Fariq Atlas Renandra seorang pria yang berprofesi sebagai mandor bangunan sekaligus arsitektur yang sudah memiliki jam terbang kemana-mana. Bertemu dengan seorang dokter muda bernama Rachel Diandra yang memiliki paras cantik rupawan. Keduanya dijodohkan oleh orangtuanya masing-masing, mengingat Fariq dan Rachel sama-sama sendiri.
Pernikahan mereka berjalan seperti yang diharapkan oleh orang tua mereka. Walaupun ada saja tantangan yang mereka hadapi. Mulai dari mantan Fariq hingga saudara tiri Rachel yang mencoba menghancurkan hubungan itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naga Rahsyafi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua Puluh Tiga
Sesuai yang direncanakan oleh Alda, ia membawa Rachel pergi jalan-jalan. Mereka berhenti di sebuah taman. Rasanya jika makan di cafe terlalu tertutup. Karena itu Alda membawa Rachel berjalan-jalan ditempat terbuka.
"Kamu beneran rebut Mas Ariq dari dia?"
Rachel yang tadinya fokus makan eskrim tiba-tiba menoleh kearah Alda. "Maksud kamu?"
"Aku tanya aja sih."
"Kamu tau nggak. Vina itu selalu mencari keributan sama aku."
"Kok gitu?"
"Aku juga nggak tau. Dari dulu dia nggak izinkan aku buat bahagia."
"Kalian punya masalah ya?" tanya Alda.
"Sebenarnya ... Vina itu saudara tiri ku."
"Saudara tiri? Maksud kamu gimana sih?" tanya Alda.
"Aku sama dia satu Ayah, beda Ibu."
Alda membulatkan matanya. "Serius?" tanyanya.
"Mas Ariq tau?"
"Mami tau ... Mas Ariq nggak tau tentang Vina. Mereka cuma tau kalau Papa punya istri lain," ucap Rachel. "Mas Ariq juga udah sempet ketemu sama mamanya Vina."
"Pantesan aja dia kayak nggak suka sama kamu."
"Dia bilang sama aku, dia mau merebut sepupu kamu itu ... Dia akan berusaha supaya Mas Ariq cerai sama aku."
"Segitunya?" tanya Alda tidak percaya.
"Mau gimana lagi, nasibku udah seperti ini 'kan ... Kalaupun suatu saat Vina berhasil melakukan itu. Aku harap Mas Ariq nggak mau sama dia. Mas Ariq orang baik, jangan sampai dia terjerumus sama ucapan Vina."
"Kamu tenang aja ... Kalau dia macam-macam sama kamu. Aku yang akan bertindak."
"Nggak usah ... Kalau dia kenapa-kenapa, aku yang disalahkan."
"Lho, kok gitu?"
"Gimana lagi ... Papa lebih percaya sama dia."
"Kamu nggak usah khawatir ... Mas Ariq nggak akan pergi kemanapun. Dia akan tetap sama kamu."
"Makasih ya ... Kamu baik banget, sama kayak Mas Ariq. Tapi–"
Alda sedang menantikan lanjutan ucapan wanita itu.
"Tapi kenapa?"
"Aku cemburu kalau kamu deket-deket sama Mas Ariq."
"Hahaha ... Kamu cemburu?" Alda tidak percaya dengan pengakuan wanita itu.
"Kok kamu ketawa?" tanya Rachel.
"Oke-oke ... Kamu lucu, ah. Aku 'kan sepupuan sama Mas Ariq. Kamu nggak usah cemburu."
"Aku sempet takut kalau kamu sama Mas Ariq–"
"Kenapa sama aku?" tanya Alda.
"Nggak jadi deh," ucap Rachel menggelengkan kepalanya.
"Hei ... Aku cuma punya Bibi sama Mas Ariq. Karena itu aku deket sama dia ... Tapi kamu nggak usah khawatir, Mas Ariq milik kamu seutuhnya," ucap Alda. "Eh, udah seutuhnya belum?"
"Maksud kamu?" tanya Rachel.
"Kamu udah di apa-apain sama Ariq?" tanya Alda penasaran.
"Iiih, kok nanya itu sih. Malu tau."
"Kita 'kan sesama perempuan."
"Malu ah. Malah bahas itu lagi."
"Aku penasaran Rachel. Siapa tau dia malu-malu sama kamu."
"Malu apaan ... Mukanya aja polos, kelakuannya bikin aku pusing."
"Ooops!" Alda menutup mulutnya. "Ceritanya nggak bisa menyeimbangi sikap Mas Ariq, hm."
"Alda, iiih ... Jangan bahas itu."
"Semoga aja aku cepet punya ponakan."
"Aamiin ..."
