Bintang panggung dan penulis misterius bertemu dalam pertemuan tak terduga.
Rory Ace Jordan, penyanyi terkenal sekaligus sosok Leader dalam sebuah grup musik, terpikat pada pesona Nayrela Louise, penulis berbakat yang identitasnya tersembunyi. Namun, cinta mereka yang tumbuh subur terancam ketika kebenaran tentang Nayrela terungkap.
Ikuti kisah mereka....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FT.Zira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29. KCTT 29.
. . ... Suara petikan gitar. . . .....
Ku telah bertemu denganmu melalui garis takdir.
Waktu berhenti dalam sekejap, saat kau genggam erat tanganku.
Kau memberiku semua warna cinta, bersamamu semua terasa indah.
Ku melihat diriku ketika kau menatapku.
Kaulah fajarku dan kaulah senjaku. Kaulah derita dan kaulah pelipur lara.
Tetaplah dekat di hatiku setiap waktu.
Setiap napasku mengingatkan tentang hubungan ini.
Kaulah hal terbaik yang terjadi padaku.
Biarkan aku menjagamu di hatiku, sayang.....
. . .... Suara petikan gitar... . . . .
Rory menghentikan petikan gitarnya sejenak, menuliskan beberapa kunci gitar pada buku khusus miliknya yang berisi semua lagu yang telah ia ciptakan.
Kembali memainkan gitar, lalu kembali menulis kunci beserta lirik lagu baru yang ia buat untuk seseorang yang telah mengisi hatinya.
Sejenak, ia tersenyum, melihat wajah wanita yang telah mengisi hatinya ketika ia memejamkan mata, kembali memainkan gitar di pangkuan hingga lagu itu mencapai akhir.
"Lagu baru lagi?"
Suara Kevin terdengar tepat setelah Rory meletakkan gitar di sisi meja tempat ia menulis lagu. Di mana mereka kini berada di ruangan yang biasa mereka gunakan untuk membahas tentang lagu.
"Ya," Rory menjawab singkat.
"Untuk seseorang?" Kevin bertanya lagi dengan tatapan menyelidik.
"Ya," Rory menjawab.
Jawaban tanpa ragu yang diberikan Rory berhasil membuat dua wajah mengubah ekspresi mereka, namun Rory justru terlihat tidak lagi peduli dengan reaksi tidak menyenangkan yang sempat ia lihat.
"Jika kau keberatan dengan lagu ini, aku bisa bernyanyi solo," ucap Rory.
"Satu hal yang pasti, aku ingin lagu ini diedarkan," imbuhnya dengan sorot tidak menerima bantahan meski yang berada di depannya saat ini adalah kakaknya sendiri.
"Lakukan sesukamu," sahut Kevin.
"Saranku," Martin menyela, membuat seluruh pandangan tertuju pada dirinya.
"Jika lagu ini ingin dinyanyikan oleh satu tim, kita membutuhkan peran wanita di dalam video klipnya,"
"Tak bisa dipungkiri, lagu ini bagus. Bahkan, bukan tidak mungkin ini akan meledak dalam industri musik," Martin menambahkan.
"Aku sependapat," Thomas menimpali.
"Apakah itu artinya, akan ada jawaban dari lagu ini?" sambung Ethan bertanya.
"Aku belum memikirkannya," jawab Rory.
"Kurasa lagu ini akan digilai oleh para wanita, terutama bagi mereka yang sedang jatuh," Nathan menimpali.
Semua mengangguk setuju, meski ada dari mereka memberikan sorot tidak senang atas apa yang tengah Rory rasakan, namun tetap mengakui bahwa lagu yang baru saja Rory buat memiliki arti mendalam.
Mereka akhirnya sepakat untuk menyanyikan lagu itu bersama, melakukan Aransemen bersama orang -orang terkait hingga lagu itu resmi diluncurkan setelah lagu itu benar-benar sempurna.
Rory kembali disibukkan dengan aktivitas bersama teman satu timnya hingga ia tidak memiliki kesempatan untuk bertemu dengan seseorang yang sangat ingin ia temui. Namun, rasa lelahnya terbayar ketika lagu baru yang ia ciptakan untuk wanita yang mengisi hatinya meledak di industri musik.
Lagu yang ia beri judul 'Find Of You' dengan menjadikan wajah seseorang yang ia cintai dalam diam sebagai inspirasi.
'NAYA,,,,'
Satu nama yang tidak pernah Rory sebutkan meski begitu banyak orang bertanya untuk siapa lagu itu di ciptakan. Bahkan, seringkali Rory menghilang setiap latihan koreo selesai dilakukan tanpa ada yang tahu kemana Rory pergi disaat ia hanya memiliki waktu istirahat selama satu jam.
.
.
.
...%%%%%%%%%%%%...
