Menutupi jati dirinya sebagai pemimpin dari dunia bawah yang cukup ditakuti, membuat seorang Kenzo harus tampil dihadapan publik sebagai CEO dari perusahaan Win's Diamond yang sangat besar. Namun sikapnya yang dingin, tegas serta kejam kepada siapa saja. Membuatnya sangat dipuja oleh kaum wanita, yang sayangnya tidak pernah ia hiraukan. Dengan ditemani oleh orang-orang kepercayaannya, yang merupakan sahabatnya juga. Membuat perusahaan serta klan mereka selalu mencapai puncak, namun Kenzo juga hampir setiap hari menjadi sakit kepala oleh ulah mereka.
Hingga pada akhirnya, Kenzo bertemu dengan seorang wanita bernama Aira. Yang membuat hidupnya berubah begitu drastis, bahkan begitu memujanya sampai akhirnya Aira harus pergi dari kehidupan Kenzo dan membawa dua darah daging yang tidak ia ketahui.
Bagaimana kehidupan Kenzo saat kepergian Aira dari kehidupannya serta mengetahui darah dagingnya tumbuh dan hidup dan menjadi anak yang sangat berpengaruh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tsabita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BMr.K 8.
Suara hentakan kaki begitu cepat menuju ruangan sang pemilik perusahaan Mariot Corp, setelah mendapatkan informasi apa yang telah terjadi di perusahaannya. Membuat Kenzo segera menghentikan aktivitasnya dari bertemu seseorang, dirinya langsung beralih menuju perusahaan dengan cukup cepat.
"Apa yang terjadi?" Dengan deru nafas yang masih tidak stabil, Kenzo memasuki ruangannya dengan membuka pintu secara kasar.
Di dalam ruangan tersebut, terdapat Ansel beserta Sarah dan juga Aira. Bisa saja Sarah membawa Aira ke dalam ruangannya, namun Ansel mengarahkan mereka pada ruangan tuannya.
"Nona Aira mengalami tindak penindasan, tuan." Ujar Ansel sambil memberikan hormatnya.
Dalam ketakutannya, Aira memegang tangan Sarah begitu kuat. Apalagi sebelumnya ia juga merasa ketakutan akan sikap Kenzo padanya, bahkan dirinya merasa begitu malang tatkala pertama kali berurusan dengan pemilik perusahaan tersebut.
Akan tetapi, tatapan Kenzo sungguh berbeda dari pertemuan awal dirinya bersama Aira. Langkah itu pun membawanya menghampiri dimana Aira berada. Dan Sarah pun memahami akan apa yang di inginkan oleh tuannya, ia menyakinkan Aira untuk tetap tenang.
"Apa yang telah mereka lakukan padamu?" Kenzo bertekuk dihadapan Aira.
Untuk kali ini, Aira tidak habis pikir kenapa Kenzo bisa bersikap seperti itu kepada dirinya. Tangan kekar itu juga menyentuh kedua genggaman tangan mungil yang saling menguatkan, sontak saja hal tersebut membuat Aira menarik kedua tangannya dari sentuhan Kenzo.
"Maaf, katakan saja apa yang telah mereka lakukan padamu." Kenzo menarik tangannya dan berdiri dihadapan Aira.
Seakan memahami situasi yang sedang ada kala itu, baik Sarah maupun Ansel memilih untuk memisahkan diri. Meninggalkan Kenzo dan aira Aira berada disana, namun keduanya masih berada disekitarnya.
"Saya tidak apa-apa tuan, saya mau keluar saja." Aira merasa tidak baik jika mereka hanya berdua saja di dalam ruangan tersebut.
Saat Aira hendak beranjak dari tempatnya, tangan kekar itu terlebih dahulu menahannya. Sontak saja hal tersebut membuat Aira kaget dan segera memberontak untuk melepaskan tangan tersebut, namun kekuatan yang ia miliki sangat berbanding jauh dengan pemilik tangan kekar itu.
"Lepaskan tuan." Tolak Aira dengan baik.
"Jika ku menolaknya, apa yang kamu lakukan?" Senyuman seringai dari wajah dingin terlihat.
"Alangkah tidak baiknya jika orang lain melihat anda bersentuhan dengan seorang wanita, terlebih lagi wanita itu hanyalah seorang karyawan rendahan seperti saya." Tegas Aira dengan sorot mata yang cukup dalam.
"Kenapa tidak? Jika wanita itu adalah miliknya, justru akan lebih baik semua orang mengetahuinya. Bagaimana?" Kenzo semakin diluar kendali.
"Anda benar-benar aneh, lepaskan tuan." Aira kembali memberontak untuk melepaskan tangannya.
Semakin kuat Aira memberontak, hal tersebut semakin membuat Kenzo tersenyum. Dalam satu tarikan saja, tubuh Aira berada dalam dekapan seorang Kenzo. Kedua pandangan mereka bertemu menjadi satu, membuat detak jantung pria itu berdetak lebih cepat dan Aira pun terdiam membisu. Cukup lama mereka berdua dalam keadaan seperti itu, hingga akhirnya membuat Kenzo menyentuh ujung hidung yang begitu menggemaskan baginya.
"Sudah puas menikmati ketampananku?" Suara itu menyadarkan Aira dalam keterdiamannya.
Dengan cepat ia mendorong dada Kenzo dari hadapannya, lalu ia berjalan keluar dari ruangan tersebut. Saat pintu itu telah tertutup, Aira berusaha menetralkan detak jantungnya. Namun ia dikagetkan lagi oleh tatapan dari dua orang disana, yaitu Ansel dan juga Sarah.
"Ra, kamu tidak apa-apakan?" Tanya Sarah yang khawatir serta tatapan Ansel yang cukup tajam.
"Aku tidak apa-apa kak, aku lanjut kerja ya. Terima kasih." Ucap Aira lalu meninggalkan tempat tersebut dengan cepat.
"Tuan Ansel, apa anda bisa menebak apa yang terjadi dengan mereka berdua?" Sarah berbisik.
Hanya dengan tatapan dinginnya, Ansel tidak mengeluarkan suara apapun untuk menjawab pertanyaan dari Sarah kepadanya. Baginya pun menjadi pertanyaan cukup besar atas perubahan sikap Kenzo.
"Tuan, apa anda melamun?" Sarah melambaikan tangannya dihadapan wajah Ansel.
"Apa aku wajib menjawab pertanyaan itu?" Salah satu alis tebal milik Ansel sudah naik ke atas, membuat aura dingin semakin nyata.
Atas hal tersebut, membuat Sarah memilih untuk menjauh masuk ke dalam ruangannya. Meninggalkan Ansel sendirian disana, aura pria itu hampir sama dengan milik tuannya namun sedikit lebih lembut.
"Tuan dan asistennya sama saja, sama-sama menyeramkan." Ringis Sarah.