NovelToon NovelToon
Jodoh Jalur Ummi

Jodoh Jalur Ummi

Status: sedang berlangsung
Genre:Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Diam-Diam Cinta / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Identitas Tersembunyi / Wanita Karir / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Musim_Salju

Aku di kenal sebagai gadis tomboy di lingkunganku. Dengan penampilanku yang tidak ada feminimnya dan hobby ku layaknya seperti hobby para lelaki. Teman-teman ku juga kebanyakan lelaki. Aku tak banyak memiliki teman wanita. Hingga sering kali aku di anggap penyuka sesama jenis. Namun aku tidak perduli, semua itu hanya asumsi mereka, yang pasti aku wanita normal pada umumnya.

Dimana suatu hari aku bertemu dengan seorang wanita paruh baya, kami bertemu dalam suatu acara tanpa sengaja dan mengharuskan aku mengantarkannya untuk pulang. Dari pertemuan itu aku semakin dekat dengannya dan menganggap dia sebagai ibuku, apalagi aku tak lagi memiliki seorang ibu. Namun siapa sangka, dia berniat menjodohkan ku dengan putranya yang ternyata satu kampus dengan ku, dan kami beberapa kali bertemu namun tak banyak bicara.

Bagaimana kisah hidupku? yuk ikuti perjalanan hidupku.

Note: hanya karangan author ya, mohon dukungannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Musim_Salju, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10: Langkah Baru

Galaksi dan Aku duduk berdampingan di bangku taman bunga, menikmati suasana yang tenang setelah beberapa waktu berbicara. Di depan kami, danau kecil berkilauan diterpa sinar matahari sore, sementara angin sepoi-sepoi menambah kesan damai. Suasana ini memberi Aku ketenangan, meski pikiranku masih dibayangi kerisauan tentang apa yang akan datang. Apa yang sebenarnya Aku harapkan dari semua ini?

“Senja,” suara Galaksi memecah keheningan. “Ada yang pengen gue bicarakan.”

Aku menoleh ke arah Galaksi, mataku sedikit menyipit karena sinar matahari yang menyentuh wajahku. “Apa?”

Galaksi menarik napas panjang, seolah mencari kata-kata yang tepat untuk mengungkapkan perasaannya. “Gue tahu hubungan kita mungkin terdengar aneh bagi orang lain. Tapi buat gue, lo beda. Gue nggak peduli apa yang orang lain pikirkan."

Aku terdiam, mataku menatap Galaksi dengan tatapan penuh pertanyaan. Jantungku mulai berdebar lebih cepat. Aku ingin mengatakan sesuatu, namun kata-kata itu terasa berat, seakan terjebak di tenggorokanku. Apa yang aku rasakan? Apakah ini sesuatu yang bisa Aku tangani? Sungguh, itu perasaan yang membingungkan.

Galaksi melanjutkan dengan suara lembut, “Gue cuma pengen lo tahu kalau gue serius. Gue nggak mau jadi bagian dari drama kampus, gue cuma mau... lebih dekat sama lo. Gue tahu, gue memang sempat meminta waktu sama Lo dan enggak akan memaksakan perasaan gue, tapi gue nggak bisa menahannya terlalu lama."

Aku merasa jantungku berdetak lebih kencang. Ada sesuatu dalam kata-kata Galaksi yang menyentuhku. Mungkin, inilah pertama kalinya Aku merasa seseorang melihatku lebih dari sekadar teman biasa. Tapi, di sisi lain, ketakutan juga menyergap. Bagaimana jika ini hanya sementara? Bagaimana jika akhirnya kami berdua kecewa?

“Galaksi...” Aku memulai kalimatku, suaraku pelan dan sedikit ragu. “Gue... gue cuma takut. Takut kalau gue nggak bisa memenuhi ekspektasi orang-orang. Takut kalau gue terlalu banyak masalah dan lo bakal merasa terbebani.”