Nayla baru saja keluar dari kantor saat hari sudah berubah gelap dengan wajah lelah. Satu tangannya sesekali memijat bahunya sendiri, lalu menghembuskan napas panjang. Mengingat satu hal yang membuat dirinya kesal pad asisten barunya hingga meminta Adrian untuk pulang lebih dulu dan meninggalkan dirinya dengan setumpuk pekerjaan.
Beberapa minggu sejak Rose tidak lagi menjadi asistennya, justru membuat Nayla lebih banyak menghabiskan waktu di kantor.
satu tangan Nayla mengeluarkan ponsel dari saku celana, tersenyum tipis kala ia mengingat seseorang yang senantiasa menghubungi dirinya serta mengirim pesan hanya untuk bertanya apa yang tengah ia lakukan atau mengajaknya makan malam bersama. Namun, senyum di bibirnya memudar ketika ia membuka ponsel namun tidak menemukan satupun pesan masuk.
"Sepertinya dia sibuk," Nayla bergumam pelan.
Hembusan napasnya kembali terdengar, sedang satu tangannya menyimpan kembali ponsel ke dalam saku celana, lalu melangkah gontai untuk memanggil taksi. Namun, sebelum niat itu dilakukan, sebuah mobil hitam berhenti tepat di depan Nayla diikuti menurunkan kaca mobil untuk memperlihatkan wajah seseorang yang sangat ia kenali.
"Roy,,," Nayla mendesis pelan dengan kedua mata melebar.
"Apa yang kamu lakukan di sini?"
"Naiklah, Nay! Jangan hanya berdiri saja," sahut Rory tersenyum.
"Apakah begitu caramu menawarkan tumpangan kepada seseorang?" sambut Nayla menyipitkan mata.
"Apakah kau menantangku?" Rory balas bertanya dengan seringai di bibirnya.
"Tidak!" Nayla menjawab cepat.
Wanita itu bergegas masuk ke dalam mobil tanpa perdebatan panjang ketika melihat seringai licik dari wajah Rory yang tidak tertutup masker, membuat ia teringat kejadian beberapa hari lalu di mana Rory menjemputnya di kantor dan ia menolak untuk naik mobil.
Pria itu segera turun dari mobil setelah menutupi wajahnya, membukakan pintu mobil untuknya setelah berhasil membuat drama yang sukses menarik banyak perhatian hingga ia terpaksa masuk ke dalam mobil
"Pft,,,, Orang-orang akan mengira aku telah mengancammu menggunakan pistol untuk membuatmu masuk ke mobilku jika kamu pasang ekspresi itu, Nay," ucap Rory setelah Nayla duduk di sampingnya, lalu tertawa ringan.
"Dan kau harus tahu, pertanyaanmu mu itu justru lebih mengerikan dari sebuah ancaman," sahut Nayla.
Rory kembali tertawa
"Lalu, apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Nayla.
"Kuharap itu bukan menunggu seseorang yang bisa kamu rampok," imbuhnya diakhiri suara tawa.
"Aku tidak ingin berbohong, tapi kelihatannya kamu tidak akan percaya jika aku mengatakannya," ucap Rory mulai menjalankan mobilnya.
"Jangan menghakimi sebelum kamu mengatakannya," protes Nayla.
"Baiklah, aku memang menunggu seseorang ,dan kaulah yang aku tunggu," jawab Rory menatap Nayla sekilas lalu beralih ke jalan yang ada di depannya.
"Roy,,," tegur Nayla.
"Lihat, kamu tidak percaya padaku bukan?" sambut Rory terkekeh pelan.
"Lagipula apa yang salah dengan itu? Apapun alasannya aku disana, apakah itu kebetulan atau disengaja, aku hanya ingin melihatmu," imbuhnya.
untuk kesekian kalinya, hati Nayla kembali berdesir atas apa yang diucapkan pria di sampingnya. Meski dirinya telah berulang kali pergi bersama Rory, perasaan itu justru menguat setiap kali Rory berada di sampingnya.
"Bolehkah aku menanyakan sesuatu padamu, Roy?" tanya Nayla setelah beberapa saat terdiam
"Tanyakan saja," sahut Rory tanpa menoleh.
"Sebenarnya, apa pekerjaanmu?" tanya Nayla.
"Apa saja yang bisa menghasilkan uang," jawab Rory asal.
"Roy,,," Nayla menegur sembari mendaratkan pukulan pelan di bahu Rory.
"Apa,,,?" sahut Rory tergelak.
"Aku serius bertanya," ucap Nayla.
"Jika pekerjaanku tidak bagus, apakah kamu akan berubah sikap padaku?" tanya Rory.
"Itu kasar Roy," sambut Nayla dengan ekspresi tidak senang.
"Tidak, aku serius dengan apa yang kutanyakan Nay, dan aku menunggu jawabanmu," sahut Rory melirik sekilas, lalu kembali fokus pada jalan.
