Caroline Blythe Berasal dari keluarga Broken Home dengan ibu yang harus masuk panti rehabilitasi alkohol. Hidup sebatang kara tidak punya kerjaan dan nyaris Homeless.
Suatu ketika mendapat surat wasiat dari pengacara kakeknya bahwa beliau meninggalkan warisan rumah dan tanah yg luas di pedesaan. Caroline pindah ke rumah itu dan mendapatkan bisikan bisikan misterius yang menyeramkan.
Pada akhirnya bisikan itu mengantarkan dirinya pada Rahasia kelam sang kakek semasa hidup yang mengakibatkan serentetan peristiwa menyeramkan yang dialaminya di sana. Mampukah Caroline bertahan hidup di Rumah tersebut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leona Night, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Harry Mabuk Berat
Caroline’s POV
Charles bertanya padaku,” Apa yang terjadi Caroline? Apa yang kau takutkan?”
“Aku mendengar banyak sekali bisikan di telingaku hingga aku pusing,” jawabku masih dengan tangan gemetar.
Aku memeluk Charles dengan erat. Aku tidak ingin melepaskannya, entah mengapa aku begitu panik, cemas dan takut.
“Apakah kau sedang dalam pengawasan Psikiatri Caroline?” tanya Charles sambil menuntunku untuk duduk di kursi ruang tamu.
“Ya. Aku memang mendapat pengobatan untuk Halusinasiku. Tapi tidak pernah aku mendapat serangan se intens ini.” jawabku penuh keheranan.
“Cobalah tenang, jika ini waktunya minum obat, cobalah minum obatnya, mungkin setelah itu kau jadi lebih tenang,” ujarnya sambil menatapku intens.
“Aku belum makan Charles, kata dokter obat itu bisa mengiritasi lambung . Kau harus makan dulu, baru minum obat,” jawabku gemetar.
“Kau tunggulah sebentar, aku akan ambil kan kau makan,” ujar Charles, lalu dia keluar dari rumah dan pergi entah kemana.
Aku masih gemetar hebat, ketakutanku masih menguasai pikiranku. Aku tidak bisa berpikir apapun selain merasakan takut. Tak lama Charles datang dan membawa sekotak penuh kue isi daging dan keju.
“Makanlah dulu, ini aku bawakan kau kue dan juga air putih,” ujar charles sambil memelukku.
Aku meletakkan kepalaku di pundaknya, lalu mengambil satu potong kue yang dibawanya lalu makan dengan lahap. Setelah itu aku ambil obatku di tas dan meminumnya, setelah itu kembali aku meletakkan kepalaku di pundak Charles, rasanya berdenyut denyut dan berat. Tak lama setelah itu aku memejamkan mata. Aku hanya mendengar deru hujan di luar sana yang menimbulkan bunyi bertalu talu diatas atap rumah. Charles mengelus kepalaku dan seperti bersenandung. Tak lama aku terlelap. Entah berapa lama.
*******
Pagi pun datang, aku merasa leherku denyut kepalaku yang semalam aku rasakan sudah tidak lagi ada. Sebaliknya aku merasa sangat ringan. Perlahan aku bangun dari sofa ruang tamu. Aku sibakkan selimut dan turun.
Seketika aku terkesiap,”Charles? Mana dia?
Aku berlarian kesana kemari mencari sosok Charles, tapi tidak aku temui. Aku menuju pintu dan …terkunci. Artinya Charles yang menguncinya. Mungkinkah dia membawa kunciku? Segera aku buka tas ku, dan …kunci itu ada di sana. Artinya Charles tidak mengunci dengan menggunakan Kunci ini.
Apakah dia yang menyelimuti aku? Apakah dia yang mengambilkan aku bantal? Oh Astaga, apakah dia masuk kamarku? Segera aku berlari ke dalam kamarku dan memeriksa kalau kalau ada yang hilang. Dan semua tampak normal dan biasa saja.
“What? Ada apa ini, “ ujarku keheranan,
Aku pun keluar dari rumah dan menuju gerbang pagar. Dan ….terkunci? Aneh. Bagaimana dia bisa menguncinya tanpa meninggalkan rumah ini? Sedang pagar sangat tinggi?
Lelah dengan pertanyaan yang berkelindan dalam benakku, aku pun segera mandi dan bersiap untuk berangkat kerja. Roti yang dibelikan Charles semalam aku masukkan tas agar nanti bisa aku makan saat jam istirahat.
Aku bekerja seperti biasanya. Pembeli lumayan banyak. Aku bekerja tanpa istirahat, Mulai dari mengemasi kue pesanan, mengantarkan kue ke pembeli, melakukan oven dan masih banyak lagi hal lain yang aku kerjakan. Kami sangat senang, karena toko kue cukup ramai hari itu sehingga kue kami banyak yang habis terjual.
Willy menghitung pendapatan hari itu dan berkata padaku, “woow kita mengalami lonjakan pendapatan yang lumayan banyak. Aku senang sekali. Andai tiap hari kita seperti ini.”