Galaksi menatap diriku dengan tatapan yang penuh pengertian, dan senyumannya menghangatkan suasana. “Senja, semua orang punya kekurangan. Gue nggak berharap lo jadi sempurna. Gue cuma pengen lo jadi diri lo sendiri, seperti yang lo lakukan sekarang. Sama halnya seperti ummi yang langsung menyukai Lo saat pertama bertemu. Itu tandanya ada yang spesial dari dalam diri Lo."

Aku merasa, hatiku sedikit berdegup lebih tenang. Galaksi benar, tak ada manusia yang sempurna. Dan mungkin yang dia butuhkan selama ini bukanlah seseorang yang sempurna, melainkan seseorang yang bisa menerima dia apa adanya.

Aku dan Galaksi duduk dalam keheningan, hanya saling menikmati kebersamaan, tanpa perlu berbicara lebih banyak. Aku merasa ada sesuatu yang lebih ringan, seolah-olah beban yang ada di pundakku mulai terangkat. Beberapa saat kemudian, Aku merasa lebih tenang. Aku menyadari, meskipun ini adalah langkah baru yang tidak mudah, ini adalah langkah yang benar.

Setelah beberapa lama, Aku berdiri dan meraih tasku. “Ayo pulang, sudah sore. Besok gue masih ada banyak kerjaan di kafe.”

Galaksi mengikuti, berdiri dan tersenyum. “Lo pasti capek, ya? Ayo gue antar pulang.”

Aku mengangguk. “Terima kasih.”

Kami berdua berjalan berdampingan ke arah motor Galaksi. Suasana yang semula terasa canggung kini mulai terasa lebih hangat. Meskipun Aku merasa sedikit bingung, ada secercah harapan yang muncul di dalam diriku. Mungkin ini adalah awal dari perjalanan yang baru, meskipun Aku tidak tahu pasti apa yang akan terjadi nanti.

Sesampainya di apartemen, Aku langsung masuk dan melemparkan tasku ke sofa. Aku duduk sejenak, merenung. Pikiranku kembali berputar tentang apa yang baru saja terjadi. Perasaan yang sulit dijelaskan masih bergejolak dalam hatiku. Bagaimana mungkin seseorang yang semula hanya teman dekat kini tiba-tiba menjadi sosok yang begitu penting?

Ponselku berbunyi. Sebuah pesan masuk dari Hanan.

"Senja, lo baik-baik aja? Gue denger gosip baru lagi soal lo sama Galaksi. Ini udah jadi pembicaraan orang-orang di kampus."

Aku mendengus kecil, membaca pesan itu. Gosip di kampus memang tak pernah habis, apalagi kalau berkaitan dengan hal pribadi. Tapi kali ini, Aku merasa sedikit lebih siap untuk menghadapi semua itu. Apakah ini berarti Aku dan Galaksi harus menyembunyikan hubungan kami? Tentu tidak. Setidaknya, Aku sudah mulai menerima kenyataan bahwa Aku harus berani menghadapi apapun yang datang, meskipun itu berarti menjadi bahan pembicaraan orang lain. Memikirkan hubungan, hubungan apa yang sebenarnya kami jalani.

Aku membalas pesan Hanan dengan singkat. "Gue baik-baik aja, Han. Jangan khawatir. Biarin aja mereka ngomong."

Aku meletakkan ponselku di meja dan memutuskan untuk tidak terlalu memikirkan apa yang orang lain katakan. Lagipula, hidupku adalah milikmu, bukan milik orang lain. Mungkin ini adalah waktu yang tepat untuk belajar lebih banyak tentang diriku sendiri. Apa yang benar-benar Aku inginkan dan bagaimana caraku mencapainya.

Hari berikutnya, Aku kembali ke kafe, yang selalu penuh dengan pelanggan setiap harinya. Ada anak-anak jalanan yang datang, beberapa pelanggan tetap yang selalu menyapa, dan wajah-wajah baru yang datang untuk mencoba menu. Aku tersenyum sambil menyapa mereka, meski hatiku masih sedikit terganggu oleh pesan Hanan semalam. Gosip-gosip di kampus seringkali membawa masalah, tapi Aku bertekad untuk tidak terlalu mempermasalahkanku. Hari ini, Aku akan fokus pada pekerjaanku.