Ada jeda keheningan singkat setelah Rory menyelesaikan kalimatnya, membuat Nayla menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan, lalu menggeser posisi duduknya hingga ia menghadap pria itu.
"Pertama," Nayla memulai sembari menaikan ibu jarinya.
"Apa yang kamu miliki dan apa yang tidak kamu miliki, tidak akan mengubah siapa kamu sebenarnya,"
"Kedua," menaikan jari telunjuk.
"Terlepas dari apa pekerjaanmu, apa yang kamu lakukan untuk pekerjaan itu, tidak akan mengubah cara pandangku padamu bahwa kau baik,"
"Dan ketiga," sembari menaikkan jari tengahnya.
"Apa kamu berpikir aku menunjukan sikap tertentu hanya berdasarkan apa yang aku dapat? Jika IYA, percayalah, aku sangat ingin menendangmu bagaimanapun caranya,"
"Pft,,, ha ha ha,,,,,"
Rory terbahak saat itu juga sembari menggelengkan kepala. Perlahan, ia memperlambat laju mobilnya, menepi ditempat aman dan berbalik untuk menatap wanita yang duduk di sampingnya..
"Kamu sungguh berbeda, Nay. Selama ini, aku mencoba untuk membuat orang lain terkesan padaku, walau itu harus berbohong sekalipun. Tapi, kali ini justru akulah yang terkesan padamu," ungkap Rory.
"Jangan menelan mentah daging yang baru kamu terima tanpa memasaknya, Roy," tegur Nayla.
"Dengan jawabanmu seperti itu membuatku yakin apa yang ku katakan benar," sahut Rory.
Nayla terdiam dengan pandangan terkunci pada pria di depannya, merasakan kembali debaran yang selalu mengusik hatinya.
"Jadi, apa jawabannya?" Nayla mengalihkan perhatian dengan bertanya untuk menutupi apa yang tengah ia rasakan.
"Jawaban apa?" tanya Rory.
"Pekerjaanmu Roy. Dan jangan mengelak," sahut Nayla
"Aku bekerja disebuah kantor Agensi musik. Kuharap jawaban itu cukup untuk saat ini," jawab Rory segera memalingkan wajah dan mulai menjalankan mobilnya lagi.
'Belum saatnya, aku ingin dia menerima perasaanku tanpa status yang aku miliki. Apakah dia akan menerimaku jika aku mengaku sebagai pekerja biasa? Atau dia akan menolakku?' batin Rory.
"Apakah karena itu yang membutamu mengetahui begitu banyak makanan dari berbagai negara? Seperti mengikuti kemana seorang artis pergi? Aku sempat berpikir kamu seorang Food Vlogger," sahut Nayla.
"Ah,,, Seharusnya aku menjawab itu saja," sambut Rory, lalu tertawa.
"Ini sudah lewat dari jam makan malam, tapi lebih baik dari pada tidak sama sekali. Apa yang ingin kamu makan Nay?" tanya Rory mengubah topik pembicaraan.
"Apakah hanya untuk bertanya, kamu harus menyiapkan dialog sepanjang itu?" tanya Nayla tertawa.
"Karena kamu terbiasa dengan jawaban penolakan dan aku bosan mendengarnya," jawab Rory.
"Apakah seburuk itu?" tanya Nayla.
"Ayolah, kamu hanya perlu menjawab singkat," Rory mengerang gemas hingga membuat Nayla kembali tertawa.
"Kita bisa berhenti ditempat pertama yang kita temui setelah ini," jawab Nayla.
"Kamu yakin?" tanya Rory.
"Ya, apakah ada yang salah?" sambut Nayla.
"Tidak, hanya saja di depan kita hanya ada kedai burger," jawab Rory.
"Atau kita bisa mencari tempat lain, bistrot, cafe atau restoran lain?" tawar Rory.
"Uangku lebih dari cukup untuk membeli dua set makan malam di restoran jika itu yang kamu khawatirkan," imbuhnya.
"Aku baik baik saja dengan kedai burger, itu tidak masalah bagiku," jawab Nayla.
"Baiklah, kedai burger kalau begitu," sambut Rory.
Nayla tersenyum disertai anggukan kepala.
Disaat mobil mereka mulai memasuki area parkir dari kedai burger itu, dalam jarak beberapa meter, sebuah mobil Van mengikuti keduanya tanpa ada yang menyadari beberapa orang dari mobil Van itu mengawasi Rory sejak menjemput Nayla di kantornya.
...%%%%%%%%%%%...
. . . . .
. . . .. .
To be continued....
NOTE :
- Food Vlogger.
Adalah orang yang membuat video ulasan makanan dan minuman untuk dibagikan di media sosial.
aq nda boleh minum kopi 😔