The Darkest Kiss

RUNTUHNYA PERUSAHAAN MARTINEZ

Wanita itu tersenyum lembut, saat dia berbalik Jax menariknya dan memeluknya hingga menenggelamkan wajahnya ke leher Gaby.

Sementara Gaby sendiri merasakan napas berat Jax yang menandakan bahwa semuanya tidak baik-baik saja. Namun wanita itu tersenyum tipis dan memeluk balik.

“Jika kau mau bertanya sesuatu, kau bisa katakan saja padaku, mungkin aku bisa membantumu.” Ucap Gaby pelan.

Mendengar itu Jax masih enggan melepaskan pelukannya. “Mungkin ini akan semakin rumit. Berikan aku waktu, aku berjanji akan segera menikahi mu.” Balas Jax sehingga senyuman Gaby perlahan mulai pudar.

“Hm. Jangan khawatir, aku juga tidak ingin malam pernikahan kita akan yang mengganggu!” balas wanita itu sehingga kini mereka melepaskan pelukannya.

Jax mencium bibir Gaby singkat hingga akhirnya wanita itu pamit masuk ke dalam, meninggalkan Jax yang masih berada di sana.

“Jacob!” panggil Jax yang masih menghadap ke arah perginya Gaby, namun senyumannya hilang menjadi keseriusan.

“Ya, Tuan?”

“Buat jadwal pertemuan dengan para klien perusahaan. Aku akan mengakhirinya.”

Hattie dan Jacob langsung terkejut mendengar keputusan mendadak dari Jax. Tentu saja! Mereka mempertahankan sebisa mungkin karena itu keinginan ayah Jacob dan juga Martinez sendiri. Tapi sekarang, Jax malah ingin memberhentikan perusahaan Martinez.

“Maaf Tuan Jax. Tapi kenapa?” tanya Jacob.

“Ya! Kenapa memberhentikan nya? Itu warisan dari keluarga Martinez Tuan Jax. Apa Anda yakin?” ucap Hattie dengan sedikit tegas.

Jax menatap ke kedua orang tadi dengan tatapan tajamnya yang menandakan bahwa dia sudah yakin. “Ya! Karena ini yang dinginkan oleh Martinez. Kalian akan tahu nanti. Lakukan saja perintahku.” Pinta Jax lalu melangkah pergi.

Jacob dan Hattie saling memandang bingung, namun pria bernama Jacob itu segera pergi untuk melakukan tugasnya. Sedangkan Hattie juga harus mengurus beberapa barang-barang ilegal yang ada di pelabuhan, karena sebentar lagi tengah malam.

...***...

Pulau Lotre

Pushkin baru saja mendarat dengan helikopter hitamnya. pria itu melangkah cepat besama beberapa anak buahnya.

Pulau yang sangat luas untuk pusat perdagangan ilegal di sana. Sambil membersihkan kedua tangannya yang bersimbah darah, pria itu berjalan santai.

“Tuan, mereka sudah kami kumpulkan di rumah kaca.” Ucap salah satu anak buahnya.

“Hm, bagus! Habisi saja mereka dan buang semua jasadnya ke laut.” Pinta Pushkin yang masih berjalan cepat.

“Baik Tuan.”

Pria tua itu menyeringai licik saat dia baru saja berhasil menyingkirkan mafia terakhir yang ada di pulau tersebut sehingga kini hanya dialah yang tersisa dan akan menguasainya sendirian.

“Kekuasaanku akan semakin meluas!” gumam Pushkin yang tamak.

Ya! Itulah yang dia inginkan. Seharusnya dia bekerjasama dengan Martinez, namun Martinez memilih berhenti dan ingin mengakhiri semuanya, tapi sayangnya Pushkin tidak setuju sehingga dia terpaksa harus menyingkirkan temannya itu dengan menjadikan Salvatore sebagai perisai dan kambing hitamnya. Karena mengingat pria bernama Salvatore itu juga tamak ingin berkuasa dan ingin kaya.

“Suntikan kepadanya, aku ingin lihat reaksi apa yang akan terjadi.” Pinta Pushkin yang saat ini berdiri di dekat sebuah penjara yang terdapat beberapa orang yang berhasil dia culik untuk dijadikan eksperimen narkoba jenis barunya.

“TIDAK!!! LEPASKAN KAMI SIALAN!!!" teriak orang-orang malang itu yang berada di penjara.

Dengan kasar dan tidak manusiawi, anak buah Pushkin memukuli mereka dan menyeret salah satunya untuk disuntikkan sebuah narkoba ke tangannya.