Hanan datang lebih awal dari biasanya. Ia langsung melangkah menuju mejaku yang sedang sibuk menyiapkan kopi di belakang konter.

"Senja, lo oke-oke aja?" tanya Hanan dengan tatapan waspada, jelas terlihat dari raut wajahnya yang penuh kecemasan.

Aku tersenyum lembut, mencoba menenangkan temanku. "Lo kayaknya lebih khawatir dari gue, Han."

"Tapi gue tahu lo bukan tipe orang yang suka dibicarakan orang," jawab Hanan, masih dengan ekspresi khawatir. "Gue cuma takut ini bakal jadi masalah buat lo."

Aku menatap Hanan, merasa sedikit terharu dengan perhatian temanku itu. "Gue udah belajar untuk nggak terlalu peduli sama apa yang orang pikirkan. Yang penting, gue bisa jadi diri gue sendiri."

Hanan menghela napas lega. "Gue bangga sama lo, Senja. Lo akhirnya menemukan cara buat lebih tenang."

Aku hanya tersenyum, merasa sedikit lebih kuat dengan dukungan Hanan. Memang, terkadang kita perlu diingatkan oleh orang terdekat kita untuk tetap teguh pada apa yang kita yakini.

Hari itu berlalu dengan cepat. Kafe tetap ramai dengan pelanggan yang datang dan pergi. Namun, di dalam hatiku, Aku merasa lebih ringan. Mungkin apa yang dikatakan Galaksi memang benar, hidup ini tentang menjadi diri sendiri dan menerima segala konsekuensinya. Tidak mudah memang, tetapi Aku merasa siap.

Saat matahari terbenam, Aku menatap langit yang mulai menggelap. Sepertinya malam ini, Aku bisa tidur dengan sedikit lebih tenang. Aku tahu, langkah selanjutnya adalah menghadapinya dengan lebih berani, tidak peduli apa yang orang lain katakan. Karena kali ini, Aku memilih untuk mengikuti hatiku.

Untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, Aku merasa bahwa hidupku tidak sekadar rutinitas, tetapi sebuah perjalanan yang penuh dengan kemungkinan baru. Seiring waktu, Aku tahu bahwa Aku akan lebih mengenal diriku, lebih menghargai keberanianku, dan mungkin, lebih siap menghadapi apa pun yang datang.

Dan mungkin, di ujung perjalanan itu, Aku akan menemukan kebahagiaanku sendiri.

To Be Continued...

1
Siti Faridla Nuryani
ribet
rina Rismayanti
Luar biasa
Amin Srgfoo
menarik
Nanik Arifin
lari dari masalah, bukan sesuatu yg baik senja.
apa yg dikatakan Senja benar, Galaksi. jika mmg hanya Senja di hatimu, tidak seharusnya memberi Maya ruang dalam hidupmu. padahal kamu tahu betul, Maya jatuh hati padamu.
Tidak bisa menjaga hati Senja, berarti kesempatan lelaki lain menjaganya. jangan menyesal ketika itu terjadi, Galaksi
Nurgusnawati Nunung
Alhamdulillah orang orang disekitarmu mereka orang yang baik, Assyifa
Nurgusnawati Nunung
Hayooo semangat..
Nurgusnawati Nunung
Alhamdulillah ada teman untuk berbagi. semangat thor
Nurgusnawati Nunung
menarik ceritanya. semangat thor
Musim_Salju: Terimakasih kak selalu hadir di setiap karya author 😘🤗
total 1 replies
Nunuy
Dapat notif langsung cuss baca..ternyata bagus dan buat penasaran,lanjutttt 💪💪
Musim_Salju: Alhamdulillah, semoga menghibur kak🤗
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!