Karya ini hanya imajinasi Author, Jangan dibaca kalau tidak suka. Silahkan Like kalau suka. Karena perbedaan itu selalu ada 🤭❤️
Perjodohan tiba-tiba antara Dimas dan Andini membuat mereka bermusuhan. Dimas, yang dikenal dosen galak seantero kampus membuat Andini pusing memikirkan masa depannya yang harus memiliki status pernikahan.
Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Star123, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
"Kenapa ga mau? Kan Dimas ganteng, sayang. Ibadahnya juga bagus. Kalau anak tante sudah seumuran kamu mungkin bakal tante jodohin tapi sayang anak tante baru umur 5 tahun" tante Jenny tersenyum.
Dini makin cemberut aja bukan dapat dukungan tapi sekarang Dimas malah ada yang sanjung.
"Sudah selesai, Jen?" tanya Mama Dian dibalik pintu
"Sebentar lagi, Bu Dian" jawab Jenny.
"Oke, sebentar lagi Dimas akan ijab Qabul. Kalau sudah selesai bawa keluar ya" ucap Mama Dian dan dianggukin oleh Jenny.
Diluar rumah tepatnya dihalaman telah disulap menjadi sebuah panggung kecil. Panggung dimana yang sebentar lagi akan dilaksanakan Ijab Qabul pernikahan Dimas dan Dini.
"Padahal ga ada rasa, kenapa deg-degan begini" gumam Dimas. Sama halnya dengan Dimas, Dini yang berada diruangan pun juga deg-degan.
"Bagaimana, Nak Dimas sudah siap?" tanya penghulu yang berada didepan Dimas. Mau tidak mau Dimas menganggukkan kepala.
"Baik, Mari Nak Dimas menjabat tangan Pak Arya. Pak Arya sudah siap?" tanya penghulu lagi ke Papa Dini, Arya.
"Sudah, Pak"
"Baik, mari kita mulai" Pak penghulu mulai membaca bismillah.
"Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau ananda Dimas Eka Niratama bin Dino Niratama dengan anak saya yang bernama Andini Kusumanegara dengan mas kawinnya berupa emas 10 gram dan uang sebanyak Rp 123.456.789 tunai" ucap Papa Arya
"Saya terima dan kawinnya Andini Kusumanegara binti Arya Kusumanegara dengan mas kawin tersebut tunai" jawab Dimas lantang dan langsung disambut dengan para saksi dan hadirin dengan ucapan " Sah".
"Alhamdulillah, Barakallah. Boleh dibawa kesini Nak Andininya" kata Pak penghulu.
Dini yang mendengar namanya disebut, segera berdiri dan berjalan menuju halaman. Terdengar suara samar-samar memuji kecantikannya.
"Mari, Nak Andini duduk disamping suamimu dan cium tangan suamimu" seru Pak penghulu dan diikuti oleh Dini yang duduk disamping Dimas. Dini segera meraih tangan Dimas dan mencium punggung tangan suaminya.
"Sekarang kalian suami-istri, apapun yang terjadi dikehidupan kalian kelak tolong kalian selesaikan baik-baik berdua. suami istri diibaratkan sebagai pakaian, yang saling menutupi, melengkapi, dan menghangatkan. Suami adalah pakaian bagi istri, begitu pun istri adalah pakaian bagi suami" nasehat dari pak penghulu.
Dini dan Dimas yang mendengar nasehat dari Pak penghulu hanya bisa terdiam. Mereka hanya bisa bertanya dalam hati. Apakah pernikahan ini sah dimata agama? Jika melihat hubungan mereka yang tidak pernah akur.
"Dimas, karena kamu sudah menikah dengan Dini. Mulai hari ini, tidak ada panggilan om antara kita namun diganti Papa. Papa serahkan putri papa satu-satunya kepadamu. Tolong bimbing dia. Jika suatu saat, Dini melakukan kesalahan dan kamu tidak bisa memaafkannya tolong kembalikan kepada kami baik-baik seperti kamu mengambil dari kami baik-baik" ucap Papa Arya sedikit terisak. Beberapa kali Papa Arya mengelap air mata yang jatuh dipipinya. Semua hadirin ikut menitikkan airmata tidak terkecuali Dini.
"Baik, Pa. Mohon doa dan restunya agar kami bisa mengarungi rumah tangga kami dengan baik dan bisa mengatasi segala masalah" jawab Dimas. Dimas mulai mencoba menerima takdir Tuhan, mungkin ini yang terbaik.
"Aamiin" jawab mereka kompak. Dini hanya melongo mendengar jawaban Dimas.
"Kenapa neh dosen mengharap banget dengan pernikahan ini? Bikin kesal saja"
Selesai memberi nasehat kepada pengantin, Dini dan Dimas meminta doa restu kepada kedua orang tua dari pihak mempelai wanita dan laki-laki. Setelah itu, Mama Dini dan Mama Sekar mempersilahkan para tamu untuk mencicipi makanan dan memberi doa restu.
"Selamat menempuh hidup baru Andini dan Dimas"