Pushkin sendiri hanya diam dan memperhatikannya. Sampai pria tadi mulai kejang-kejang hingga mulutnya mengeluarkan busa.

“Hahahaha!!!!” tawa Pushkin saat dia puas akan hasilnya. Namun juga tidak begitu senang karena narkobanya akan sangat berbahaya.

“Itu sangat bagus! Tapi aku ingin kalian memperbaikinya. Itu terlalu cepat merenggut nyawa orang, aku bisa bangkrut nanti jika tidak ada yang minat! MENGERTI!!” pinta Pushkin hingga akhirnya dia pergi dari sana menuju Mansion nya sendiri.

...***...

Keesokan harinya. Gaby bersiap, dia pikir Jax ada di rumah, tapi ternyata pria sudah tidak ada di sana.

“Kemana Tuan Jax?” tanya Gaby kepada seorang pelayan di sana.

“Dia pergi ke kantor.” Jawab pelayan cantik itu sehingga Gaby mengangguk kecil.

Wanita cantik dengan rambut di kuncir ekor kuda itu mencoba keluar ke halaman luar, dan mencari keberadaan Hattie atau.. Siapapun itu yang mungkin bisa dimintai tolong.

“Anda butuh sesuatu Nyonya?” tanya anak buah Jax yang berjaga-jaga di sana.

Gaby sedikit gugup, namun dia mencoba rileks. “Ya, em... Bisa kau antar aku keluar?”

penjaga itu berkerut alis, seolah dia tahu akan perintah bosnya sebelumnya.

“Maaf Nyonya, tapi saya harus meminta izin kepada Tuan Jax. Ini perintahnya.” Ujar pria berkaos hitam itu dengan tegas.

Gaby mengerti, dia terdiam beberapa saat, lalu tersenyum tipis. “Tidak apa. Aku akan menunggunya pulang saja.” Ucap Gaby yang akhirnya pasrah dan kembali masuk.

Sungguh! Dia merasa bosan, tapi dia keluar ingin pergi ke rumah tokonya, mungkin barang-barang pentingnya masih ada di sana.

“Sudah berapa lama aku tidak berjualan bunga?” gumam Gaby mengusap wajahnya dengan lelah dan bingung.

Sementara di perusahaan. Jax begitu sibuk mengumpulkan para klien pemilik perusahaan terbesar dan ternama yang kini duduk di kursi meeting dengan yang lainnya.

“Anda memutuskan begitu saja, dan itu sangat membuat kamu kecewa Tuan Jax. Kau tahu berapa banyak kerugiannya nanti?” kesal salah satu pengusaha yang kini menatap tajam dan berkerut alis.

“Aku tahu. Dan aku minta maaf atas kerugian itu. Aku akan menggantinya, lagipula kerjasama ini baru berlanjut beberapa hari lalu. Itu sama sekali tidak merugikan terlalu banyak. Benar begitu Mr. Mcall?” balas Jax menatap tajam balik, namun datar.

Pria itu kembali menjelaskannya, dia benar-benar akan menyudahi perusahaan Martinez dan terpaksa harus memberhentikan semua pegawai di sana dan memberinya waktu 5 hari untuk mencari pekerjaan baru.

“Jika kalian tidak terima, maka aku membuka peluang untuk berperang.Terima kasih.” Ucapan terkahir Jax sebelum akhirnya dia pergi meninggalkan ruangan itu.

Sementara para pengusaha yang masih berada di sana, tentu saja mereka masih berbisik kesal dan mulai menelepon asistennya masing-masing.

Kerugian yang sangat besar. Jax sama sekali tak peduli meski harus kehilangan harta dan kemewahan yang baru saja ia nikmati, yang terpenting dia bisa hidup bebas tanpa banyak nya musuh dari ayahnya. Sungguh sialan!

“Bagaimana dengan pengiriman barangnya?” tanya Jax yang baru saja masuk ke dalam mobilnya bersama Jacob.

“Hattie sudah mengurus semuanya Tuan.” Jawab Jacob.

Kini masih ada beberapa langkah lagi yang harus Jax selesaikan.

Jacob menatap bosnya lewat spion. “Apa rencana Anda selanjutnya? Sebentar lagi Salvatore dan Pushkin pasti akan mengetahui tentang runtuhnya perusahaan martinez.” Ujar Jacob.

“Biarkan saja mereka tahu. Mereka sendiri yang akan mendatangiku.” Jawab Jax sangat yakin karena dia sudah banyak sekali bertemu dengan orang-orang yang berpikiran sama hanya untuk ketamakan saja.