"Simpanan Suamiku selama ini ... MAM4?!!! nggak mungkin, nggak mungkin mam4 tega melakukan ini padaku. Aarrgghhh!!!"
Ungkapan kekecewaan Kimberly terdengar melalui jeritan kerasnya setelah menemukan kebenaran yang tersembunyi di ponsel suaminya. Mam4 yang selama ini dihormatinya dan sangat disayanginya, ternyata adalah simpanan dari suaminya sendiri.
Bagaimana jadinya jika orang yang kau anggap sebagai mam4 tiri yang begitu kau cintai melebihi siapapun, dan kau perlakukan dengan penuh kasih sayang seperti mam4 kandungmu sendiri, tiba-tiba menjadi sumber konflik dalam pernikahanmu?
Di depannya ia terlihat begitu baik, namun di belakangnya ia bermain peran dengan licik. Penasaran dengan kisahnya? Segera simak perjalanan emosional Kimberly hingga akhir cerita!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Grace caroline, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 13. Roti Kotak-kotak yang S*ksi
Setelah selesai bertemu dan berbincang-bincang dengan Jennifer, Kimberly melangkah pulang ke rumah. Saat dia hendak menuju parkiran untuk mengambil mobilnya, tiba-tiba ada seorang pria yang memanggil namanya dari belakang.
"Mbak, tunggu mbak!!" seru pria tersebut dengan lantang sambil terlihat seolah-olah sedang berlari, karena Kimberly berjalan dengan langkah yang cepat.
Kimberly segera menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya, menatap kearah pria itu yang setelah sampai di hadapan Kimberly, dia terlihat terengah-engah.
"Ada apa ya mas?" tanya Kimberly bingung.
Lelaki tersebut cepat berdiri tegak setelah sebelumnya membungkukkan badannya. Dengan tangannya, ia mengambil sesuatu dari saku celananya lalu memberikannya kepada Kimberly.
"Ini mbak waktu saya nolongin mbak waktu itu, gantungan kunci mbak jatuh. Saya ada niat buat balikin tapi saya nggak tau alamat mbak. Ini mbak, gantungan kuncinya," pria tersebut terlihat memberikan gantungan kunci kepada Kimberly dengan ramah.
Kimberly segera mengambilnya dan menyimpannya kedalam tasnya.
"Terimakasih ya mas. Seharusnya nggak usah di balikin juga nggak papa. Nggak begitu penting kok. Cuma terima kasih banyak sudah mau ngembaliin ke saya." balas Kimberly.
Pria itu pun tersenyum dan menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
"Tadi saya nggak sengaja lihat mbak di cafe itu. Jadi saya balikin gantungan kunci ini mumpung saya membawanya. Ehm, saya Ilyas, mbak." ucap pria itu sambil mengulurkan tangannya. Kimberly dengan cepat membalas itu tanpa ragu.
"Kimberly," ucapnya dengan halus dan tersenyum manis seperti biasa.
Setelah berbincang-bincang singkat yang agak canggung, Kimberly segera meninggalkan tempat itu dan kembali ke rumahnya.
Setibanya dia di rumah dan masuk kedalamnya, dia mencari-cari Dania namun tak berhasil menemukannya. Dapur, halaman belakang, atau sekitar ruang keluarga, semuanya terlihat sepi tanpa kehadiran Dania.
Kimberly segera melangkah pergi ke kamarnya di lantai atas. Saat langkahnya sampai di depan kamar Dania, segera Kimberly dekatkan telinganya ke pintu yang tertutup, mencoba mendengar apakah Dania berada di dalam.
Sesaat ia tengah menguping, beberapa suara dari Dania terdengar jelas oleh Kimberly, membuat Kimberly tau mamanya itu sedang melakukan apa di dalam kamarnya di pagi hari seperti ini.
"Oh tidak. Bahaya. Pensil tajam itu menusuk peach si gadis dengan ganas!"
"Nggak, gadis itu masih per4wan. Mulutnya robek!"
"Haduh, itu rambut-rambut lebatnya kenapa imut banget sih, jadi gemes!"
"Aduhhh, pensilnya mulai jebol gawang si gadis!"
"Wah, mereka mulai bergerakk. Kasurnya goyang!"
"Dania, nggak. Kamu pengen juga!!!"
"Gawangmu butuh gol Dania. Oh tidakk!!"
"William lagi kerja. Dia bakal lembur!"
"Aduh nggak tahan. Gimana?!!"
"Haduh semakin kenceng gerakannya, bikin banjirr!"