[] [] []
Setelah berjalan-jalan bersama Alda, baru saja Rachel tiba di rumah sakit. Ia sudah dihadapkan dengan dua orang yang menunggunya di ruangan tempat ia kerja.
"Papa ... Tumben ke sini."
"Papa mau tanya kamu. Jawab yang jujur," ucap Ryan. "Sebenarnya Ariq itu pacar Vina. Tapi kamu rebut?"
"Kamu beneran melakukan itu Vin?" tanya Rachel memandang saudaranya. Vina diam saja seolah dia yang menjadi korban dari Rachel.
"Pa ... Apa Rachel pernah ngadu sama Papa gimana kelakuan Vina?" tanya wanita itu dengan suara halusnya.
"Kamu nggak mau ngadu karena pada dasarnya Vina nggak pernah buat salah 'kan," ucap Ryan. "Rachel tolong banget. Papa banyak kerjaan jangan di tambah untuk mikirin permasalahan kamu dan Vina ... Kamu jangan ganggu Vina, lagian Papa juga masih perhatian sama kamu."
"Papa memang perhatian sama Rachel. Tapi Papa nggak sayang sama Rachel."
"Papa sayang sama kamu. Karena itu Papa mau kamu jangan bertengkar sama Vina. Ingat kalian itu saudara."
"Pa ... Rachel nggak mau debat sama Papa." Lirih wanita itu.
"Kamu ngusir Papa?" tanya Vina.
"Vina diam! Aku lagi ngomong sama Papa."
"Anak nggak bener. Masak dia ngusir Papa sih," ucap Vina.
"Vina jangan buat Papa marah. Aku sama sekali nggak bermaksud ngusir Papa."
"Kalau aja Papa tau Ariq pacar Vina. Papa nggak akan menikahkan kamu sama dia." Ucap laki-laki itu.
"Pa ... Kenapa ngomong gitu sama Rachel?" tanyanya. "Padahal Rachel bahagia banget. Rachel nikah tetap Papa yang jadi wali Rachel. Rachel seneng."
"Kamu seneng. Tapi Vina menderita," ucap Ryan. "Kamu mau balas dendam sama Ratna karena itu kamu merebut pacar Vina."
"Pa ... Vina sama Mas Ariq nggak pernah kenal."
"Kenal kok, Pa. Tapi semenjak Mas Ariq sama dia. Mas Ariq jadi berubah."
"Kurang baik apa Mami kamu Rachel. Dia selalu memperhatikan kamu. Tapi kamu malah balas dendam melalui Vina."
"Pa ... Ibu Rachel cuma Mama Indi. Nggak ada yang lain ... Kalaupun ada, ya Maminya Mas Ariq."
"Ratna itu Ibu kamu juga. Kamu harus terima itu."
"Dia selalu jelek-jelekin Mami tau, Pa. Tapi Vina tetap diam aja."
"Vina, aku mohon banget. Jangan buat cerita yang enggak-enggak."
"Lho, emang kenyataannya gitu 'kan. Kamu pernah jelekin Mami, aku."
"Aku nggak mungkin jelekin Mami kamu kalau kamu nggak mulai duluan."
"Jadi bener kamu jelekin Ratna?" tanya Ryan.
"Bukan gitu, Pa. Tapi–"
Ucapan Rachel terhenti ketika telapak tangan besar laki-laki itu sudah berada di samping wajahnya.
"Papa mau nampar Rachel lagi?" tanyanya.
"Kalau kamu nggak berulah. Papa nggak mungkin akan lakuin itu," jawab Ryan setelah menurunkan kembali tangannya.
"Papa pernah nampar Vina nggak?" tanya Rachel.
"Papa nggak pernah nampar aku, karena aku anak baik."
"Vina ... Kamu sayang sama Papa?"
"Sayang, Pa. Vina sayang banget sama Papa."
"Rachel juga sayang sama Papa," sambung wanita itu namun diabaikan oleh Ryan.
"Kalau Papa minta jauhi Ariq. Kamu mau?"
"Demi Papa ... Vina pasti jauhi Mas Ariq. Vina nggak kayak anak Papa yang satu ini. Pembangkang!"
"Jauhi Ariq ya. Dia udah jadi suami orang."
"Orang itu anak Papa. Rachel, Pa," ucap Rachel mencoba menahan kesedihannya.
"Nanti Papa kenalkan kamu sama pria lain."
"Boleh, Pa. Makasih Papa." Ucap Vina penuh semangat.
"Ya udah. Papa kerja dulu ... Kalian jangan terlalu sering berdua. Papa banyak kerjaan, ditambah harus selalu mendamaikan kalian."
"Iya," ucap keduanya.