Badai besar dalam keluarga Cokro terjadi karena Pramudya yang merupakan putra pertama dari keluarga Cokro Tidak sengaja menodai kekasih adiknya sendiri, yaitu Larasati.
Larasati yang sadar bahwa dirinya sudah tidak suci lagi kalut dan berusaha bunuh diri, namun di tengah usahanya untuk bunuh diri, ia di kejutkan dengan kenyataan bahwa dirinya sedang hamil.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayuning dianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
sofa
Akad nikah di adakan secara tertutup oleh kedua keluarga.
Keputusan untuk menikahi Laras diambil oleh Pram agar Laras dan anak yang akan di lahirkan nanti mempunyai status secara resmi.
Tidak seperti keluarga terpandang lainnya,
Tidak ada pesta yang besar,
Tidak ada pesta yang meriah, yang dan hanyalah wajah wajah murung yang penuh penyesalan.
Keluarga tau, percuma saja melakukan sebuah pesta besar, karena pada akhirnya Laras dan Pram akan berpisah.
Seminggu setelah pernikahan, Laras di boyong oleh Pram ke sebuah rumah.
Rumah yang lebih sederhana, tidak seperti rumah keluarga Cokro yang besar dan luas.
Namun rumah itu memiliki halaman dan taman yang indah, juga kolam ikan hias di tengah rumah mereka.
Tiga pembantu rumah tangga di bawa oleh Pram, satu orang khusus untuk menjaga dan membatu Laras, yaitu ibu Yati.
Ibu Yati di percaya oleh Cokro dan istrinya, dan di beri perintah langsung untuk turut bersama Laras dan Pram.
Yati juga wajib melaporkan segala yang terjadi di dalam rumah Pram pada Cokro.
Hari hari berjalan seperti biasanya, hanya saja jarak yang Pram tempuh ke tempat kerjanya lebih jauh sekarang.
Setelah Pram berangkat bekerja, Laras baru akan keluar dari kamarnya.
Ia sangat menghindari Pram meskipun keduanya hidup dalam satu atap.
Pram tau benar itu, karena itu dia sengaja pulang malam,
Meski pekerjaannya sudah selesai, ia lebih memilih untuk diam di kantor lebih lama,
Itu ia lakukan untuk membuat Laras merasa nyaman.
Pram tau benar, sejak kejadian itu Laras pasti sangat membencinya.
dulu saja Laras tidak pernah mau menatapnya, apalagi setelah semua hal ini terjadi, sudah pasti Laras begitu membenci dirinya.
" Bapak belum pulang?" terdengar suara seorang wanita dari balik pintu,
" belum, ada apa?" jawab Pram,
Membuat perempuan itu membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan Pram.
Hesti, sekertaris Pram, seperti biasanya, meski sudah bekerja seharian ia tetap cantik, rapi dan wangi,
Entah bagaimana caranya menjaga penampilannya.
dengan rok hitam selutut, kemeja berwarna coklat muda yang menunjukkan lekuk tubuhnya, ia melangkah mendekat ke meja Pram.
" Apa mau di pesankan makan malam pak?" tanya Hesti dengan suara lembut,
Pram tidak langsung menjawab, ia malah mengerutkan dahinya.
" sudah jam berapa ini? Kenapa kau belum pulang?" tanya Pram.
Selelah apapun raut yang di tampakkan Pram, tetap saja, ia masih tampak begitu menarik.
bentuk rahang yang tegas, bibir yang tidak tipis namun juga tidak tebal itu banyak membuat para pekerja sering mencuri pandang.
Selain gagah Pram juga masih begitu muda, perempuan mana yang tidak meliriknya.
" Sama seperti bapak, saya belum menyelesaikan pekerjaan saya.." jawab Hesti dengan senyum manis.
" Kurasa jadwalku tidak terlalu padat Minggu ini, apa yang belum selesai kau atur, aturlah dirumah.
jangan membiasakan dirimu pulang larut,
Kau seorang perempuan, belum menikah juga, tidak baik kau selalu diam di kantor sampai malam.
Jadi segeralah pulang hes." ujar pram, Pram memang bukan laki laki yang hangat dan ramah,
Hesti tau dengan benar, ia hanya akan bersikap ramah dan humble di depan rekan bisnisnya.
Namun sikap tidak ramah Pram semakin saja,
Apalagi sejak ia menikah, itu membuat Hesti semakin kesal.
" saya tidak membawa mobil hari ini pak, kalau bapak tidak keberatan, apa boleh saya menumpang bapak?
Seperti yang bapak bilang, ini sudah cukup malam.." hesti menatap Pram penuh harap.
" Kau bisa memanggil taksi online, bukannya aku tidak ingin membawamu turut dalam mobilku, tapi pekerjaanku masih banyak, entah jam berapa aku pulang.
Jadi lebih baik kau pesan taksi online saja." jawaban yang membuat Hesti tidak bisa berkutik.
Dengan wajah kecewa yang tidak di tutupi, perempuan itu mundur,
" baik pak, kalau begitu saya undur diri dulu..".
Hesti berjalan keluar dari ruangan Pram, ia melangkah dengan langkah yang berat kembali ke ruangannya.
