yang tidak sengaja mendengar itu berjalan menghampiri tempat mereka.
Kyai Ihsan baru saja siuman dan baru akan melihat putrinya di ruang mayat, tapi Ia dikejutkan oleh besannya yang mengatakan istrinya menganiaya orang.
"Anda pasti salah, istri saya tidak mungkin-"
"Jika Anda tidak percaya, Anda bisa melihat istri Anda di penjara," ucap Annisa menyela perkataan Kyai Ihsan yang tidak percaya istrinya melakukan kekerasan.
Keadaan Abian jangan ditanya, Abian sangat terpukul mengetahui istrinya dianiaya oleh mertuanya.
"Abian, kamu tenangkan diri kamu dulu. Kita urus dulu pemakaman Zahra, baru setelah itu pergi menemui Shakila di rumah sakit," ucap Annisa menopang tubuh Abian yang nyaris terjatuh.
Annisa tidak peduli dengan reaksi yang Kyai Ihsan tunjukkan saat mengetahui Nyai Aisyah melakukan keketasan terhadap Shakila. Yang Ia pedulikan hanya keadaan Abian, putra kesayangannya.
-
-
Abian hanya bisa memandangi mayat Zahra yang dikubur di tanah dengan tatapan kosong. Perempuan yang sudah menemaninya bertahun-tahun, perempuan yang sudah melewati suka-duka bersamanya, mulai hari ini tidak akan adalagi di hidupnya.
"Terimakasih sudah mau menjadi suamiku, menikah denganmu adalah hadiah terindah dari Allah untukku."
"Aku selalu bahagia menikah denganmu, mas. Kamu laki-laki terbaik yang pernah aku temui."
"Mas, aku hamil. Kita akan memiliki anak."
"Putri kecil kita mirip sekali denganmu, mas."
"Aku selalu berdoa agar kita bisa bersama hingga akhir hayat, tapi sepertinya aku akan meninggalkan kamu duluan, mas."
"Aku tidak takut mati karena penyakitku, mas. Aku justru takut membuatmu bersedih dengan kematianku."
"Ini satu-satunya hal yang bisa aku lakukan sebelum aku meninggal, mas."
"Jika kamu mau menikahi Shakila, aku bisa fokus dengan pengotakanku dan berusaha untuk sembuh."
Abian kembali meneteskan air matanya saat kenangannya dengan Zahra melintas begitu saja di dalam ingatannya.
Pertemuan pertama Abian dan Zahra terjadi di pesantren. Saat itu Abian menjadi salah satu santri di pesantren yang dipimpin oleh Kyai Ihsan di Surakarta. Dan Abian jatuh cinta pertama kali saat menatap mata indah Zahra.
Abian tidak bercerita pada siapapun bahwa dirinya mencintai Zahra. Setelah merasa siap dan cukup umur untuk menikah, Abian langsung datang bersama orang tuanya dengan niat baik melamar Zahra, kemudian tidak lama setelah itu mereka menikah.
Banyak hal yang sudah Abian melewati sebelum berhasil meminang Zahra, tapi semua itu tidak terasa karena akhirnya mereka menikah.
Sekarang, setelah mereka hidup bersama selama bertahun-tahun, Abian harus kehilangan Zahra, istri yang sangat dicintainya.
"Jika ikhtiar kita kali ini gagal dan aku meninggalkan mas, datang dan temuilah Shakila supaya hati mas merasa tenang. Jangan menangis sendirian," Abian memejamkan matanya mengingat apa yang Zahra katakan setelah masuk ruang operasi.
Ternyata Zahra sudah memiliki firasat bahwa dirinya akan pergi saat itu, tapi Abian tidak menyadarinya sama sekali. Andai Abian tahu dan sadar Zahra akan pergi, Abian pasti akan memeluk Zahra lama sebelum membiarkannya masuk ke ruang operasi.
