Gadis muda, bernama[Resa anggraini], yang haus kasih sayang dan perhatian,pertemuan dia dengan seseorang yang bernama [Hari ramadhan],berusia 32 tahun mempersatukan dua insan itu dalam sebuah ikatan di usianya yang masih 18 tahun.Konflik muncul ketika [Resa] berusaha menemukan kebahagiaan dan kasih sayang dalam pernikahan tersebut,berawal dari perkataan frontal gadis itu membawanya pada takdir yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
babb 14 Orang baru
Esok harinya di tempat konveksi RIZA collection, semua orang sibuk gotong royong memindahkan barang ke lantai utama karena akan ada perbaikan di ruangan tempat mereka bekerja. Sampai dirasa telah selesai berbenah menentukan posisi yang nyaman bagi masing-masing mereka yang akan bekerja.
"Tolong mesin yang ini di simpan di pojokan sana ya, Ndi, soalnya Hari akan masuk kerja lagi," perintah Bu Amelia pada Andi yang sedang mengatur letak mesin yang berjejer.
"Iya, siap Bu, memangnya Hari sudah benar-benar sehat ya?" tanya salah satu karyanya.
"Alhamdulillah, itu orangnya juga ada di atas," jelas Amelia.
"Syukur alhamdulillah deh, akhirnya manusia kulkas itu sehat juga, tak kira dia belum move on kali, makanya sampai sakit lama," ucap Kayla sedikit meledek teman kerjanya yang belum dikenal oleh Resa.
Setelah dirasa semua rapih, mereka pergi beristirahat sekalian untuk makan siang. Disana ada Hari yang sudah terlebih dulu masuk ke dapur untuk makan siang. Di sela makan siangnya, ponsel Resa berdering tanda ada pesan masuk, dia pun mengambil ponsel untuk memeriksa pesan masuknya dari siapa.
"Selamat siang Resa, awali kerjamu dengan bismillah. Semoga harimu seperti surat Al-Fatihah, baru baca bismillah langsung alhamdulillah."
Resa menyunggingkan senyum kecut. Kegundahan nya beberapa belakang ini membuat moodnya tak karuan. Seperti biasa, dia hanya membaca pesan yang selalu rutin Hasan kirimkan tanpa membalasnya.
Karena tak mendapat jawaban dari resa hasan pun mengirim pesan pada wati, untuk menanyakan kabar gadis pujaannya.
"Ok, kalau itu maunya,akan saya buktikan dengan memberi kejutan kedatangan ku malam ini untuk meng hitbah nya,tolong sampaikan niat saya sama Resa ya, saya akan pulang hari ini juga" Pesan terakhir yang hasan kirimkan pada saudara resa tersebut
Sekali-kali ke, kita makan di restoran gitu, biar ga bosen dengan menu yang begini-begini aja," ucap Andi memulai perbincangan di tengah kesunyian saat orang-orang sedang menikmati makan siangnya.
"Jangan aneh-aneh om, makan aja yang ada, kalau berani, sono bicara langsung sama Bu Amel," jawab si juru masak.
"Hahahah, kena semprot lu, banyakin bersyukur aja, kita tinggal nyuap aja jangan banyak mau nya," ledek salah satu karyawan lain.
"Ck, kamu mah gak tahu, Ketika otak bilang: 'ayo dong piknik' Hati: 'iyah nih cape mikirin beban hidup mulu, healing ke sekali kali' Mulut: 'jajan donk...! Mie ayam ke, bakso, atau sop buah gitu...!' Lah Dompet menjawab...! 'Ehhh, maaf aku lagi gak enak badan. Lagi gak bisa di ajak kemana-mana. Dear duit'," ucap Andi dengan nada yang lucu.
"Tolong ya kerja samanya sesekali gantian dong, kamu yang nyari aku, jangan aku yang nyari kamu terus terusan, gantian ke, capek tahu kamu nya lari terus, gak betah tinggal di dompetku, apa perlu dompetku tak pasangin AC aja biar gak pergi-pergi terus," tambah Andi dengan nada yang masih lucu.
Seketika riuh tawa terdengar di tengah perdebatan mereka yang saling bersahutan, namun sama sekali tak membuat si manusia kulkas tersenyum sedikitpun. Pria itu acuh seolah tak mendengar apapun, Resa saja sampai menahan tawa ketika mendengar candaan dari rekan kerjanya, namun tidak untuk pria dingin yang duduk di pojokan itu.
"Pantas saja di juluki manusia kulkas, orang acuh banget bahkan tak merasa terusik sedikit pun dengan kegaduhan di sekelilingnya," pikir Resa saat melirik pria yang duduk terpisah dari yang lainnya. Padahal, tanpa Resa sadar, pria tersebut selalu mencuri pandang memperhatikan gerak-geriknya.
Selang beberapa jam berlalu, tak terasa waktunya pulang. Ika menghampiri Resa yang masih berkutat dengan pekerjaannya. "Resa, sudah jam 4 kamu gak mau pulang?" tanya Ika yang sudah siap untuk pulang.
"Astaghfirullah, ngagetin aja bi, sudah masuk waktu asar kah ko aku gak dengar adzan berkumandang ya?" jawab Resa.
"Kamunya aja yang keasikan kerja, cepetan beresin, bibi tungguin di depan," perintah Ika yang berlalu meninggalkan Resa yang masih belum beres-beres.
"Iya, mbak tunggu sebentar," jawab Resa.
Setelah 5 menit menunggu, namun Resa belum juga keluar, akhirnya Ika pun masuk lagi untuk menyusulnya. "Aduh, dimana yah, perasaan tadi aku simpan di sini deh ko gak ada yah," bingung Resa saat mencari telpon genggamnya.
