Roxana, sudah 8 kali dia mati dan ini adalah kehidupannya yang ke-9.
Setiap hidupnya dia pasti merasuki tubuh seorang wanita dengan berbagai posisi dan karakter. Tapi nahasnya setiap usianya mencapai 25 tahun pasti dia mati.
Pada kehidupannya kali ini pun sama, tapi kali ini dia hidup di tubuh seorang ibu yang sangat ditakuti. Bukan karena wajahnya tapi perangai dan sikapnya.
Akankan ia lagi-lagi harus mati saat usianya mencapai 25 tahun?
Atau dia akan menggunakan semua kemampuan yang pernah ia miliki untuk bisa bertahan hidup lama kali ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reyarui, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Istri Duke Utara 14
Drap drap drap
Roxane berjalan dengan penuh semangat menuju kamar Melanie. Diikuti oleh Sonya dan juga Fillmore. Mereka berdua sebenarnya sedikit khawatir karena kejadian kemarin soal Roxane mendatangi kamar Melanie. Hal itu cukup mengejutkan mengingat selama ini Roxane tidak pernah berbuat apa-apa.
Duagh!
Sonya dan Fillmore amat sangat kaget dengan apa yang baru saja Roxane lakukan. Dia membuka paksa pintu kamar Melanie dengan menjejakkan kakinya. Dan itu berhasil membuat pintu tersebut rusak.
Ksatria Albrus yang diikut sertakan oleh Fillmore untuk mengawal Roxane pun ikut terkejut. Ia tidak menyangka Nyonya mereka itu akan memiliki kekutan yang menurutnya besar bagi seorang wanita bangsawan yang tidak pernah berlatih bela diri.
" Paduka Grand Duchess, Apa yang Anda lakukan dengan pintu kamar saya!" pekik Melanie. Wajahnya pucat pasi, ia melirik laci nakas yang belum sempat ia tutup. Jadi sebenarnya keterkejutan Melani berlipat ganda. Tapi yang membuatnya paling terkejut dan sedikit takut adalah jika apa yang dikirimkan oleh ayahnya diketahui Roxane.
" Kau sungguh tidak mau belajar dari kesalahan ya Melanie. Sudah ku katakan jangan bertindak sesuka hati. Benca, dia pelayanmu bukan? Sebagai seorang majikan seharusnya kau juga mengerti keadaan pelayanmu. Kau membiarkannya kelaparan setelah menempuh perjalanan jauh, dan sekarang dia pingsan. Haah, benar-benar merepotkan. Dengarkan, sebelum Benca sembuh maka dia tidak akan melayani Lady Melanie. Dan tidak boleh ada satu pun pelayan di kastel ini yang akan menggantikannya. Biarkan Lady Melanie mengerjakan semuanya sendiri. Fillmore, beritahu ini kesemua pelayan di kediaman. Jika ada yang melanggar maka kalian akan aku pecat dari sini tanpa rekomendasi."
Bagi seorang ksatria dan pelayan, rekomendasi dari majikan adalah hal yang sangat penting untuk menentukan nasib pekerjaan selanjutnya. Mereka yang dipecat tanpa rekomedasi akan kesulitan bekerja di tempat lain atau bahkan tidak bisa mendapatkan pekerjaan sama sekali. Atau lebih mudahnya seperti penjamin.
" Ba-baik Paduka. Saya akan menyampaikan hal tersebut kepada yang lainnya," ucap Fillmore patuh.
Sedangkan Melanie, jelas ia sangat marah tapi tidak bisa meluapkannya. Ia hanya bisa mengepalkan tangannya dengan erat.
Melanie saat ini merasa sangat ketakutan dengan setiap tindak Roxane. Ia bernafas lega setelah wanita itu pergi dari kamarnya.
Bruk
Ia menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang lalu mengambil nafasnya dalam-dalam.
" Sial, rasanya seperti tercekik saat pandangan matanya tertuju padaku. Tenang Melanie, ini tidak akan lama. Sebentar lagi, ya sebentar lagi semua akan berbalik. Kondisi ini akan berbalik dan aku akan membuatmu mencium kakiku."
Melanie mengucapkan itu dengan penuh keyakinan. Matanya terus tertuju pada laci nakas dan sebuah seringai terbit di mulutnya. Sepertinya ia benar-benar mendapatkan solusi dari ayahnya dan tinggal siap melakukan bagiannya.
***
Ternyata besok adalah tepat satu minggu Leoric pergi ke wilayah Arden, dengan begitu hari ini dia akan kembali.
Roxane meminta Fillmore untuk menyiapkan makanan terbaik untuk Leoric dan para ksatria. Eminggu mereka bekerja untuk pembasmian, pasti mereka akan kembali dalam keadaan yang lelah.