"Mas, ayo kita pulang," ajak Abian pada Abian yang melamun memandangi tanah makam Zahra.
Tidak terasa pemakaman Zahra selesai dilakukan, istri tercinta Abian sudah terkubur di tanah mengakhir rasa sakit yang dideritanya selama ini.
Semua orang yang mengantar pemakaman Zahra satu persatu mulai meninggalkan tempat itu. Mereka satu persatu mengatakan kalimat penenang untuk keluarga pihak yang ditinggalkan sebelum pergi.
"Harus kemana mas pergi sekarang?" tanya Abian membuat hati Adam dan Annisa nyeri, apalagi mereka juga melihat keadaan memprihatinkan Abian.
"Mba Shakila yang diminta mba Zahra untuk dipeluk saat mba Zahra pergi sekarang koma di rumah sakit, lalu bagaimana mas sanggup memeluk mba Shakila dalam kondisi koma?" Abian menatap Adam setelah selesai dengan kalimatnya.
"Mas selalu ada disaat mba Zahra sakit, tapi mas tidak ada saat mba Shakila disiksa dan kesakitan. Suami macam apa mas mu ini?"
"Mas..." Adam bicara pelan melihat wajah hancur Abian untuk pertama kalinya.
Kakaknya adalah pemimpin keluarga setelah papah mereka, di masa lalu kakaknya lah yang menjaga dan melindungi keluarga mereka saat papah mereka disibukan dengan pekerjaan.
Selama Abian berada di rumah, keluarga mereka tidak perlu khawatir akan apapun. Abian mampu mengatasi setiap masalah dalam keluarga saat papah mereka tidak ada di rumah.
Sekarang, Adam harus melihat kakaknya sehancur ini gara-gara dirinya yang gagal melindungi perempuan yang kakaknya cintai. Perempuan yang Ia relakan untuk bahagia dan membahagiakan kakaknya.
"Dalam bayangan pun mas tidak sanggup melihat mba Shakila terluka," Abian mengakhiri kalimatnya dengan memeluk tubuh Adam.
Abian selalu tidak ingin menunjukkan kesedihan dan masalahnya di depan adik-adiknya, tapi sekarang Ia sudah tidak sanggup untuk menyembunyikan apapun.
Annisa yang sudah tidak sanggup melihat putranya memilih pergi ke mobil mereka duluan. Sementara Kyai Ihsan juga masih berada disana menghadiri pemakaman putri kesayangannya.
"Kalau begitu kita pulang ke rumah, di rumah sakit ada papah dan Adiba yang menjaga mba Shakila."
"Maaf," ucap Kyai Ihsan menghentikan Abian yang akan pergi bersama Adam.
Abian dan Adam secara bersamaan menatap Kyai Ihsan. Laki-laki paruh baya itu juga sama terlukanya karena kehilangan putrinya dan istrinya di penjara.
"Abi mewakili umi meminta maaf padamu, Abian. Semua salah abi karena sepertinya umi mendengar obrolan kita malam itu."
-
-
Abian benar-benar pulang ke rumah karena belum siap melihat keadaan Shakila yang katanya dianiaya dan didorong dari tangga oleh Nyai Aisyah.
Abian pergi ke kamar Shakila. Melihat pakaian serta barang-barang Shakila yang masih berantakan karena ulah Nyai Aisyah waktu itu.
Ada kain kafan milik Shakila juga di lantai, yang membuat tangan Abian bergetar sambil meraih kain kafan yang disiapkan istrinya sebelum meninggal.
"Kamu tidak akan meninggalkan mas juga kan, Shakila?" tanya Abian kemudian memeluk kain kafan milik Shakila.
Kain kafan itu menjadi saksi bahwa Abian pernah hampir melukai Shakila dan alasan mereka menjadi lebih dekat sekarang. Abian takut kain kafan itu juga yang akan menjadi pemisah mereka.
trus lanjutan sugar mommy knp gk lanjut kk