Kisah tentang cinta yang terjebak dalam tubuh yang berbeda setiap malam
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rendy Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32: Sinyal dari Masa Lalu
Meskipun aku dan Arya telah berusaha memperbaiki hubungan kami, kehadiran Sinta meninggalkan jejak yang lebih dalam dari yang kami sadari. Beberapa minggu berlalu dengan damai, tetapi di dalam hatiku, masih ada rasa was-was. Seakan-akan, meski masalah di antara kami sudah dibicarakan dan diselesaikan, bayang-bayang masa lalu Arya masih menggantung.
Suatu sore, aku dan Arya sedang duduk di teras rumah menikmati teh, ketika telepon Arya berdering. Ia segera mengangkat panggilan itu, dan aku bisa melihat dari ekspresinya bahwa pembicaraan ini tidak menyenangkan. Setelah menutup telepon, ia terdiam, tampak seperti sedang mempertimbangkan sesuatu.
"Ada apa?" tanyaku pelan, berusaha mencari tahu apa yang terjadi.
Arya menarik napas panjang, lalu menjawab, "Itu dari perusahaan tempat Sinta bekerja. Mereka menghadapi beberapa masalah besar setelah aku mundur dari proyek tersebut, dan tampaknya Sinta sedang berada dalam tekanan berat."
Aku mengangguk tanpa berkata apa-apa. Di satu sisi, aku merasa lega bahwa Arya tidak lagi terlibat dengan Sinta secara profesional, tetapi di sisi lain, aku juga tidak bisa mengabaikan fakta bahwa Sinta mungkin berada dalam kesulitan. Bagaimana pun juga, hubungan profesional mereka telah berlangsung lama, dan aku tahu Arya peduli pada kelancaran bisnis, bukan hanya kesuksesan pribadi.
"Apa kamu ingin membantu mereka?" tanyaku, mencoba untuk tidak menunjukkan rasa cemburu.
Arya memandangku dengan ragu. "Aku ingin, tetapi aku juga tahu ini mungkin akan membuatmu merasa tidak nyaman. Aku tidak ingin mengulang kesalahan yang sama."
Aku terdiam sejenak, berpikir tentang apa yang harus kulakukan. Aku tidak ingin menjadi orang yang egois, tetapi aku juga tidak bisa mengabaikan rasa sakit yang pernah kurasakan akibat kehadiran Sinta di hidup kami. Pada akhirnya, aku mencoba mengambil sikap dewasa.
"Jika kamu merasa itu yang terbaik, aku mendukungmu. Tapi, tolong jaga jarak dan pastikan bahwa ini murni profesional."
Arya mengangguk dengan senyum lega. "Terima kasih sudah mempercayai aku. Aku akan menjaga batas, aku janji."
***
Dalam beberapa minggu berikutnya, Arya mulai kembali terlibat dalam proyek yang dulu sempat ditinggalkan. Ia melakukan beberapa pertemuan dengan pihak perusahaan Sinta, meskipun memastikan bahwa pertemuan itu hanya berlangsung di tempat terbuka dan dalam waktu yang terbatas.
Sementara itu, aku berusaha untuk tidak terlalu memikirkan kehadiran Sinta lagi dalam hidup kami. Aku yakin bahwa Arya akan menepati janjinya, tetapi di sisi lain, aku juga merasa ada yang tidak beres. Entah kenapa, aku merasa seperti ada sesuatu yang tidak terungkap.
Suatu hari, ketika aku sedang merapikan kamar kerja Arya, aku menemukan sebuah buku catatan kecil di meja kerjanya. Iseng, aku membuka halaman pertama dan menemukan beberapa catatan tentang proyek yang sedang ia kerjakan bersama Sinta. Namun, di balik catatan itu, aku menemukan sebuah tulisan singkat yang tampaknya bukan bagian dari catatan pekerjaan.
