Sinopsis :
Viona, seorang wanita mandiri dan cerdas mendapati dirinya masuk ke tubuh siswi SMA yang manja dan sudah bersuami. Dia langsung mengetahui bahwa dirinya masuk ke tubuh Emilia Vivian. Suami Emilia orang terkaya dan berkuasa di kota bernama Agam Revandra Graha.
Awalnya kehidupan Emilia hanya berkutat pada Agam. Dirinya sering stres dan frustasi karena Agam tidak pernah mencintainya, padahal cintanya begitu besar pada Agam. Sekarang, dengan adanya jiwa Viona di tubuh Emilia, sikap Emilia berubah. Emilia sudah tidak tertarik lagi dengan suaminya. Emilia memilih mengurus kehidupan pribadinya dan berhenti mengemis cinta pada Agam. Perubahan sikap Emilia membuat Agam mulai tertarik padanya.
Emilia menjadi siswi popular yang banyak di taksir teman sekolahnya maupun pria lain, terlebih hanya orang tertentu yang tau kalau Emilia sudah bersuami. Hal itu membuat Agam semakin resah. Dengan berbagai cara, Agam akhirnya mendapatkan malam pertama Emilia yang sering kali Agam tolak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 17 : Lagi dan Lagi
"Aku kenal dengan Viona. Viona pernah bilang kalau Kak Alex selalu mengejarnya, tapi dia tidak suka pada Kak Alex. Jadi Kak Alex jangan mengaku sebagai kekasih Viona!" jawab Emilia.
"Bagiku dia tetap kekasihku. Kami satu SMA dan satu kampus. Aku sudah 10 tahun mengenalnya. Emilia, Aku tidak tau ternyata Viona kenal Kamu. Bagaimana pun juga dia sudah meninggal, jadi jangan membicarakannya lagi. Viona sudah tenang di atas sana," jawab Alex.
"Terserah. Kami juga mau mengunjungi Viona," jawab Emilia.
"Sepertinya hubungan kalian membaik. Apa karena Kamu mencoba bunuh diri jadi Agam kasihan padamu? Papa bahkan malu mendengar Kamu bunuh diri," ucap Alex.
"Kamu tidak memiliki hak mengatai istriku. Urusan rumah tangga Kami akan Kami tangani sendiri. Kamu orang luar, bahkan kalian tidak sedarah. Ayo Sayang Kita ke sana, hari sudah sangat sore," kata Agam pada Emilia. Emilia mengangguk.
"Aku pikir dia suka pada Liora? Aku harus lapor pada Mama semua ini. Jika Agam sebagai CEO Graha Group mendukung istrinya penuh, bisa-bisa jajaran komisaris tidak setuju pencalonan ku sebagai CEO baru VN group. Ini tidak bisa di biarkan." Alex mengepalkan tangannya dengan kuat, dia kesal. Kemudian dia melangkah menuju mobilnya lagi, masuk ke dalam, kemudian pergi dari sana.
"Viona, terima kasih atas bantuan mu dulu. Maaf karena Aku belum sempat balas budi. Tapi Aku janji akan mengusut tuntas kecelakaan yang menewaskan mu," ucap Agam.
"Kenapa Aku tidak ingat sedikitpun tentang kecelakaan ku. Aku hanya ingat saat mabuk-mabukan di reuni SMA saja, lalu keluar dengan tergesa-gesa dari club, seolah-olah sedang kabur dari seseorang, kemudian tertabrak mobil," batin Emilia. "Ini tidak bisa di biarkan, Aku harus mengingat semua," tekat Emilia dalam hati.
Setelah belasan menit mengunjungi makam Viona, keduanya pun memutuskan pulang, terlebih hari sudah sangat sore. Panji mengantar Agam dan Emilia sampai rumah.
"Panji, bereskan perintahku tadi!" titah Agam.
"Baik, Tuan," jawab Panji. Panji pun pulang dari rumah Agam dan Emilia. Sementara Agam dan Emilia masuk ke kamar.
"Tadi Kamu memerintahkan Panji melakukan apa?" tanya Emilia penasaran.
"Mengurus Liora agar dia mendapat ganjaran setimpal."
"Ternyata Tuan Agam jahat juga."
"Tuan?" Agam mengernyitkan dahinya.
"Maksudku Sayang."
"Emilia, kenapa Aku merasa perasaan Kamu sudah berubah? Jelas sekali Kamu hanya terpaksa menyebutku Sayang? Dulu Kamu sangat mencintaiku."
"Entahlah. Hati bisa berubah. Sejak menenggelamkan diri di kolam renang, otakku tiba-tiba rasional."
"Emilia, Aku serius."
"Aku juga serius."
"Oh ya? Kalau begitu cintai Aku lagi seperti dulu!"
"Cinta tidak bisa di paksakan. Kamu sendiri yang bilang begitu dulu."
"Sepertinya Kamu mau balas dendam?" tebak Agam.
"Balas dendam?" Emilia tidak mengerti.
"Kamu ingin, Aku yang mengejarmu sekarang? Seperti Kamu mengejarku dulu. Benar kan?"
"Apaan sih? Tidak jelas!"
"Kalau begitu, Aku wujudkan keinginanmu." Agam mendekat pada Emilia, selangkah demi selangkah.
"Kamu mau apa?" Emilia mulai takut.
"Mengejar mu, Puas? Agar istriku tidak bersikap aneh lagi." Agam menarik Emilia masuk ke pelukannya.
"Jangan-jangan dia mau melakukan itu lagi padaku, Aku harus kabur!" batin Emilia. "Lepaskan! Sayang, Aku mau mandi!" pinta Emilia.
"Oke, ayo mandi bersama." Tanpa aba-aba Agam langsung mengangkat tubuh Emilia.
"Sayang turunkan Aku! Aku bisa jalan sendiri ke kamar mandi. Aku juga bisa mandi sendiri!" pinta Emilia.
"Mandi sendiri mana menyenangkan. Mandi bersama baru menyenangkan," jawab Agam tersenyum. Agam tidak menghiraukan pemintaan Emilia. Agam membawa Emilia ke kamar mandi.
Tentu saja di dalam sana bukan hanya mandi. Tapi melakukan itu.
Satu jam kemudian, ritual mandi mereka baru selesai. Emilia berjalan keluar dari kamar mandi dengan langkah gontai.
"Sayang, Kamu kenapa? Kok berjalan begitu?" tanya Agam.
"Pinggangku sakit, gara-gara Kamu!" jawab Emilia keras, walau dia malu.
"Oh ya? Artinya Aku pria kuat. Sampai membuat istriku hampir tidak bisa berjalan." jawab Agam dengan bangga.
"Gawat, kalau Agam setiap hari melakukan itu padaku, bisa-bisa Aku hamil," batin Emilia, takut.