Tak lama seseorang masuk ke ruangannya, seorang laki laki bertubuh jangkung dan berkulit sawo matang.
" Bagaimana? Dia mau mengantarmu pulang?" tanya laki laki yang juga bekerja di perusahaan yang di kelola oleh Pram.
" Ah, jangan tanya, bikin kesal saja." jawab Hesti mengambil tasnya.
" Dia semakin susah di dekati semenjak menikahi anak kecil itu!" dengus Hesti.
" Itu karena keteledoran mu sendiri,"
" kau yang mengacau! Andai kau tak menarikku pergi, makan minuman itu tidak akan di minum oleh bocah itu!" Hesti marah, ia memukul laki laki di hadapannya dengan tas yang di pegang ya, cukup keras.
" Meski gadis itu meminumnya, tapi jika kau selalu memantau pergerakan pak Pram, kau tidak akan kehilangan dia." tukas laki laki jangkung itu.
" kau gila Rudi! Aku muak denganmu! Yang kau bisa hanya menyalahkanku!"
" tentu saja, andai kau becus kau sudah menjadi nyonya Pramudya, bukan malah gadis ingusan itu?!
Buang saja mimpimu untuk menjadi wanita kaya,
Kau tidak akan bisa mencapai itu semua, posisimu yang terbaik hanyalah sekarang, tidak bisa lebih." tegas laki laki bernama Rudi itu.
Dia dan Hesti adalah teman, meski keduanya sempat juga menjalin kisah cinta, entah bagaimana hubungan mereka sebenarnya, yang jelas merekalah pelaku utama penyebab badai besar terjadi di keluarga Cokro.
Keduanya sengaja menjebak Pram agar Hesti dapat memanfaatkan Pram,
Namun sayangnya rencana Hesti itu gagal dan malah tergantikan oleh Laras.
_____
Malam cukup larut saat Pram melangkah masuk ke dalam rumahnya.
Dari rumah tengah terdengar suara tv yang menyala.
Bu Yati datang menghampiri Pram,
" jangan di matikan mas, nanti mbak Laras terbangun.." suara Bu Yati lirih,
Pram mengerutkan dahi,
" jam berapa ini Bu Yati?" tanya Pram sembari menatap jam tangannya,
" bukankah ini sudah tengah malam? Kenapa tidak membangunkannya dan menyuruhnya pindah ke dalam? Bagaimana jika dia masuk angin?" wajah Pram menjadi lebih serius.
" Mulai dari sore menangis, jam sepuluh tadi baru tenang, menyalakan tv lalu rebahan di sofa.
Saya tidak tega untuk membangunkan mbak Laras,
Biarkan saya yang menemaninya tidur di sofa.." jelas Bu Yati.
Pram terdiam sejenak,
" Saya mandi sebentar, setelah itu biar saya memindahkannya," ujar pram,
" aduhh jangan mas.. saya takut mbak Laras semakin kesal dengan sampean..
biarkan saja, saya akan memberinya selimut yang tebal.."
Pram menghela nafas mendengar itu,
" baiklah, biar kutemani nanti dia di sofa, sudah memberinya selimut?"
" sampun mas, akan saya tambahkan lagi sebentar.."
" ya sudah, tambahkan selimut saja, dia sedang hamil, tidak boleh sampai sakit.. Saya Mendi dan ganti baju dulu Bu.." pamit Pram melanjutkan langkahnya masuk ke dalam kamar.
Sekitar tiga puluh menit, laki laki berkaos lengan panjang dan bercelana pendek itu berjalan keluar dari kamarnya,
Ia melangkah ke arah ruang tengah dimana laras ada disana.
" Sudah, Bu Yati tidurlah, besok harus bangun pagi untuk menyiapkan kebutuhan Laras," ujar pram berdiri disamping sofa besar dimana laras tertidur lelap dengan selimut tebal menyelimutinya.
mendengar itu Bu Yati bangkit dari duduknya,
" baiklah mas.. Nanti kalau butuh saya silahkan bangunkan saya.." ujar Bu Yati, lalu segera pamit kembali ke kamarnya di belakang.
Setelah Bu Yati pergi, Pram tidak langsung duduk,
Ia menatap Laras yang pulas itu dengan seksama.
Gadis yang sungguh cantik, ia seperti bunga yang sedang mekar mekarnya.
rambutnya tergerai indah,
Kulitnya bersih, bentuk wajahnya mungil..
Dan yang pasti.. perempuan yang sedang tertidur pulas itu adalah milik Elang, bukan miliknya.
Lama Pram memandangi Laras, ada perasaan aneh yang ia rasakan menjalari hatinya.
" Sialan." keluhnya dalam hati, lalu segera di buang pandangannya.
Dengan hati hati laki laki itu melangkah, dan duduk di sofa single di sebelah sofa panjang tempat Laras berbaring.
laki laki itu duduk diam dan tenang, menunggu Laras yang mungkin saja terbangun, namun nyatanya Laras tidak terbangun, hingga Pram akhirnya ikut tertidur di sofa itu.
langsung main todong aja si bapak nih
apalagi bininya pake acara yg terencana hanya demi anak keduanya si Elang
heran sama modelan orang tua gini