"Res, kamu lagi ngapain sih, lama banget di tungguin juga," teriak Ika.
"Ini, bi, aku cari HP, perasaan tadi di simpan di atas meja tapi gak ada yah, tolong miscall-in dong bi," pinta Resa.
"Ck, kamu ini yah, bibi gak ada pulsa, Res, lagian kamu ceroboh banget sih, biasanya juga di simpan di saku tuh HP," jawab Ika.
"Iya, bi, soalnya tadi ada Ica minjem HP aku," jawab Resa.
"Ya udah, sana tanyain sama Ica," perintah Ika.
"Udah, mbak, kata Ica disimpan di atas meja," jawab Resa.
"Bentar deh, biar di miscall-in sama yang lain," kesal Ika kemudian berjalan menuju teman yang lain.
"Siapa yang punya pulsa, tolong miscall-in nomor si Resa, HP-nya gak ada, mungkin ke tumpang tindih barang," teriak Ika bertanya pada teman seprofesinya.
"Tuh, sama si Hari aja, dia kan jualan pulsa, pasti bisa dia, sekalian minta di isi gih punyaku juga gak ada pulsanya," tunjuk Andi sambil tertawa kecil.
"Hari, telponin nomor Resa dong, dia lagi nyari HP-nya belum ketemu," perintah Ika.
Hari pun mengambil ponselnya dan mendial nomor yang Ika berikan.
"Udah ketemu belum, teh, tadi Ica simpan di atas meja ko," jelas Ica menghampiri Resa.
"Nah, akhirnya ketemu juga," ujar Resa saat menemukan HP-nya di bawa tumpukan baju.
"Yah, udah, ayo, keburu angkotnya penuh, Res, ini sudah waktunya pekerja pabrik bubar," perintah Ika.
Saat berada di dalam angkot, Resa menerima pesan dari nomor yang tadi menelponnya.
Ting
Satu pesan masuk
(Maaf,mau tanya kata ica kunci yang tadi di titip sama kamu di taruh dimana ya? )
(mm,itu tadi di simpan di atas meja dekat etalase, cari aja di situ) Balas Resa
(Iya,sudah ketemu katanya makasih, ini nomor om nya ica,di save yah siapa tahu perlu, saya Hari Ramadhan, panggil aja Hari)
(Oh iya om sama sama,salam kenal saya Resa anggraini,bisa panggil Resa aja)
(jangan panggil om,aa ajah)
(Nama yang cantik,secantik orang nya,kalau aku panggil aini boleh? )
"hahahha, aa katanya" Gumam Resa sambil terkekeh geli.
(Terserah) Balas Resa lagi
"Pesan dari siapa Res," Tanya Ika memicingkan mata
"Ini bi,omnya ica.nanyain kunci yang dititip ica ke aku tadi"
"Oh, terus apa yang membuat kamu tertawa? ada yang lucu kah? "
"Ah,nggak bi. tadi aku sebut dia om,tapi dia minta di panggil aa" Jelas Resa yang masih tertawa geli,merasa heran karena sikapnya sangat dingin waktu bertemu di tempat kerja,ternyata kalau di hp bawel juga.
Seketika Ika ikut tertawa
"Hahaha..... Ada ada aja si Hari,gak ingat umur dia"
"Udah biarin aja,gak usah di ladenin. eh tapi meskipun sikapnya dingin ,sebenarnya dia itu baik loh.kalau nyuruh membelikan sesuatu aja kembalian nya suka di kasih sama bibi ,kan lumayan buat nambah uang jajan anak anak" tutur Ika menceritakan sedikit kriteria pria itu pada Resa yang baru mengenal nya.
"Eh Res,kamu nolak si Doni yah? keterlaluan kamu,sampai dia murung tak bersemangat gitu.kasian tahu, padahal dia bener bener cinta sama kamu, kenapa di tolak sih? " tanya Ika yang blak blakan.tanpa memperdulikan orang itu nyaman atu tidak dengan ucapan dia.
"Tapi perasaan gak bisa di paksain bi.aku udah beri dia waktu seperti yang bibi sarankan,tapi tetap tidak merubah perasaanku sama sekali,lagian aku tidak mau memberi harapan yang terlalu jauh lagi sama dia."
"Ck, kamu itu so kecantikan banget sih,mentang mentang banyak yang naksir, kamu itu...."
"Maaf bi aku jalan lewat sini aja soalnya buru buru mau lanjut ngaji takut telat" Sela Resa beralasan saat sudah turun dari angkot. namun ika yang tak suka ucapannya di bantah apalagi saat belum selesai bicara itu mendengus kesal pada gadis remaja yang di matanya terlalu pemilih.
Sedangkan dirumah nya, komala sedang menasehati putri sulungnya yang selalu membuat onar.
"Wati,kamu ini kenapa sih jadi kaya gini? mamah sampe heran sama sikap kamu sekarang,padahal apa kurangnya mamah sama kamu,apa apa kamu yang mamah dulu i, tapi begini balasannya,kamu bikin malu keluarga kita Wati,seharusnya kamu pikirkan dulu bagaimana akibat dari prilaku kamu itu akan berdampak buruk untuk keluarga,kamu lihat si tina,meskipun dia suka kelayapan tapi dia bisa menjaga batasannya wati,sangat jauh beda dengan sifat kamu yang....ah"cecar Komala menghentikan omelan nya yang tak mungkin di tanggapi anaknya.
"Cukup mah,jangan selalu bandingkan aku sama mereka,lagian yang anak kandung mamah itu aku apa mereka sih?" Sela Wati tak terima di banding banding kan,dia pergi dengan kekesalan yang membuncah,sambil menghentakkan kaki dan umpatan dari bibirnya yang tak di dengar ibunya.