"Nggak nggak nggakkk!!"
"Cari berondongggggg!!!!!"
Kimberly sontak terkejut saat mendengar Dania menyebutkan keinginannya untuk mencari berondong. Apa sebenarnya yang dimaksud oleh Dania dengan pernyataannya tersebut? Apakah yang Dania maksudkan adalah ingin mencari selingkuhan, yang bisa memuaskan nafsvnya?
"Dasar gil4! pagi-pagi bukannya bersihin rumah atau ngapain gitu, malah nontonin nggak jelas di dalam kamar. Mana tadi ada ide buat cari berondong lagi. Mau bayar pake apa dia berondong itu, pasti pake uangku lagi." gumam Kimberly. Ia pun kembali mendekatkan telinganya ke pintu kamar Dania, kembali menguping.
"Hmm, kalo ke klub yang dulu di kasih tau Metty, bisa-bisa bahaya ntar. Kalo Kimberly pulang terus liat aku nggak di rumah gimana. Mati yang ada."
"Oh ya, dulu aku pernah dikasih tau, katanya Candra mo main kesini. Mumpung Kimberly gada di rumah, mending aku suruh aja Candra kesini. Aku minta dia pvasin aku, dan g0yang aku sepuasnya. Dia kan katanya suka banget sama aku. Ehm, oke deh. Aku hubungin dia sekarang aja mumpung dia online,"
Kimberly segera mengalihkan perhatiannya dari pintu. Melihat kamera yang dipasang di atas pintu kamar Dania masih aktif, tanpa berpikir panjang, Kimberly bergegas ke kamarnya dan membuka ponselnya.
"Jadi temen cowoknya mau kesini ya, oke. Aku jebak kalian," segera Kimberly pantau kamera itu. Tak lama kemudian, terlihat Dania melintas di layar kamera, memasuki kamarnya sambil bergandengan tangan dengan seorang cowok.
Kimberly tidak tau siapa dia, tapi setelah cowok itu masuk dan pintu tertutup rapat, suasana berubah. Mereka langsung terlibat dalam perang tak berujung yang memuncratkan keringat.
Kimberly tidak menonton adegan itu, tapi dia merekamnya. Dia merekamnya dengan apik di ponselnya dan akan menyebarluaskannya saat tiba waktunya.
...........................
Malam harinya, saat William baru pulang ke rumah pukul sebelas malam, ia masuk ke dalam kamar dengan harapan bahwa Kimberly sudah tertidur.
Namun, begitu langkahnya melintasi ambang pintu, William dikejutkan oleh pemandangan Kimberly yang duduk di tepi ranjang, mengenakan ling3rie merah dan terlihat s3ksi.
Ini kali pertama William melihat Kimberly seperti ini dan dia terkejut. Tidak bergerak di tempatnya.
Kimberly dengan pakaian s3ksinya itu segera bangkit berdiri dari duduknya dan pergi menghampiri William. Dia menggandeng lengan William dan mengajaknya menuju tempat tidur.
"Kamu pasti capek kan mas, aku pijitin kamu ya," ujar Kimberly dengan nada lembut, terdengar manja, dan sedikit des-ahan terdengar di belakangnya.
Kimberly mendorong tubuh William ke ranjang dengan kasar, lalu naik ke atas ranjang itu. Dengan penuh nafsv, dia menaiki tubvh William dan merebahkan dirinya di atas d4da luas William.
"Sayang, kamu kok deg-degan sih? kenapa?" tanya Kimberly.
Dengan sedikit mendongakkan kepalanya, Kimberly mulai membuka satu persatu kancing bajv William tanpa ada penolakan dari William. Ekspresi terkejut terpancar jelas dari wajah William yang terdiam tanpa sepatah kata pun.
"Ganteng banget sih suami aku. Lihat nih, badannya bagus banget," setelah setengah kancing baju William terbuka, Kimberly mulai merab4 perlahan tubuh William dengan ujung jari-jarinya.
Dia merendahkan tubuhnya dan men-ci-umi perut William, meninggalkan jejak-jejak merah yang menggemaskan di sana.
"Eugh, mas. Roti kotak-kotakmu sangat s3ksi. Uhh," seru Kimberly sambil terus melanjutkan aksinya.
William merasa seperti dalam mimpi. Dia tidak pernah membayangkan bahwa malam ini akan berakhir seperti ini. Kimberly, wanita yang selalu terlihat begitu anggun dan sopan, tiba-tiba berubah menjadi sosok yang begitu mengg0da.
