Alya, seorang gadis desa, bekerja sebagai pembantu di rumah keluarga kaya di kota besar.
Di balik kemewahan rumah itu, Alya terjebak dalam cinta terlarang dengan Arman, majikannya yang tampan namun terjebak dalam pernikahan yang hampa.
Dihadapkan pada dilema antara cinta dan harga diri, Alya harus memutuskan apakah akan terus hidup dalam bayang-bayang sebagai selingkuhan atau melangkah pergi untuk menemukan kebahagiaan sejati.
Penasaran dengan kisahnya? Yuk ikuti ceritanya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. ISTRI LUKNUT
ISTRI LUKNUT
🌸Selingkuhan Majikan🌸
Anton baru saja akan membuka pintu ketika suara Lestari yang sedang marah-marah terdengar jelas di balik pintu kamar.
Ia berhenti sejenak, alisnya berkerut. Apa yang terjadi di dalam? Rasa penasaran menggerakkan langkahnya untuk mendekat, hingga suara percakapan itu terdengar semakin jelas.
"Dengar! Aku tidak peduli bagaimana caranya, pastikan Alya tidak pernah menemukan apa pun. Dan jika perlu... buat dia diam untuk selamanya!."
Kata-kata itu membuat Anton tidak menduga. Ada keheningan sesaat di mana otaknya mencoba mencerna semua itu.
Apa maksud istri ketiganya itu? Apakah ini... tentang kebakaran rumah Alya? Pikirannya berkecamuk, amarahnya pun mulai memuncak.
Lalu, Anton mendengar langkah Budi yang keluar dari kamar dengan cepat. Tanpa berpikir panjang, Anton langsung membuka pintu dengan kasar dan masuk ke dalam ruangan.
BRAK!
Lestari yang baru saja duduk di kursi, langsung terkejut melihat suaminya muncul dengan wajah merah padam.
"Mas Anton? Apa—" Lestari belum sempat menyelesaikan kalimatnya ketika Anton berjalan cepat mendekatinya dengan tatapan penuh amarah.
"Kamu pikir aku bodoh, Lestari? Aku dengar semuanya! Tentang kebakaran rumah Alya... Kamu yang menyuruh membakar rumah itu? Kamu yang menyebabkan keluarganya tewas?!," teriak Anton.
Lestari tidak bisa berkutik, wajahnya pun menjadi pucat. Dia mencoba mencari kata-kata, tapi lidahnya terasa kelu. "Mas Anton... aku... ini semua tidak seperti yang kamu pikirkan."
"TIDAK SEPERTI YANG AKU PIKIRKAN?!," teriak Anton lagi dengan suara yang lebih menggelegar.
Lalu, Ia mengangkat tangannya dan menunjuk ke arah Lestari dengan sorot mata yang tajam dan menakutkan.
"Aku dengar dengan jelas apa yang kamu katakan pada orang suruhanmu! Kamu yang membakar rumah itu, dan kamu masih berani mencoba menutupi semuanya?!."
Lestari pun berdiri dari kursi lalu mencoba mendekati Anton, tapi dia mundur selangkah dan menolak disentuh.
"Mas Anton, aku melakukannya untuk kita! Alya... dia ancaman bagi kita! Aku hanya... aku hanya ingin memastikan tidak ada yang mengganggu hubungan kita."
Anton tertawa sinis, nadanya terdengar pahit. "Hubungan kita? Hubungan macam apa yang kamu bicarakan? Kamu berpikir dengan membunuh keluarga Alya, hubungan kita akan baik-baik saja? Kamu tahu, aku seorang juragan, aku punya banyak musuh. Tapi aku tidak pernah berpikir sampai sejauh itu, Lestari! Aku tidak pernah melenyapkan nyawa orang demi kepentinganku sendiri!."
Lestari mencoba meraih tangan Anton, suaranya mulai bergetar. "Mas Anton, aku melakukannya demi kamu. Demi kita. Aku tidak ingin ada yang menghalangi kita."
Anton menepis tangan Lestari dengan kasar. "Ini bukan demi aku! Ini demi kamu sendiri! Kamu melakukannya karena kecemburuanmu, bukan untukku! Aku tidak jadi menikahinya karena ulahmu! Tapi kau sangat tega melenyapkan keluarganya! Keterlaluan!."
Air mata mulai mengalir di wajah Lestari. "Aku hanya tidak ingin kehilanganmu, Anton..."
Namun, Anton hanya menatapnya dengan jijik. "Kamu sudah kehilangan aku sekarang, Lestari. Kamu melampaui batas. Membunuh... menghancurkan hidup seseorang... Aku tidak bisa memaafkanmu untuk ini."
Siska terisak, tubuhnya bergetar, tapi Anton tak bergeming. Amarahnya sudah meluap, dan kekecewaannya begitu dalam.
"Kamu pikir aku akan membiarkan ini berlalu begitu saja? Tidak, Lestari. Kamu sudah menghancurkan semuanya. Kau menghancurkan reputasiku!."
Anton menatap Lestari dengan tatapan dingin. Sementara istri luknutnya itu terus menangis. "Aku akan mengurus ini. Dan kamu... kamu tidak akan lagi menjadi bagian dari hidupku."
Dengan itu, Anton pun berbalik dan berjalan keluar kamar, meninggalkan Lestari yang terduduk di lantai sambil menangis putus asa.