"Ada hal yang masih belum kukatakan padanya, dan mungkin ini adalah kesempatan terakhir untuk jujur."
Kata-kata itu membuatku terdiam. Apakah Arya masih menyimpan sesuatu dariku? Aku berusaha menenangkan diri, mencoba untuk tidak langsung berpikiran negatif. Mungkin saja ini hanyalah catatan lama, sesuatu yang ia tulis sebelum kami berbicara tentang kejujuran dalam hubungan kami.
Namun, rasa penasaranku semakin besar. Aku tahu aku tidak seharusnya curiga pada Arya, tapi aku juga merasa bahwa aku harus mendapatkan kejelasan tentang apa pun yang ia sembunyikan.
***
Malam itu, setelah makan malam, aku memutuskan untuk berbicara jujur pada Arya.
"Arya, aku menemukan sebuah catatan di kamar kerjamu. Tentang sesuatu yang kamu sebut sebagai 'kesempatan terakhir untuk jujur'. Apa maksudnya?"
Arya terdiam, terlihat terkejut dan sedikit panik. Setelah beberapa saat, ia akhirnya menjawab dengan suara rendah.
"Itu adalah sesuatu yang sudah lama ingin kukatakan padamu, tetapi aku tidak tahu bagaimana cara yang tepat untuk mengungkapkannya. Ini bukan tentang Sinta, melainkan tentang masa laluku yang lain."
Hatiku berdebar mendengar kata-katanya. Aku tidak menyangka bahwa Arya masih menyimpan rahasia lain dariku. Tapi aku mencoba tetap tenang dan mendengarkan.
"Dulu, sebelum aku bertemu denganmu, aku pernah membuat keputusan yang salah. Aku berada dalam hubungan yang penuh dengan kebohongan dan manipulasi, dan hal itu sangat mempengaruhi cara pandangku tentang cinta. Aku takut untuk berbagi hal ini denganmu karena aku tidak ingin kamu melihatku sebagai seseorang yang tidak bisa dipercaya."
Aku terkejut mendengar pengakuannya. Tidak pernah terpikir olehku bahwa Arya memiliki masa lalu yang begitu kelam, tetapi aku juga merasa lega bahwa ia akhirnya berani mengungkapkannya padaku.
"Terima kasih telah jujur padaku, Arya," kataku sambil menggenggam tangannya. "Aku menghargai kejujuranmu, dan aku tahu bahwa kita semua punya masa lalu. Yang penting adalah bagaimana kita memilih untuk melangkah ke depan."
Arya tersenyum, terlihat lega setelah akhirnya bisa berbagi rahasianya. Malam itu, kami berbicara panjang lebar tentang masa lalu dan ketakutan-ketakutan kami. Aku merasa bahwa percakapan ini membawa kami lebih dekat, memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang siapa kami sebenarnya.
***
Hari demi hari, aku dan Arya semakin memahami satu sama lain. Kami belajar untuk lebih jujur dan terbuka, bahkan tentang hal-hal yang sulit dibicarakan. Aku merasa bahwa hubungan kami semakin kuat, seiring dengan keberanian kami untuk menghadapi masa lalu dan ketakutan yang selama ini tersembunyi.
Aku tidak tahu apa lagi yang akan datang di masa depan, tetapi aku yakin bahwa dengan kepercayaan dan kejujuran, kami bisa menghadapi segalanya bersama. Kami berdua sepakat bahwa apa pun yang terjadi, kami akan selalu berbicara satu sama lain dan tidak lagi menyimpan rahasia yang bisa merusak kepercayaan yang sudah kami bangun dengan susah payah.
Bab ini terasa seperti awal yang baru bagi kami, sebuah kesempatan untuk meninggalkan masa lalu dan melangkah maju dengan penuh keyakinan. Kami tahu bahwa cinta bukanlah sesuatu yang sempurna, tetapi selama kami tetap bersama dan berusaha saling memahami, kami bisa melalui setiap badai yang datang.