"Mungkin ini hanya mimpi," pikir William dalam hatinya.
Namun, saat Kimberly mulai membuka kancing baju William satu per satu, William sadar bahwa ini adalah kenyataan. Dia merasa deg-degan, namun juga merasa senang dan terg0da oleh sentuhan-sentuhan lembut Kimberly.
"Kamu cantik sekali malam ini," ucap William pelan, sambil menatap mata Kimberly yang penuh g4irah.
Kimberly hanya tersenyum manja sebagai balasan. Dia terus melanjutkan aksinya, membuat William semakin terbuai oleh pesonanya. Mereka saling memanjakan satu sama lain, tanpa kata-kata yang perlu diucapkan.
Malam itu, di dalam kamar yang penuh dengan aroma cinta, William dan Kimberly saling menyatv dalam kehangatan dan keintiman.
Dan saat fajar mulai menyingsing, William dan Kimberly masih terbaring di atas ranjang, saling mendekap erat. Seolah-olah tidak ingin dipisahkan.
William terbangun dari tidurnya dan merasakan kehangatan tubuh Kimberly yang masih terbaring di sampingnya. Dia mengulurkan tangannya, mengusap-usap lembut wajah Kimberly.
"Selamat pagi, sayang," ucap William sambil mencivm lembut kening Kimberly.
"Selamat pagi juga, sayang. Bagaimana tidurmu semalam?" tanya Kimberly sambil menggosok-gosokkan hidungnya di dada William.
"Tidurku sangat nyenyak, terima kasih. Dan kamu, sayang?" jawab William sambil memeluk erat tubuh Kimberly.
"Aku juga tidur sangat nyenyak, terima kasih. Aku bahagia bisa bangun di sampingmu setiap pagi," ucap Kimberly sambil tersenyum manis.
.............................
Di dalam kamarnya, Dania memejamkan mata dengan kesal. Dia merasa dikhianati oleh William, kekasihnya yang semalam tidak pergi ke kamarnya dan malah bermain asik dengan Kimberly.
"Darn it, William!" desis Dania sambil menekan bantal di wajahnya. "Apa yang dia pikirkan? Bagaimana dia bisa melakukan ini padaku?"
Dania merasa kecewa dan marah, merasa terombang-ambing dalam gelombang emosi yang membingungkan. Dalam benaknya, terpapar gambaran William dan Kimberly, dua figur yang menjadi sumber ketidakpuasan dalam hatinya.
Keinginan untuk mengambil tindakan terhadap keduanya memuncak dalam dirinya, namun ironisnya, keterbatasan dirinya sendiri menghalanginya untuk melakukannya.
Di tengah kebimbangan dan konflik batin, Dania merasakan perasaan aneh yang menyelimuti dirinya. Perasaan tersebut seperti hembusan angin dingin yang membelai kulitnya, mendorongnya untuk menahan gelombang emosi yang meluap-luap di dalam dirinya.
Meskipun dorongan untuk meluapkan emosi begitu kuat, namun ia memilih untuk menahan diri, menutup rapat pintu emosinya agar tidak menghancurkan apa pun di sekitarnya.
Dania menghela napas panjang dan berusaha menenangkan dirinya. Dia tahu bahwa bertindak karena amarah hanya akan memperburuk keadaan. Dia perlu berpikir rasional dan membuat rencana untuk menghukum William dengan permainannya malam ini.
Dia tidak bisa tinggal diam setelah melihat apa yang mereka lakukan semalam. Dia perlu mengambil tindakan dan mengambil posisinya. Ada kekhawatiran yang menghantuinya, yaitu ketakutan bahwa William akan kembali pada istrinya.
"Maafkan mama Kim. Tapi untuk William mama tidak akan pernah mundur atau menyerah begitu saja. Mama akan tetap mempertahankan apa yang dulu menjadi milik mama. Karena selamanya itu akan menjadi milik mama ..,"
"Kim, kita boleh bersaing untuk mendapatkan William. Kamu boleh lakukan apapun yang kamu mau. Tapi kita lihat saja nanti, setelah semua yang mama lakukan ke William, apakah William masih bisa mencintaimu atau tidak," gumam Dania sembari tersenyum miring.
Dania pun mulai merencanakan langkah-langkahnya dengan cermat. Dia tidak akan membiarkan William dan Kimberly bahagia begitu saja. Dia akan menyuguhkan sejuta kasih sayang dan cinta kepada William. Ia ingin menunjukkan pada William bahwa hanya dirinya yang layak menerima cintanya.
Bersambung ...