“Kita berdoa saja Willy, agar setiap hari selalu aja ada pembeli yang membeli roti kita sampai habis, “ kataku sambil menyapu dan kemudian mengepel toko kue.
Ketika semuanya sudah selesai, tiba tiba Willy mendekatiku dan berkata,” Aku yakin kau sangat lelah. Ayo aku antar kau pulang pakai sepeda motorku.Supaya besok pagi kau bisa bangun pagi dan kita bekerja seperti tadi,”
Aku merasa bersyukur, Willy menawarkan untuk antar aku pulang.
“Terimakasih Willy kau baik sekali,” ujarku.
Tak lama aku dan willy sudah berboncengan menuju rumah tempat aku tinggal.
****
Hari itu, langit lebih cepat gelap dari biasanya. Aku sampai rumah ketika keadaan sudah gelap. Aku terkejut, ketika aku dapati Harry sudah ada di depan rumah. Dia duduk di tangga teras rumah kakek.
Seketika dia melihat aku datang, Harry berdiri di depan pintu gerbang teras dan langsung menarik tanganku begitu aku turun dari motor Willy.
“Dari mana saja kau Caroline?” tanya Harry dengan emosi.
Willy yang melihat perlakuan kasar Harry spontan berteriak, “ Hai bung, yang sopan kalau bicara sama perempuan,”
Harry pun menjawab dengan kasar, ” Bukan urusanmu,”
Aku pun langsung mengambil sikap, takut mereka bertengkar di depan rumah.
“Willy, pulanglah, aku tidak papa, biar aku handle semuanya,”
Dengan tatapan penuh tanya Willy meyakinkan, “Kamu yakin?”
“Ya “ jawabku singkat.
Segera Willy bergegas meninggalkanku seorang diri di depan pintu pagar rumah kakek.
Setelah Willy pergi aku membuka pintu pagar dan masuk diikuti oleh Harry. Demikian juga saat aku masuk ke dalam rumah. Saat itu Harry kembali menarik tanganku, lalu meraih bahuku kemudian mendorong badan ku ke arah tembok, hingga kepalaku membentur tembok dengan keras.
“Auch, apa mau mu Harry,” ujarku sambil meringis kesakitan
Seperti tidak memperdulikan aku yang meringis kesakitan, dia terus saja meremas lenganku bagian atas hingga terasa ngilu,.
“Dari mana saja kau seharian? Ha? Aku menunggumu sejak sore, dan kau malah pulang dengan laki laki lain. Apa yang kau lakukan?” teriaknya menggema .
“Aku bekerja Harry, aku kerja di Toko Kue milik keluarga Willy,”
“Oh jadi laki laki murahan tadi bernama Willy, Cuiih. Berapa kau dibayar olehnya? Apa saja tigasmu ha? Apakah termasuk menemani dia tidur? “
Aku sangat marah mendengar kata katanya, Seketika aku tidak bisa mengendalikan diriku lagi, Aku tempeleng pipinya dengan keras,PLAK!
Bukannya tersadar dan meminta maaf, Harry malah bagaikan api disulut bensin. Dia mendorongku kerasa masuk ke dalam kamar hingga aku terjerembab diatas tempat tidur, Lalu dia menaiki tubuhku, menggencet tanganku dengan dengkul kakinya dan mulai menempelengi aku bahkan meninju wajahku hingga darah segar keluar dari mulutku.
PLak ,,pLak,,,plak
Dia terus menempeleng aku sambil berkata, ”Dasar wanita murahan tidak tahu diri, Aku di London setengah mati khawatir tentang kamu. Berusaha segera bisa kesini untuk menjenguk mu, ternyata kau malah jadi pelacur murah di sini ha?!”
Kembali dia menempelengi muka kau hingga mulut ku sobek , dan pipiku membengkak
Baru setelah dia melihat aku terdiam, dia berhenti memukul. Saat itulah aku baru mencium bau alkohol yang sangat tajam dari mulut dan bajunya. Sepertinya Harry mabuk berat. Setelah dia melihat aku terkapar dan tak berdaya, dia turun dari tempat tidur, dan dengan langkah terhuyung dia keluar dari rumahku bersama mobilnya pergi entah kemana.
*****
Suasana begitu sunyi ketika aku berusaha bangkit dan meraih pintu depan rumah. Aku berjalan tertatih tatih, dan mencoba menutup pintu ketika aku mencium aroma Cedarwood itu lagi begitu kuat. Aku sudah tidak bisa ketakutan atau terkejut. Pikiranku hanya ingin segera tidur karena kepalaku berputar putar dan berdenyut keras.
Tak lama setelah aku menutup pintu, ada ketukan lembut yang membuatku terkejut. Aku berharap kali ini Harry balik dan minta maaf, ternyata Charles yang datang. Begitu melihat wajahku yang berlumur darah, Charles sontak kaget.
“Ada apa denganmu? Kau baik baik saja Caroline?” tanya Charles
Aku sudah tidak bisa lagi berkata kata, aku ambruk di pelukannya dan tak sadarkan diri untuk beberapa saat.
*****