" Baim Nyonya Grand Duchess, saya akan meminta bagian dapur untuk menyiapkannya."
" Jangan lupa siapkan air hangat juga untuk mereka mandi."
Fillmore mengangguk patuh. Ia kemudian bergegas untuk menjalankan perintah Roxane. Sedangkan Roxane saat ini tengah menuju kamar putrinya. Kesibukannya hari ini mengurusi Melanie dan menyambut Leoric membuatnya tidak sempat menemani Lilian makan malam.
" Sepertinya dia sudah tidur," gumam Roxane. Ia berjalan menyusuri lorong dengan membawa sebuah lilin. Ketika malam menjelang beberapa penerangan di kastel memang tidak sepenuhnya dinyalakan. Hal tersebut dilakukan karena tidka banyak kegiatan yang dilakukan saat malam.
Krieeet
" Nyonya," ucap Melba sedikit terkejut melihat Roxane yang tepat berada di depan pintu kamar Lilian.
" Apa dia sudah tidur?"
" Sudah Nyonya Grand Duchess, baru saja Nona Lilian tertidur."
Roxane mengerti, ia lalu memerintahkan Melba untuk kembali ke kamarnya agar bisa beristirahat. Malam ini dia ingin menemani Lilian tidur. Ya, Roxane ingin tidur di kamar putrinya.
Ketika melihat Lilian yang tertidur pulas, ia merasakan hatinya sakit. Gadis kecil itu tertidur dengan wajah yang polos dan tentunya begitu damai.
" Tidyak Ibu, Lili tidyak akan nakal. Lili akan jadi anak baik, jangan benci Lili."
Degh!
Dada Roxane bergemuruh, matanya terasa panas dan tanpa terasa air matanya mengalir. Ingatan pemilik tubuh asli muncul. Di sana ia melihat ketika wanita ini mengucapkan kata kasar dan keras kepada anak sekecil lili. Bukan hanya itu, setiap Lili menyentuh ujung gaunnya pasti langsung ditampik oleh wanita ini.
" Ughhh, apa yang kau lakukan pada putrimu Roxane? Lili sayan, entahlah mengapa wanita ini bersikap begitu padamu. Tapi aku bisa merasakan dia pun sangat sedih dengan hal itu. Maaf ya nak, mulai sekarang kamu tidak akan pernah mendapat perlakuan sepeti itu lagi. Selama aku hidup, aku akan melindungi mu."
Roxane membelai lembut wajah Lili dan mencium kening anak itu. Rasa sayang yang muncul dalam dirinya secara tiba-tiba itu sungguh menyenangkan. Meskipun begitu ia masih tidak menyangka bahwa di kehidupan kali ini dia akan menjadi ibu yang menyeramkan bagi putrinya sendiri.
Tapi Roxane bertekad bahwa ia akan mengubah dirinya. Bukan ibu yang menakutkan tapi ibu yang menyenangkan. Ia akan membuat hidup kali ini lebih menyenangkan dari pada kehidupan sebelumnya. Baik untuk dirinya ataupun untuk putri dan suaminya.
Roxane membaringkan tubuhnya di sebelah Lili. Ia memeluk putri kecilnya itu dengan penuh kasih sayang. Rasanya jika begini ia ingin sellau memeluk tubuh mungil itu setiap malam.
Udara malam semakin dingin. Suara kayu bakat yang digunakan sebagai penghangat ruangan terdengar bagaikan nyanyian penghantar tidur yang merdu. Roxane tenggelam di dalamnya dan lambat laun terlelap mengarungi dunia mimpi.
Tidak ada yang mengejutkan dalam mimpinya, hanya lintasan kehidupan-kehidupan lalu yang pernah ia alami. Tidak ada lagi tatapan ngeri saat melihat tumpukan mayat dan lautan darah, baginya itu bukanlah mimpi buruk melainkan sebuah hal yang lumrah.
Namun kali ini ada yang berbeda, kakinya yang biasanya menginjak mayat kini menginjak rerumputan. Sebuah savana dengan hamparan rumput yang sejuk dipandang mata, serta sinar matahari yang hangat menerpa tubuh, membuat hati dan perasaan Roxane menjadi tenang.
" Aah, aku ingin terus berada di sini. Aku ingin selamanya menikmati kenyamanan ini."
Roxane tahu bahwa itu adalah mimpi. Tapi sungguh ia ingin ada di sana jika bisa.
" Ibu!"
" Sayang!"
Suara dua orang yang ia kenal, sedikit membuyarkan ketenangannya. Ia melihat ke arah suara itu. Wajah-wajah yang berseri dengan senyum yang merekah. Kemudian kedua orang itu mengulurkan tangan mereka ke arah Roxane dan disambutnya dengan penuh ketulusan.
" Mari ikut bersama kami."
" Ya, aku akan ikut bersama kalian."
TBC
.